35

1.7K 159 8
                                    




"Archie! Dada sudah bilang kan, tidak boleh!"
Ansel membentak, kehabisan kesabaran.

Kaget dibentak tiba-tiba oleh Dada-nya, mata Archibald mulai berkaca-kaca. Lalu perlahan, air mata mulai mengalir di pipinya. Padahal anak itu sudah tidak pernah lagi menangis di usianya yang sekarang ini.

Tetapi Ansel tidak peduli, pemuda itu tetap menarik pelan tangan Archibald. Membawanya masuk kembali ke dalam rumah.

Archibald yang tidak terasa sudah berusia 4 tahun itu, sangat suka menghilang dari dalam rumah dan membuat Ansel khawatir. Walaupun bersama Nana, dan pastinya Nana juga sudah melarang, tetapi Archibald sangat keras kepala.

Anak itu sangat suka pergi ke halaman belakang yang jauh dari rumah utama itu, hanya untuk melihat kuda. Bermain bersama kuda, katanya. Ansel sudah melarang berulang-ulang kali dan mengatakan boleh pergi ke sana hanya jika bersama Daddy. Tapi Archibald tidak mendengarnya.

"Akan Dada laporkan kamu sama Daddy."
Ansel mengancam. Tahu bahwa Archibald memiliki perasaan segan dengan Agam. Anak itu sangat penurut jika Agam yang berbicara.

Dengan sesenggukan Archibald menggeleng.
"Jangan Dada..."
Memaksakan dirinya sendiri untuk berbicara, walaupun sesekali tersedak air matanya sendiri.

Ansel menjadi tidak tega, tapi mau bagaimana lagi, Archibald harus ditegaskan bahwa berbahaya bermain keluar rumah tanpa pengawasan Agam. Walaupun banyak bodyguard yang menjaga disekitaran rumah, Ansel tetap khawatir. Pemuda itu hanya akan tenang jika Archibald bersama Agam.

Pemuda itu pun mulai menghapus air mata yang mengalir di wajah anaknya itu.
"Ya sudah. Jangan menangis lagi. Maafkan Dada yang sudah membentak Archie ya... Tapi tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama lagi. Janji?"

Ansel mengangkat jari kelingkingnya di depan Archibald yang langsung mengangguk cepat. Menautkan jari kelingkingnya juga pada milik Dada-nya.
"Archie janji."

Ansel pun memeluk Archibald erat.
"Anak pintar."
Pemuda itu mengecup seluruh wajah Archibald dan mengusap surainya lembut.

Muni dan Nana yang berdiri agak jauh dibelakang mereka pun tersenyum dengan lembut. Melihat Tuan Muda dan Tuan Kecil Archibald sudah berbaikan, Muni maju dan berbicara. "Tuan Muda, makan siang sudah siap."

Ansel menoleh,
"Oh! Sudah jam makan siang. Ayo, kita makan siang bersama."
Ansel lalu mengambil tangan kecil Archibald dan menggandengnya.

Archibald pun mengangguk dengan patuh.
"Archie minta maaf karena sudah membuat Dada marah."
Anak itu lalu menundukkan kepalanya tanda menyesal.

Ansel tersenyum dengan manis.
"Baiklah. Dada terima permintaan maafnya karena Archie adalah anak yang baik. Ayo, kita pergi makan, sayang."

Bersama, dengan bergandengan tangan, Ansel dan Archibald berjalan ke ruang makan untuk makan siang disana. Sejak ada Archibald, Ansel sudah tidak pernah makan siang sendiri, mereka selalu makan bersama.

Mengingat dulu sebelum ada Archibald, jika waktunya makan siang, Ansel hanya akan meminta Muni untuk membawakan makanannya ke dalam kamarnya. Hanya ketika makan malam saja dirinya makan di meja makan seperti ini, itupun jika bersama dengan Agam.

Love WinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang