Masuk dalam ruangan serba hitam putih, mencoba membanting pintu kamarnya (walaupun tidak bisa karena pintunya berat), melemparkan dirinya sendiri ke atas tempat tidur dan menendang sendal yang di pakainya ke sembarang tempat. Jika Ibunya melihat ini, mungkin beliau akan jantungan.
"Apa-apaan!" Marahnya.
"Kenapa dia bertingkah seperti itu? Padahal saat menikahiku dia tidak seperti ini, apa dia sudah bosan?"
Ansel bertanya sendiri dan menjawab dengan sendiri juga."Tapi dia bilang, dia menyukaiku. Tidak mungkin secepat itu dia bosan."
Gumamnya dengan kaki yang di hentak-hentakan pada tempat tidur.Banyak hal dalam rumah ini yang membuatnya marah, misalnya ada apa dengan pelayan-pelayan yang mengikutinya ke mana pun dia pergi? Mereka sangat mengganggu dan menjengkelkan. Dia diperlakukan seperti tuan putri yang manja. Agam, pria itu benar-benar menguras tenaga, hati dan jiwanya, kesopanan yang selama ini dia jaga, hilang begitu saja.
•••
Tok tok tok
Saat Ansel sedang istirahat dan menonton acara tv yang membosankan, seorang pelayanan masuk dengan kepala tertunduk.
"Tuan Muda, Tuan Besar meminta anda untuk makan malam bersama di bawah sebentar jam 8 malam."Jeda sedikit karena tidak ada suara, pelayanan tersebut mengangkat kepala untuk melihat apakah Tuan Mudanya ini mendengar atau tidak, dan terkejut kala Ansel sedang menatap lurus padanya dengan wajah yang tidak bersahabat, dengan sedikit ketakutan dia melanjutkan,
"Untuk itu, saya datang kesini untuk memilih pakaian yang harus di pakai jika makan dengan Tuan Besar."Ya. Sudah hampir satu minggu setelah malam pernikahan mereka, Ansel belum pernah melihat batang hidung pria itu lagi! Dia hanya sibuk dengan pekerjaan yang Ansel sendiri tidak tau apa yang sebenarnya pria itu kerjakan.
Mereka bahkan tidak berbagi kamar yang sama! Apakah ini bisa disebut pernikahan? Kalau ayah dan ibunya tau tentang hal ini, Ansel yakin mereka hanya akan marah besar.
Jarak kamar mereka bahkan sangat jauh, kamar Ansel berada di lantai 2 dan ruangan Agam di lantai 3. Rumah ini memiliki 3 lantai dengan luas yang membuat pusing kepala kalau mau di telusuri.
Ansel selama ini diam dan tidak protes. Tapi tadi siang, kesabarannya sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Jadi dia berniat menemui Agam di lantai 3, yang Ansel tau dia tidak pernah boleh kesana.
Dia sudah terlanjur kesal! Tapi berujung 'diusir' walaupun dengan cara yang halus. Mungkin karena itu juga Agam sekarang memintanya untuk makan malam bersama, baguslah setidaknya dia masih punya hati.
"Baiklah."
Jawabnya dengan pelan, karena bagaimanapun juga dia tidak bisa memarahi pelayan-pelayan ini, mereka hanya kerja untuk bisa makan.Dia bangkit dari tempat tidur dan berjalan mendekati walk in closet, pelayan tersebut mengambil sebuah kemeja bermotif cantik, berwarna putih dan celana kain biru tua.
"Tuan Muda."
Pelayan tersebut menyerahkan pakaian tersebut bersama jam tangan berwarna senada. Lalu celana dan sepatu hitam mengkilap.Karena sudah terlanjur lelah, Ansel menerima tanpa mengatakan apa-apa.
Beberapa pelayan lain masuk untuk menghangatkan air di dalam kamar mandi dan menyiapkan peralatan mandinya. Kemudian barulah Ansel masuk dan mandi.
Setelah keluar, Ansel memakai pakaiannya sendiri karena memang ia yang memintanya, sebab sebelumnya pelayan-pelayan itu mau membantu Ansel berpakaian. Yang benar saja pikirnya.
Setelah siap, melirik jam tangan sudah hampir jam 8. Dia langsung keluar kamar yang langsung di sambut pelayan-pelayannya untuk mengantar dia ke bawah. Karena demi apapun, dia tidak pernah ke bawah lagi sejak tinggal di sini. Oh iya, pelayannya berjumlah 4 orang.