Sesampainya Arsya di rumah, ia memarkirkan motor nya di garasi. Kemudian ia menuju ke dalam, membuka pintu utama namun ketika membuka pintu hanya hanya ada keheningan saja, suasana sunyi senyap menyelimuti rumah besar yang Arsya tempati itu.
Ia menghela napas pelan, berjalan menuju ke arah kamarnya yang berada di lantai atas, baru saja satu kakinya menginjak anak tanga pertama. Namun, suara seseorang menghentikan langkah nya lalu berbalik ke arah seorang wanita yang memanggilnya tadi.
"Kenapa bi?" Tanya Arsya pada pengasuh nya itu. Sebut saja ia dengan nama bi Mina.
"Non udah pulang? Non mau makan dulu tidak? Bibi ada masak makanan kesukaan non, mau bibi panasin lagi?" Tanya bi Mina pada Arsya. Arsya hanya tersenyum kecil dan menggeleng pelan lalu menjawab dengan lirih " asya kenyang bi, asya naik dulu ya." Setelah mengucapkan itu dia langsung saja pergi menuju ke arah kamarnya.
Bi Minah yang melihat itu hanya bisa menatap kepergian Arsya dengan tatapan sendu " non berubah, bibi kangen non asya yang ceria seperti dulu lagi." Ucap bi Minah lirih. Bi Mina lalu pergi melanjutkan pekerjaan nya yang tertunda karena kedatangan Arsya tadi.
Kini seorang gadis dengan seragam yang belum ia ganti sedang terbaring di atas kasurnya, menutup matanya dengan menggunakan lengan tangany. Terdengar helaan nafas berat dari gadis itu. Tak lama suara rintik hujan terdengar dari kamar yang terlihat sunyi tanpa kehidupan itu.
Gadis itu, Arsya. Dia membuka matanya lalu menengok ke arah jendela, Arsya bangun dari tidurnya lalu duduk di tepi kasur, memandang ke arah luar jendela.
"Ar, aku masih nunggu kamu" ucap gadis itu dengan lirih sembari menatap ke arah jendela, cuaca di luar sedang hujan seakan mendukung suasana sedih dan kerinduan mendalam yang gadis itu rasakan.
hujan turun dengan deras dan langit tampak memutih akibat mendung yang sangat pekat. Di tengah lamunan nya itu, ia di kagetkan dengan suara gemuruh yang sangat nyaring, membuat Arsya mematung dengan tubuh yang bergetar. Arsya menutup telinganya, dia bergerak dengan gelisah, nafas nya memburu tak beraturan.
Arsya mulai bangkit dari kasur menuju meja belajarnya dengan tertatih-tatih, membuka laci meja berusaha mengambil sebuah botol berisikan obat penenang. Namun suara guntur yang kembali terdengar membuat Arsya menjadi lebih tak terkontrol, obat yang ada di genggamannya terjatuh ke lantai.
Arsya, dia terduduk di lantai memeluk lututnny, kepalanya menggeleng kencang, air mata sudah turun membasahi kedua pipinya.
Kepalanya terasa amat sakit seperti di hantam berton-ton batu.kilasan memori Kejadian delapan tahun yang lalu kembali terlintas di kepalanya. Kejadian yang merubah sosok Alaraa Arsya Haga seorang gadis kecil yang ceria penuh tawa berubah menjadi sosok gadis kecil yang suram dengan tatapan mata yang dingin.
Sepulangnya Arsya dari tepi sungai, ia di kagetkan dengan teriakan kesakitan dari dalam rumahnya. Di depan mata gadis kecil yang baru berusia 10 tahun itu, sang ayah terlihat tengah memukul bundanya. Arsya yang melihat itu pun berteriak dari luar rumah.
"AYAH, BUNDA!" Teriak gadis kecil itu sembari berlari memasuki rumahnya.
"Ayah jangan! Ayah stop jangan pukul bunda!" Teriak gadis kecil itu melindungi sang bunda.
"ASYA! KAMU MINGGIR!" Ucap ayah Arsya lalu mendorong Arsya hingga tersungkur ke lantai. Arsya yang mendapat perlakuan seperti itu pun berteriak kesakitan.
"MAS!! DIA ANAK KAMU!" Teriak wanita yang ada di samping Arsya itu. Terlihat di wajah nya penuh dengan luka lebam pukulan, sudut bibir yang terlihat robek, dan pelipis yang mengeluarkan darah.
Suasana yang mencekam di tambah dengan derasnya hujan di luar di sertai gemuruh petir yang menggelegar, membuat keadaan saat ini menjadi lebih menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapal Cinta Arasya
Teen FictionKata orang cinta masa kecil adalah cinta monyet yang tak akan pernah nyata, namun cintaku padamu adalah nyata. "Ar, kita harus bareng selamanya ya, sampai kita gede nanti" ucap gadis kecil itu ke arah anak laki-laki di sebelahnya. "iya, Ar janji kit...