Prologue

1.1K 129 23
                                    

Suara riuh orang bercakap-cakap dan musik di sisi yang lain menggema di ruangan yang cukup besar itu. Di dindingnya sudah terpasang berbagai macam dekorasi untuk memperindah suasananya. di sisi ruangan yang lain menghampar sebuah meja panjang yang di atasnya sudah tersedia berbagai jenis makanan. Ada beberapa meja kecil lainnya yang tak kalah dengan meja utama; berisi makanan ringan, minuman dan makanan penutup yang tampak menggugah selera makan.

Satu per satu orang mulai berdatangan dan membuat ruangan itu semakin sesak. Satu per satu dari mereka meletakkan kado yang telah mereka bawa di meja yang telah disediakan meskipun beberapa memilih memberikannya langsung kepada si pemilik acara.

Suara riuh mulai berubah menjadi lebih tenang saat seorang pembawa acara naik ke atas podium dan mengecek apakan mikrofonnya berfungsi lalu semua mata tertuju padanya.

"Selamat malam semuanya!" sapa si pembawa acara dan disambut dengan antusias dari seluruh hadirin. "Selamat ulang tahun, Celina!" serunya lagi dan disambut oleh tepuk tangan yang lebih riuh dari sebelumnya.

Si pembawa acara membacakan susunan acara dari malam itu—sebuah ulang tahun kedelapan belas yang diadakan oleh Celina; Celina Merriam Rodgers, itulah nama si pemilik acara. Acara yang cukup meriah yang selalu diimpikan oleh gadis yang sudah bisa dikatakan dewasa sekarang.

Di sisi yang lain, seorang pria dengan balutan busana yang sangat trendy—ala anak muda zaman sekarang yang sangat dikagumi oleh para gadis di seluruh dunia. Bagaimana tidak? Ia mengenakan kaos berwarna putih dibalut dengan jaket kulit berwarna hitam, dipadukan dengan skinny jeans berwarna senada dengan celananya. Penampilan itu semakin sempurna karena dikenakan oleh salah satu bintang dari One Direction.

"Siapa yang kau perhatikan, mate?" seseorang mengejutkannya.

Pria itu menoleh ke samping dan tersenyum simpul, "Tidak ada." Jawabnya.

Lawan bicaranya tidak percaya dan memerhatikan kemana arah pandangan kawannya. Di sana, seorang gadis sedang duduk sendirian. Gadis yang telihat polos dengan balutan dress selutut berwarna merah yang tampak kontras dengan warna kulitnya, dandanannya tidak buruk namun terlihat paling sederhana dibandingkan dengan gadis-gadis lain yang hadir di acara ini. Senyumannya tampak manis.

"Gadis itu, huh?" ucapnya. "Teman satu apartemen Celina." Tambahnya lagi.

"Kau tahu siapa namanya?"

"Pergilah dan tanyakan."

Tanpa banyak bicara, pria itu memberanikan diri bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri gadis yang sedari tadi mencuri perhatiannya. Meskipun banyak gadis mencoba menarik perhatiannya namun mereka tidak berhasil.

Dia memberanikan diri untuk menyapa, "Hey."

Gadis itu mengangkat wajahnya dan tersenyum. "Hi."

Manis sekali. "Boleh aku bergabung?"

Gadis itu mengangguk, "Tentu."

"Kau mau minum?"

Gadis itu menggeleng, "Celina bilang semua minuman di sini beralkohol. Aku tidak minum."

"Kalau begitu biar kutraktir kau." Guraunya. "Niall, siapa namamu?" pria itu mengulurkan tangannya.

Gadis itu menyambutnya, "Daisy."

"Nama yang bagus." Puji Niall.

"Terima kasih."

"Well, Daisy, karena kau tidak minum, aku ingin menraktirmu kopi, kau mau?" Niall memberi tawaran.

Daisy kembali tersenyum yang mana membuat Niall sedikit tidak bisa mengendalikan dirinya untuk tidak memandangan gadis di hadapannya. "Mungkin lain waktu. Aku harus meninggalkan pesta lebih cepat. Ada beberapa urusan yang harus kuselesaikan."

"Boleh kuminta nomor teleponmu?" tanyanya, "Hanya jika kau tidak keberatan."

"Hey, Nialler, ke mari sebentar." Seseorang memanggil Niall.

"Wait a minute." Ucap Niall lalu bergegas menghampiri teman yang memanggilnya.

Di saat yang bersamaan Daisy mendapatkan panggilan telepon yang mengharuskannya pergi saat itu juga. Niall berbincang cukup lama dengan teman-temannya sehingga dia melupakan gadis yang baru saja ia goda. Saat Niall menyadarinya, gadis itu sudah tidak di sana. Niall mencoba mencarinya ke seluruh penjuru ruangan. Namun, sesaknya orang menyulitkannya untuk menemukan gadis itu. Tepat saat dia kembali ke meja di mana gadis itu duduk, dia menemukan secarik kertas yang bertuliskan deretan angka.

Nice to meet ya

HALO (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang