ONE

85 8 0
                                    

"Baik terima kasih buat kelas hari ini, sampai ketemu lagi di semester depan." Ucap seorang wanita paruh baya yang berstatus dosen lalu keluar ruangan

Seluruh mahasiswa satu per satu pun keluar dari ruangan kelas. Sehingga tersisa dua wanita cantik di dalam kelas yang sedang berbincang.

"Wih win gue pikir kayanya liburan kali ini apa kita ke Kanada aja ya." Ucap salah satu wanita wanita yang bermata monoloid.

"Males ah, gue mau nikah aja liburan semester ini" kata winnie yang tengah bergurau.

"Awas nanti jadi kenyataan, emang sama siapa sih lo lakunya." Tanya Sania

"Adalah gue ajak aja si bene buat nikah."

"Yee nikah mulu pikirannya  skripsi lo pikirkan nanti." Cerca temannya tersenyum.

Winnie ialah mahasiswi berprestasi sejak SMA, ia menghabiskan waktu SMA nya hanya dua tahun saja. Ia juga memiliki prestasi ketika menjadi mahasiswi sehingga ia sudah pada tahap skripsi.

"Yaudah deh ngoceh mulu, ayo pulang." Ajak winnie yang langsung menarik tangan sahabatnya ke luar ruangan.

Saat kedua wanita itu berada di pintu kelas, seorang pria dengan surai hitam sudah menunggu di luar ruang kelas. Pria itu ialah Benedicto pacarnya winnie sejak SMA hingga saat ini. Pria itu tersenyum kepada gadis mungil itu lalu menyapanya.

"Hai." Sapa nya dengan senyuman hangatnya.

"Aduh gue duluan lah ya win, sampai jumpa lagi ye kak ben." Ucap Sania yang langsung meninggalkan sepasang kekasih 'itu'.

"Tumben." Ucap Winnie.

"Emang ga boleh ya jemput pacar aku?.

"Boleeh bangettt dongg." Jawab winnie yang langsung menggandeng Bene lalu menatap kekasihnya dengan berbimar.

Mereka berdua lalu berjalan ke luar kampus bersama. Ini sudah lama sekali, sejak Bene bekerja di perusahaan besar kekasihnya ini jarang menjemput winnie bahkan untuk kencan saja 2 minggu sekali. Benedicto ialah pacar idaman winnie sejak SMA karena Bene teman abangnya Chandra. Chandra sering kali mengajak winnie ikut nongkrong dikarenakan perintah orang tua mereka. Ya benar sekali orang tua mereka bekerja di luar negeri dan tak mengijinkan winnie sendiri di rumah jadi Chandra hanya keluar paling lama 2 jam saja ketika bermain. Benedicto juga lulusan universitas yang sama dengan winnie saat ini.

Sepasang kekasih itu kini telah berada di parkiran kampus. Winnie yang masih terlihat senang terus menatap kekasihnya dengan mendalam.  Wah winnie gak mau ketinggalan moment ini jadi ia mengeluarkan ponselnya dan mengambil gambar  kekasihnya yang tengah membukakan pintu untuknya.

"Senang banget kelihatannya." Ucap Bene lalu tersenyum.

"Siapa ga senang di jemput pacar yang super sibuk."

"Iya sayang, sini peluk."

Benedicto menyambut Winnie dengan pelukan hangat. Dia mendekapkan tubuh mungil kekasihnya ke dalam pelukannya. Ia mengelus punggung Winnie lalu menatap kekasihnya sambil tersenyum. Winnie yang tak mau melepaskan pelukan itu menenggelamkan wajahnya di dada pacarnya sambil memeluk dengan erat.

"Winn... udah ya kaya ga akan pelukan lagi aja." Ucap Benedicto.

Winnie melepaskan pelukannya lalu mencubit perut kekasihnya yang sangat suka bergurau ga jelas.

"Aww iya bercanda sayang, udah ya biar kita bisa jalan habis ini." Ucap Benedicto yang sedikit merintih kesakitan.

"Iya deh." Kata winnie yang langsung masuk ke dalam mobil.

Benedicto menutup pintu mobil dengan pelan lalu beranjak ke arah pintu kemudi untuk mengajak kekasihnya berjalan-jalan.

Di dalam mobil Benedicto langsung memasang seatbeltnya. Melihat punya winnie belum terpasang dia memasang seatbealt untuk kekasihnya. Jarak mereka terpaut  dekat, winnie yang langsung mendekatkan wajahnya dengan Benedicto lalu  ia mencubit pipi Benedicto.

"Duh." Rintih Benedicto

"HAHAHAHAHAHA lucu banget abisnya." Ucap winnie.

Benedicto hanya tersenyum lalu kembali menyalakan mobilnya dan fokus menyetir.
Di sepanjang perjalanan hanya ada suara nyanyian pacarnya yang sangat cantik dengan suara bak malaikat.

"Cape banget, gimana ya kalau tiba-tiba kita ga akan pernah begini lagi ya Ben." Ucap Winnie yang memang suka kadang berkata sembarangan.

"Ush omongannya itu loh." Tegur Benedicto yang cemberut.

"Bercandaa sayang, kalaupun terjadi itu ga akan mungkin aku akan marah ga jelas nanti." Ucap winnie yang lalu tertawa.

Satu harian penuh dihabiskan sepasang kekasih 'itu' seakan itu adalah terakhir kalinya untuk mereka. Hari 'itu' dipenuhi oleh tawa oleh keduanya. Winnie yang tak ingin melewatkan moment mereka dia mengambil ponselnya lalu memgambil foto selfie. Begitupun dengan Benedicto ia tahu apa itu fungsi kamera belakang ia terus mengambil gambar Winnie.

Matahari pun berpulang untuk sementara waktu. Hari pun sudah gelap Benedicto pun mengantar winnie sampai ke depan rumahnya.

"Mau mampir?" Tawar Winnie

"Jangan ada  om sama tante takutnya ngeganggu." Winnie memahami situasinya lalu mengiyakan.

Benedicto pun memeluk winnie dan megusap surainya sambil memasangkan jepitan rambut untuk winnie.

"Tadi aku lihat ini, cantik kalau dipakai winnie." Ucapnya sehingga wajah  kekasihnya 'itu' memerah seperti tomat.

"Aku pulang dulu ya." Pamitnya

"Hati-hati ya ben."

Mobil Benedicto perlahan menghilang dari pandangannya. Winnie langsung memasuki rumahnya. Di dalam sudah ada kedua orangtuanya dengan wajah marah menunggu.

"Dengan pacar mu itu ya?." Ucap papa nya membuka percakapan.

"Hehe iya pa."

"Berapa kali papa bilang jauhi pria itu dia bukan pria yang baik." Ucap pria paruh baya pada putrinya.

"Bene orang baik-baik ya pa, papa jangan asal bicara." Ucap Winnie yang sedikit emosi.

"Baik-baik darimana? Keluarganya saja berantakan. Papanya meninggalkan dia dan mamanya demi perempuan lain. Buah tak jauh jatuh  dari pohonnya. Bisa saja dia seperti itu." Kini mamanya yang mengatakan demikian.

"MA JANGAN SAMAKAN BENE DENGAN PAPANYA, MEREKA ORANG BERBEDA." Ucap Winnie dengan nada yang sedikit tinggi.

"Oh kamu uda berani ya melawan sama mama karena lelaki itu. Dasar memberikan dampak yang buruk." Sindir sang ibu.

"Ma cukup Bene temannya Chandra dari SMA sampai kuliah dia orang yang baik." Kini kakak laki-laki membela sahabatnya.

"DIAM KAMU CHANDRA JANGAN IKUT CAMPUR." Bentak pria paruh baya itu pada putranya

Winnie hanya bisa menangis mendengar perkataan orangtuanya. Benedicto memang tidak mempunyai keluarga cemara seperti Winnie dan Chandra dikarenakan papamya meninggalkan dirinya dan ibunya ketika ia bayi dan tidak bertanggung jawab sama sekali dengan Benedicto. Ayahnya selingkuh dengan wanita lain sehingga ibunya Benedicto  membesarkan dirinya sendiri bersama nenek dan kakeknya. Walaupun keluarga dari ibunya Benedicto berasal dari keluarga mapan tetapi itu membuat ayahnya winnie tetap takut jika Benedicto mempunyai sifat yang sama dengan ayahnya jika dia bersama dengan winnie.

"KAMU UDAH PAPA JODOHKAN DENGAN SESEORANG DAN KAMU HARUS MENERIMANYA." Ucap papanya dengan tegas ketika winnie hendak ke kemarnya dengan keadaan menangis.






TBC

ENJOY GUYSS

VOTMENT YA ITU PENYEMANGAT BUAT AKU







CLOSER (WENHO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang