Tidak jauh di luar kota sana seorang remaja baru saja turun dari kereta yang ditumpanginya kemarin malam. Celingak-celinguk memandang sekitar. Sangat asing berada di tempat baru. Remaja itu sukar berbaur dengan orang lain.
"Aku tidak membawa uang sepeserpun. Sebaiknya aku mulai mencari pekerjaan dan tempat tinggal sementara"
Melanjutkan langkah berharap ada uang yang bisa dia dapatkan hari ini, paling tidak dia bisa tidur si tempat yang tak kehujanan. Makan juga. Lapar sekali.
“Aku harus mencari pekerjaan, tapi untuk saat ini aku harus mencari tempat tinggal,” kata remaja itu dalam hati sambil terus berjalan. “ku harap aku bisa segera mendapatkan pekerjaan, aku mulai lapar.” Dia terus mencari tempat yang aman untuk beristirahat dan pekerjaan potensial."
Dia terus berjalan, mencari pekerjaan atau tempat tinggal. Meski lapar, ia tidak ingin terus-terusan berada di jalanan tanpa tujuan, apalagi saat larut malam. Dia juga tidak mau menerima pekerjaan apa pun yang terkesan terlalu berbahaya atau berisiko, dan dia juga tidak punya uang simpanan.
Tiba-tiba, di kejauhan, dia melihat seorang kakek duduk sendirian di kursi luar sebuah gubuk kecil. remaja itu bergegas mendekat untuk bertanya kepada kakek itu tentang pekerjaan atau tempat tinggal.
"Maaf, Tuan, saya ingin tahu apakah Anda mengetahui pekerjaan atau tempat tinggal di sekitar sini?" Pria itu bertanya pada kakek tersebur. “Saya tidak punya banyak uang tunai saat ini, tapi saya bersedia membayar semampu saya untuk tinggal di tempat yang aman dan mungkin mendapatkan pekerjaan.” kakek itu menatap remaja dengan senyuman hangat, dan sepertinya memahami situasinya.
"Aku akan memberikan sebuah pekerjaan padamu, namun pertama-tama kau harus menerima jam ini"ucap sang kakek
Remaja itu pun tampak bingung, karna ia baru pertama kali melihat jam dengan motif aneh, ada gambar naga di jam tersebut, untuk sesaat jam itu bersinar kecil
Tidak biasa bagi seorang kakek tua untuk langsung meminta seseorang menerima pekerjaan, terutama karena dia tidak punya banyak uang. Tapi, dia putus asa dan membutuhkan tempat tinggal.
“Pekerjaan apa itu?” tanya remaja itu dengan hati-hati.
“Ini pekerjaan yang tidak biasa,” jawab kakek tua itu, “dan memerlukan dedikasi dan kesetiaan yang tinggi. Apakah kamu bersedia menerima persyaratannya?”
"Hmmm...apa syaratnya?" tanya remaja itu, merasa sedikit tidak yakin dengan pekerjaan yang tidak diketahui ini.
"Kamu harus tetap setia kepada ku dan menuruti semua perintahku, bahkan ketika itu tampak aneh atau berbahaya. Kamu harus mengikuti perintah ku tanpa pertanyaan dan menyelesaikan semua tugas yang diberikan kepadamu. Kamu harus menunjukkan pengabdian tegyh."
"Dan bagaimana jika aku menolak?" tanya remaja tersebut yang mulai merasa sedikit risih dengan pekerjaan misterius ini di tambah dengan jam kecil yang di berikan kakek tua
"Maka kamu akan menghadapi konsekuensinya.”
“Konsekuensinya apa?” dia bertanya dengan ragu-ragu.
“Kamu belum siap untuk mengetahui hal itu,” jawab lelaki tua itu, “tetapi jika kamu menolak persyaratanku, kamu akan menyesalinya. Dan yang lebih menambah kegelisahanmu, aku tidak akan memberimu waktu untuk memikirkannya."
"Terima persyaratanku sekarang, atau tolak. Pilihan nya ada padamu."
Remaja itu ketakutan. Dia bisa merasakan bulu kuduknya berdiri ketika peringatan lelaki tua itu bergema di benaknya. Tiba-tiba dia merasakan kegelisahan dan ketakutan karena kemungkinan menolak pekerjaan misterius ini.
Dia terpecah antara rasa takut dan rasa ingin tahunya. Dan kakek tua itu tidak memberinya waktu untuk berpikir atau mengambil keputusan. Taruhannya tinggi, dan konsekuensinya tidak diketahui, tapi dia tidak punya pilihan. Dia putus asa dan membutuhkan tempat tinggal.
Dia menarik napas dalam-dalam. "Saya menerima."
"Pilihan yang bagus anak muda, kau tidak akan rugi setelah menerimanya"
Remaja itu merasa campur aduk antara keterkejutan dan kekhawatiran setelah menerima pekerjaan misterius dari kakek tua tersebut. Tanpa menunggu waktu lama, kakek itu memberikan jam dengan motif naga kepadanya.
"Inilah jam yang akan menunjukkan tugas-tugasmu. Jangan pernah melupakan kesetiaanmu," ujar kakek itu serius.
Jam tersebut bersinar lagi, dan remaja itu merasa seolah-olah ada ikatan yang tak terlihat terjalin di antara mereka. Dengan hati yang penuh ketidakpastian, ia mengikuti kakek itu menuju gubuk kecil yang tampaknya menjadi tempat tinggal sementara.
Malam pun tiba, dan remaja itu mulai merasakan bahwa pekerjaan ini mungkin lebih rumit daripada yang ia kira. Jam tersebut memberikan instruksi yang aneh, seperti mengunjungi tempat-tempat terpencil pada jam-jam tertentu dan melakukan hal-hal yang tak terpikirkan.