Part 3 : Hubungan?

626 72 2
                                    

Tujuh pemuda berparas saling menyerupai satu sama lain nampak sedang duduk melingkar di sebuah meja berpayung dekat kantin, menikmati masing-masing makanan yang mereka pesan.

Seringkali kaum hawa yang lewat membicarakan mereka atau bahkan menyapa.

Ada yang menyapa balik, ada yang diam, ada yang bangga, ada yang narsis, ada yang adu narsis sama yang narsis, ada yang balas liatin sambil makan juga. Tapi ada satu yang aneh, aneh dari biasanya.

Yang biasanya sinis, kini mukanya masam menopang dagu tak selera makan.

Soto betawi kuah merconnya memang sudah habis setengah, tapi sisanya cuma diaduk-aduk oleh penikmatnya tanpa minat.

Gempa, si sulung kedua, sebetulnya ingin bertanya. Tapi dia tahu betul tabiat Hali, yang mana cukup tsundere- atau tak akan mengaku dan curhat jika ditanya.

Ice peduli tak peduli, dia menaruh kepalanya di meja sambil menyedot puding sedotnya.

Blaze dan Taufan lagi adu, lebih banyak mana fans diantara mereka.

Duri dengan tenang dan adem memakan nasi uduk ayam gorengnya.

Solar yang merasa janggal selama beberapa hari belakangan pun angkat suara usai menyeruput es teh manis hangat tawar miliknya.

"Hali, daripada mubazir mending sotonya kasih Blaze." ucapnya lalu menyantap lagi nasi uduknya yang tadi ia beli bersama Duri.

Halilintar melirik sekilas, lalu mengaduk kembali sotonya.

Solar yang memerhatikan isi mangkuk Halilintar sudah merasa cukup jijik karena lama-lama isinya mulai terlihat lebih aneh.

Blaze dan Taufan yang sudah selesai berdebat ikut menimbrung,

"Mana, mana? Mau dong bang!" seru Blaze sambil menopang tubuhnya dengan menaruh kedua tangan ke atas meja dan berdiri semangat.

"Gak." jawab Hali singkat.

Ice yang mulai kesal dengan aura abangnya itupun ikut buka suara,

"Bang, kalau ada masalah itu cerita. Sruuppt‐"

Halilintar mendelik kesal, lalu menyuap sotonya dengan tidak santai. Memilih menghabiskan sotonya ketimbang meladeni saudara-saudaranya.

Segelintir orang-orang waras yang peka di meja itu menghela napas pasrah, kalau begini Halilintar bisa gundah dan silent treatment ke semua orang tiga hari dua malam.

"Hak Hali, hacarha hang hemahin hana?" celetuk Duri saat acara diam-diaman sedang terjadi di meja para murid bermarga Boboiboy itu. Mulutnya penuh nasi sehingga ia kesulitan bicada, tapi masih cukup dipahami kakak-kakaknya.

Mereka serempak melirik Halilintar, yang kini tersedak kuah sotonya sendiri dan merasa kepedasan bukan main.

"Uhuk!! Uhuk, uhuk!"

"Nih.."

Memang dari keseluruhan kembar tujuh itu, yang paling peka dan pengertian cuma Gempa. Sampai yang memberi minum hanya dia.

Setelah lebih tenang dan Hali sudah tidak tersedak, mereka berenam menutup mulut rapat dan hanya menghabiskan sisa makanan mereka, menunggu Hali bercerita.

Atau tidak-

"Gak tau. Putus, mungkin."

Gempa, Ice, Taufan, dan Solar saling melempar tatap.

Blaze dan Duri hanya memberi tatapan polos kurang paham.

"Yang benar? Belum ada sebulan.." sahut Solar yang notabenenya sering memerhatikan interaksi Halilintar dan gadis itu di kelas mereka.

My Weird Girlfriends || Halilintar x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang