.
.
"Pria itu bisa menggagalkan rencana kita. Yang wanita, aku bisa atasi dengan mudah. Tapi pria itu --"
.
.
***
Hidangan rolade daging sapi dan sayur tumis pok coy, menghiasi meja makan. Rizal makan malam bersama ibunya.
"Zal," panggil Ibunda Rizal.
"Ya, Bu?" sahut Rizal berhenti mengunyah.
"Kapan kamu akan cari calon istri lagi, Zal?"
Rizal melengos. "Aduh, Bu. Bikin selera makanku hilang aja."
"Habis, Ibu gemes lihat kamu. Kamu 'kan mapan, tampang lumayan. Mumpung kamu masih muda, Zal," kilah Nilam, nama wanita itu.
Rizal meletakkan sendoknya di piring.
"Kamu 'kan sudah dua tahun menduda. Apa kamu gak mau punya anak?"
Lagi-lagi soal anak. Soal pernikahan, batin Rizal dengan tampang jenuh.
"Sudahlah, Bu. Aku sekarang lebih suka ngerawat Ibu aja. Kalau aku nikah lagi, paling nanti sama aja. Perempuan mah rese', Bu. Apa aja dikeluhin. Sudah dinafkahin, masih adaa aja keluhannya. Komplain aku kurang perhatian lah. Gila kerja lah. Aku trauma rasanya. Belum mau nikah lagi," jawab Rizal sekaligus curhat colongan.
Kehangatan pernikahan bagi Rizal dulu hanya berlangsung di awal saja. Lalu istrinya mulai bawel, komplain ini-itu. Mereka sempat ribut juga soal tinggal serumah dengan ibunya Rizal. Pasalnya, dua orang kakaknya Rizal, tidak ada yang mau tinggal bareng ibu mereka. Mantan istri Rizal, tidak terlalu senang tinggal bersama dengan ibu mertuanya. Rizal bolak-balik juga diprotes. Kurang perhatian, lebih cinta dengan pekerjaannya, dan lain-lain. Ujungnya adalah, mantan istri Rizal yang bernama Shanti itu, berselingkuh dengan teman satu almamater kampusnya. Perselingkuhan yang dimulai dari sebuah acara reuni. Rizal mengamuk saat tahu dirinya dikhianati. Tanpa pikir panjang, wanita itu ditalaknya. Langsung talak tiga. Pernikahan sungguh membuatnya trauma. Menikah lagi? Gak janji, lah.
"Ibu yakin, masih banyak wanita lain yang lebih baik untukmu, Zal. Coba buka hatimu," kata Nilam masih mencoba.
Rizal geleng-geleng kepala, lalu lebih memilih menghabiskan sisa makanan di piringnya, dari pada mubazir.
Nilam menghela napas melihat putra bungsunya langsung ke kamar setelah makan.
.
.
Rizal berbaring sambil menatap langit-langit kamar. Ide menikah lagi, masih mengusik pikirannya. Sebenarnya, bukannya Rizal menolak mentah-mentah ide itu, hanya saja, Rizal takut. Bagaimana kalau nanti calon istrinya sama saja seperti mantan istrinya? Zaman begini, mana ada wanita yang mau diajak tinggal bareng ibu mertua? Dan Rizal tidak mau membiarkan ibunya hidup sendirian. Bapaknya sudah lama meninggal. Jika menikah lagi membuat Rizal jadi terpaksa meninggalkan ibunya, lebih baik dia jadi duda seterusnya.
Rizal menghela napas berat. Teringat sesuatu yang ingin dia cek, tangan Rizal meraih ponsel di meja nakas. Ia membuka chat masuk.
Dari Astri, admin kantor? pikirnya dengan tampang heran.
Mas Rizal, tadi ada laki-laki berambut panjang yang ikut masuk ke mobil Mas. Badannya nembus ke pintu belakang mobil 😭😭😭
Rizal membaca pesan itu dengan mata tak berkedip. Teringat komentar Ibunya tadi, saat dia baru tiba di rumah.
"Zal, kamu pulang bareng teman kantor? Temanmu gak diajak masuk?"
Rizal terdiam dengan wajah pucat. Deru jantungnya bertalu. Teringat seraut wajah menyeramkan yang sempat dilihatnya melalui cermin di atas dashbor mobil. Meski hanya dua detik, tapi dia masih ingat itu adalah wajah pria bermata sipit dengan kulit seputih kapur dan rambut panjang.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI EXTENDED 2 (HIATUS)
روحانياتSemua berubah semenjak Ilyasa wafat. Yunan jadi lebih dekat dengan Raesha, jandanya Ilyasa, sekaligus adik angkatnya sendiri. Plus, Yunan jadi lebih akrab dengan Ismail dan Ishaq, kedua putra Raesha. Arisa sebagai istri Yunan, dibuat galau dengan p...