Dia sang Auriga

81 12 0
                                    

Tentang rasi bintang yang terbentuk di lautan hitam di atas sana. Terbentang jarak antar planet dan gugusan bima sakti berjajar rapi. Pandangan itu sejenak mengabur saat tetesan air mata sang payoda membasahi loka. Mau tak mau ia harus menyudahi memandang indahnya berlian langit yang kini perlahan menghilang. Ia tak ubahnya gadis yang hanya merenung di ujung kamar miliknya. Andai ia bisa kembali memutar waktu, ia ingin sekali pergi dari tempat dimana orang-orang menyebutnya rumah tapi baginya adalah neraka. Banyak orang mengatakan jika 'rumahku surgaku' namun kenyataannya, bagi gadis itu 'rumahku nerakaku'.

Jika boleh bertanya, tahukah tentang rasi bintang? Maka mereka akan menjawab dengan gelengan kepala. Bahkan ia tak mengerti mengapa nama miliknya terdapat makna rasi bintang yang begitu rumit. Mengapa nama miliknya tak sekalian mengambil dari aksara sansekerta? Banyak pertanyaan yang ada dalam pikirannya saat ini. Tak ada yang tahu tentang dirinya, bahkan keluarga nya sendiri. Sekali saja ia ingin layaknya gadis lain, hanya saja itu nihil. Bagi keluarganya sendiri Auriga adalah beban, bahkan tak jarang dirinya di anggap benalu yang hanya menumpang pada inangnya. Level tertinggi yang ia miliki adalah, ia benci keluarganya namun tak bisa ia lakukan terang-terangan.

Auriga Devina Zahira, nama yang indah menurut mereka. Mereka yang mengenal Auriga pasti akan mengatakan bahwa Auriga adalah gadis terhebat dan terkuat yang pernah ada. Namun, jika mereka adalah orang paling terdekat Auriga pasti akan mengatakan, Auriga adalah gadis lemah, gadis cengeng dan juga emosian. Nyatanya Auriga berhasil menutupi semuanya dibalik topeng yang selalu ia gunakan. Ia akan selalu menjadi gadis yang ceria dan siap dibutuhkan kapanpun. Ia juga akan menjadi pendengar yang baik dan akan memberikan solusi untuk mereka yang meminta solusi ataupun saran kecil darinya, meskipun ia sendiri tak memiliki solusi untuk keluar dari lingkaran hitam miliknya.

Tepukan lembut di bahunya membuatnya tersadar dari lamunan panjangnya, "Riga, lu kenapa weh? Lagi galau?" Riga hanya menggeleng, karena ia bukanlah tipe cewek yang akan galau hanya karena Cinta, "lu ada masalah lagi sama keluarga lu?"

"Ya begitulah, Xav. Tiap hari juga ada masalah. Gua gak tahu apakah gua akan bahagia kelak atau justru semakin menderita," kesahnya pada seseorang yang kini turut duduk memandang langit bersama Riga, "Xav, gua kadang iri liat satu keluarga utuh yang jalan bareng, makan bareng atau bahkan sekedar family time. Kalau boleh jujur, gua pengen nyusul nenek gua diatas sana, Xav," Riga kembali mengeluh kan tentang kehidupannya yang begitu pelik. Bahkan tak seorang pun menganggap Riga ada, bahkan orang tuanya sendiri menganggapnya beban karena hanya bisa menghamburkan uang dan waktu. Jika ditelisik, Riga tengah membuka peluangnya sendiri membuat aksesoris kecil-kecilan demi membutuhi kehidupannya sendiri. Namun, usahanya tak pernah dihargai sedikitpun oleh keluarganya sendiri, bahkan ia selalu dibandingkan dengan orang lain. Hati anak perempuan mana yang tak akan sakit jika setiap saat, setiap wakt dan setiap jam terus saja dibandingkan oleh yang lain.

"Xav, gua pengen deh ngerasain gimana rasa punya keluarga utuh, keluarga yang gak pernah bandingin anaknya satu sama lain, keluarga yang ya lu tahu lah kek keluarga lu."

"I'm your family."




















***



















"Kak, kamu gak makan?" adiknya berseru dengan keras dari depan ruang TV sekaligus menjadi kamar tidur untuknya.

"Gak, aku kenyang."

"Halah wareg ki paling jajan. Emange duwe duit?! Wong ra nyambut gawe kok sok sok an njajan," Riga hanya diam dan enggan membalas. Memang Riga selama ini tak pernah menyentuh nasi dan masakan ibunya. Bahkan ia tak pernah keluar kamar sekalipun, ia hanya mengganjal perutnya dengan air yang selalu ia bawa ke kamar. Baginya itu sudah cukup mengganjal perutnya, entah setelahnya ia tak akan tahu apa yang akan terjadi, kalaupun ia mati, maka ia bersyukur karena kedua orang tuanya kehilangan satu beban. Mudah bukan?

Lädieren [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang