Chapter 6 ~Irritating~

25 18 353
                                    

Jika ada kesalahan dalam penulisan ataupun tanda baca, mohon diingatkan, yah! 🙃

Happy Reading!

Cengkeraman tangannya pada pagar pembatas semakin erat, kentara dengan raut wajah kegelisahan yang mempengaruhi hati serta pikirannya.

Alora sedang bergeming di atas balkon, menatap kepergian Alesha beserta rombongan lainnya yang ikut serta dalam perjalanan ke desa Lorvil.

Sebelum kepergiannya, Alora sempat berpesan pada Alesha agar berhati-hati selama di perjalanan. Ia juga harus kembali ke istana dengan keadaan selamat tanpa sedikit pun yang kurang. Alih-alih memahami apa yang Alora maksud, justru Alesha malah menertawakannya. Padahal dari perkataannya jelas tidak ada unsur kelucuan hingga mengharuskan orang saat mendengarnya tergelak. Aneh memang.

Atau mungkin pesan yang ia berikan memang terdengar konyol. Ia sendiri pun tahu, bahwa kepergian Alesha bukan untuk pergi ke medan perang, melainkan turut membantu orang-orang yang menjadi korban bencana alam.

Namun ia teringat dengan suatu pepatah yang mengatakan, 'bahwa hidup tidak selalu berjalan sama seperti apa yang kita mau dan harapkan'. Dan karena itulah, ia selalu memikirkan hal-hal yang bahkan belum tentu terjadi. Ketakutan yang berasal dari pikiran membuatnya demikian.

Karena tidak sedikit orang akan berpikir hal yang sama saat dirinya merasa pesimis; merasa bahwa ia telah gagal, ketidakpastian, keterpurukan, ketakutan dan lain hal sebagainya hingga pikiran-pikiran negatif pun memenuhi isi benaknya. Dan Alora salah satu dari orang itu.

Sebenarnya tidak mudah untuk mengenyahkan pikiran tersebut. Ia juga merasa bahwa dirinya belum menjadi sosok kakak yang baik untuk Alesha, saudari kembarnya. Ia tahu, ia memiliki banyak kekurangan. Dan ia berusaha untuk tidak menjadikan kekurangan yang ia miliki sebagai penghalang atau kelemahan untuk mencapai keinginannya. Keinginan tersebut tak lain hanya untuk melindungi Alesha, serta memberikan perhatian lebih melalui verbal maupun non-verbal.

Mungkin dapat di bilang keposesifan sebagai seorang kakak mengharuskannya bersikap demikian. Karena baginya, posesif bukan hanya untuk pasangan atau kekasih, tetapi berlaku juga untuk orang-orang yang kita sayangi seperti anggota keluarga. Perasaan tersebut akan hadir di saat kita berkeinginan untuk melindungi, mengasihi, serta menyayangi orang yang terdekat dengan kita.

Sesaat Alora mengehela nafas hingga beberapa kali, menetralkan segala pikiran yang berkecamuk. Tak berselang lama, Alora memutar tubuhnya saat mendengar suara ketukan dari pintu.

Setelah menyerukan suara untuk mempersilahkannya masuk, seorang prajurit datang menghampirinya. "Hormat dari saya, Tuan Putri." Sopan prajurit tersebut seraya membungkukan badan.

"Ada sesuatu yang penting?"

"Yang Mulia Raja meminta Anda untuk segera menemuinya di ruang kerjanya." ujarnya menyampaikan.

Refleks Alora menepuk jidatnya. Ah, ia hampir lupa akan hal itu. Padahal sebelumnya Yang Mulia Raja sudah memberitahukannya jika ia ditugaskan untuk mengerjakan berkas-berkas di ruang kerjanya.

Di rasa sudah siap, dan tidak ingin membuat Yang Mulia Raja menunggu, Alora segera berlalu dari sana. Namun, menyadari keterdiaman prajurit yang memberitahukannya, ia lantas bersuara. "Tunggu apalagi? Ayo!"

Another Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang