Hai haii, ini cerita terbaru akuu.. Jadi aku boleh minta tolong kalian buat vote ceritaku satu ini? Semoga kalian sukaa yaa dengan ceritaku. Terimakasih, selamat membaca!
—————
.
.
.
.
.
[***]
.
.
.
.
."Katanya sifat orang tua itu menurun pada anaknya? Lantas mengapa mama dan papa selalu bilang sifat aku berbeda dari mereka?" — Ellara Zevanya Kaelova.
——
"KAMU SETIAP MAMA NGOMONG NYAUTIN MULU! NYESEL MAMA PUNYA ANAK KAYA KAMU SUSAH DI DIDIK DAN DIATUR!" — Willena Zevanya Ashera.
——
"Aku juga gak minta dilahirin ma, kemana mama yang dulu sayang banget sama aku?"Ellara Zevanya Kaelova, mungkin tak asing bagi kalian. Karena nama ini sudah muncul dalam deskripsi cerita, anak perempuan dengan segala lukanya.
Ngeluh? Mungkin itu hal yang setiap hari Ellara ingin katakan, namun ia hanya mengatakan kata-kata itu dengan dirinya sendiri. Karena bagi Ellara, tak akan ada yang mengerti.
Ellara sangat amat di sayang, iya. Itu dulu. Namun sekarang hanya kenangan, hidupnya sudah sangat berubah. Berubah sejak menginjak usia dewasa, terlebih lagi Ellara mempunyai adik.
Walaupun adik Ellara laki-laki, entah mengapa orang tua Ellara selalu membanding-bandingkan Ellara dengan adiknya.
Sakit? Bukan sakit lagi, tapi itu semua sudah biasa Ellara rasakan. Dari caci maki orang tuanya, rasa sakitnya sudah Ellara rasakan. Bahkan sampai hatinya pun mati rasa, karena sering mendapatkan omongan atau ucapan yang bikin ia sakit hati.
Ellara.
Anak perempuan dengan seribu lukanya yang terpendam, ia selalu gagal dalam apapun.
Ellara selalu merasa tak pantas untuk siapapun, Ellara juga merasa dirinya tak pantas untuk dicintai oleh siapapun.
Akankah suatu saat nanti ada kebahagiaan di dalam hidupnya?
——
Ellara sedang di sekolah, tepatnya sudah waktunya ia pulang. Ellara melihat langit-langit awan, tampak gelap.
"Aduh kayanya mau hujan.." ucap Ellara melihat langit-langit gelap itu.
Ellara merogoh kantong saku yang ada di rok sekolah Ellara, ia mengambil ponsel dan memencet kontak panggilan sang mama.
Tepatnya, Ellara menelpon sang mama.
"Halo ma?"
"Hm, apa?"
"Bisa jemput Ellara gak?"
"Ngapain? Kamu juga biasanya pulang sendiri."
"Ellara takut ma, dikit lagi mau hujan."
YOU ARE READING
TEMPAT PULANG ELLARA || ON GOING
أدب المراهقين"Katanya sifat orang tua itu menurun pada anaknya? Lantas mengapa mama dan papa selalu bilang sifat aku berbeda dari mereka?" -Ellara. Sebuah cerita mengisahkan seorang anak perempuan, yang sangat disayang oleh keluarganya. Namun setelah menginjak u...