Aku merebahkan tubuhku diatas rerumputan bukit malam ini. Memejamkan mata. Benar-benar bertanya akan paradigmaku tentang, mimpi ini.Bukan. Ini bukan mimpi. Andaikata ini mimpi, kenapa durasinya begitu lama? Kenapa aku bahkan merasakan dingin di puncak bukit malam ini? Kenapa pula, tubuh Janu terasa begitu hangat? Kenapa, aku mengharapkan hal seperti ini menjadi kenyataan? Hey, aku tidak bodoh! Aku sendiri yang bilang kalau permohonan terkabul saat bintang jatuh itu mitos, kenapa aku sendiri yang hendak mempercayainya?
"Grassy. Grassy?"
"Grassy, Grassy apaan, sih? Lo mimpi ketemu bule?"
Bukan. Ini bukan mimpi. Sebotol teh ditanganku, sekaleng kopi pahit instan ditangan Janu, apa, aku benar-benar kembali ke masa lalu?
"Lo aneh banget deh dari tadi, Na." Janu yang tadinya rebah disampingku, kini duduk tegak. Memandangi wajahku yang tepat berada diatasnya. Dia melebarkan jaketnya-yang sedari tadi ia gunakan untuk bantalan dia tidur, untuk menyelimuti tubuhku yang masih menggunakan kemeja tipis SMA "lo makan apa tadi pagi?"
Aku berdecak, "gue makan elo!"
"Wuih, jadi vampir dong gue. Na, gue mencium bau darah suci."
"Janu gila!"
"Gila banget emang. Tergila-gila padamu, eaaa!"
Aku kesal. Remaja itu selalu saja bercanda. Tapi itu juga yang membuat aku rindu. Karena melihat-nya tertawa, aku jadi ingin menangis. Aku tidak mau Janu melihatku menangis, itu akan semakin membuat dia kebingungan. Maka, dengan cepat aku berdiri dari tepian bukit, membuat Janu yang melihatku jadi bertanya-tanya.
"Mau kemana, Na?"
"Pulang."
"E-eh? Lo marah sama gue?"
Aku tak menjawab. Kudengar langkah kaki Remaja itu mengikutiku, "Ayana! Lo marah?"
"....."
"Yana, ada ap-eh, tolong!"
"JANU!" Aku langsung berlari cepat memeluk Janu ketika aku menoleh dan mendapati Remaja itu terpeleset, hampir saja jatuh ke tanah menurun perbukitan. Ada banyak bebatuan disana. Kalau sampai dia jatuh dan menabrak bebatuan, tidak. Itu tidak akan terjadi.
"Lo gila, ya? Hati-hati! Liat jalan, Janu!"
Janu masih membeku. Aku mengomel sembari menangis dipelukannya, dan memukul badannya. Aku sudah sesenggukan sekarang, aku sangat ketakutan. Sangat. Aku tidak mau kehilangan Janu lagi.
"Y-Yana, l-lo nangis?"
"Yaiyalah, hiks! Gue takut lo kenapa-napa! Gila!"
Janu tidak menjawab lagi. Aku merasakan dua tangan mendekap bahuku dari belakang. Aku merasakan elusan lembut pada belakang kepala dan bahuku. Aku merasakan perasaan hangat yang sudah lama aku cari selama ini. Aku merasakan, kalau Janu benar-benar nyata dalam mimpiku. Kudengar, Remaja itu berbisik di telingaku,
KAMU SEDANG MEMBACA
PERIHAL KAMU DAN WAKTU
القصة القصيرةKalian pembaca. Aku ngga perlu di follow. But, i think I'm worth it to accept one vote in every single part!!! So, be wise as a readers!!! VALENTINE PROJECT (LONG SHORT STORY) FT. LEE HAECHAN NCT Janu adalah segalanya bagiku. Aku tidak bohong ketika...