Bagaimana aku bisa pulang ke rumah untuk mengulang semua amarah? Bagaimana bisa juga tempat singgah ini memberikan rasa nyaman secara sungguh?
Aku selalu bilang bahwa aku lebih suka fajar dibanding senja. Karena fajar melambangkan semangat dengan cahaya barunya di pagi hari. Tapi aku tidak munafik, senja juga indah dengan lembayungnya. Namun senja memberikanku hal yang paling aku tidak suka, kegelapan.
Kamu seperti senja, indah namun sementara. Dibalikmu tersimpan kegelapan yang membuatku tidak nyaman. Amarahmu bak sunyinya malam yang sering mengundang rasa takutku untuk datang. Meski kuakui senyumanmu secantik rembulan. Namun sayang, rembulan tidak hadir di setiap malam.
Dia, hadir sebagai fajar di pagi hari. Menawarku realita yang lebih indah daripada mimpi. Memberikanku kesempatan untuk kembali percaya diri. Membiarkanku melakukan semua hal yang aku cintai. Menyukai semua tentangku tanpa tapi. Hingga akhirnya, dia membuatku jatuh hati.
Teruntuk senja, aku sudah terlalu lama hilang untuk kembali pulang. Terima kasih atas semua hal yang pernah membuatku senang. Kita sudah selesai, tak ada yang kalah atau menang. Sekarang kita bisa sama sama tenang.
YOU ARE READING
Aksara Nura
Short StorySenja, dengan segala keindahannya tidak bisa menghalangi fajar untuk membuatku jatuh hati.