[1 bulan sebelum diagnosis]
Arin yang kala itu masih duduk di kelas 10 SMA, mendapatkan perlakuan tidak enak dari senior-seniornya. Mereka sering kali mengganggunya dikala jam istirahat, merendahkannya, dan bahkan memukul fisiknya. Meski Arin, merasa bahwa dirinya sendirian dan tak berdaya. Karena itulah, Arin tidak berani untuk melawan para penindasnya.
Setiap hari tanpa henti, mereka selalu mengganggu Arin. Mereka terus-menerus mengejeknya bahkan membawa kenangan lama Arin. Dimana orang tua Arin dituduh sebagai pelaku penggelapan dana disuatu perusahaan.
Bahkan saat pulang ke rumah, Arin berusaha untuk menyembunyikan luka-luka yang dia dapati. Dengan menutupnya menggunakan jaket atau sweater yang selalu dia bawa saat pergi ke sekolah. Arin tidak ingin neneknya mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Arin.
Arin berpikir, jika neneknya mengetahui apa yang terjadi padanya akan membuat kesehatan neneknya menjadi memburuk.
Krett...
"Kau sudah pulang Arin?"
"I-iya nek, Arin sudah pulang. Arin mau mandi dulu ya nek."
"Baiklah, setelah itu keluar dan makan. Nenek akan pergi bekerja dan pulang dijam 8 malam."
Arin yang baru saja selesai mandi menghampiri neneknya yang sedang menunggu di meja makan.
"Nenek, mengapa nenek masih bekerja?"
"Lalu? Jika nenek tidak bekerja, bagaimana dengan sekolahmu?"
"Tidak usah sekolah saja, lagi pula aku sudah lelah."
"Heh! Kau ingin berhentii sekolah? Kenapa?"
Tidak ada jawaban dari Arin, Arin hanya terdiam sembari menundukkan kepalanya.
Ada beberapa orang yang senang berteman dengan Arin karena kepribadian hangat yang Arin miliki. Akan tetapi, teman-teman Arin cukup takut untuk melawan dan melaporkan para senior keguru.
Mereka takut, jika mereka melaporkannya kepada guru dan senior itu mengetahuinya maka mereka akan dikeluarkan dari sekolah.
Arin hanya bisa berusaha untuk menguatkan diri dan mentalnya. Dan melalui ini begitu saja meski Arin sudah hampir menyerah.
✧⋄⋆⋅⋆⋄𝙲𝚊𝚝𝚌𝚑 𝙰 𝙳𝚛𝚎𝚊𝚖⋄⋆⋅⋆⋄✧
Pagi kembali datang, Arin hanya bisa melamun sembari berjalan menuju sekolah. Membayangkan apa yang akan terjadi di sekolah nanti, perasaan yang buruk selalu menghampirinya berpikir bahwa Arin akan tiada sebentar lagi.
"Ibu, ayah. Mengapa kalian meninggalkan Arin sendirian disini? Mengapa tdak mengajak Arin juga? Bukankah kalian bilang bahwa kalian menyayangi Arin?"
Sesampainya di sekolah.
Arin dilempari tas-tas dari arah gerbang sekolah. Jelas, itu perbuatan para seniornya.
"Antarkan tas itu ke kelas kami ya!"
"Kami ingin bertemu dengan kekasih kami."
Disaat mereka belum pergi jauh Arin, ada suara pria di belakang Arin yang menuangkan kekesalannya pada senior-senior itu.
"Hanya untuk mengobrol dengan kekasih? Apa mereka tidak memiliki punggung? Tidak bisa mereka bawa sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂α𝗍𝖼ɦ 𝐀 𝐃𝗋𝖾αꭑ [HIATUS]
أدب المراهقينArin adalah murid SMA yang sedang berjuang untuk menyembuhkan penyakit yang sedang dia alami.