022

6 1 0
                                    




📖📖📖📖📖

22

" aku mau tinggal di apartemen aja pa,ma" ucap Jena tiba-tiba membuat keluarganya terkejut mendengar nya.

mereka yang baru saja senang mendengar kehamilan lani menghilang setelah Jena memutuskan untuk hidup berpisah dari orang tuanya.

" maksud kamu apa jen? " tanya mamanya tidak Terima.

" Jena mau tinggal di apartemen aja ma, biar dekat aja sama butik " bohong nya

" itu bukan alasankan jen, untuk kamu mau pergi dari rumah ini " ucap papanya kesal dia tidak Terima Jena tinggal di apartemen.

" Jena bukannya mau pergi pa dari rumah ya cuman, biar jena itu lebih dekat sama butik itu aja, dari sini ke butik itu butuh waktu satu jam pa" ujar Jena berusaha meyakinkan mereka semua.

" kalau memang kamu gak ada niat untuk ninggalin rumah ini kamu gak akan bawa semua barang kamu kayak gini " ucap mamanya yang masih gak percaya dengan alasan Jena, mereka masih merasa jika Jena ingin pergi meninggalkan mereka.

"Apaan sih ma, ini tu semua keperluan Jena"

" kamu gak senang tinggal di rumah ini? "

" bukan nya gak senang pa ma tapi "

"Apa "

Jena gak kuat untuk menahan tangis nya ia berusaha untuk menahan agar air matanya tidak keluar di hadapan papa dan mamanya , laki-laki yang ia cintai itu ada di depannya, di samping lani, beberapa kali ia ingin melihat tapi Jena takut karena ada lani di sana Jena ingin pergi dari rumah ini bukan karena tidak senang tinggal di sini tinggal bersama keluarganya, tapi di sini ada juan, jika dia terus tinggal disini usaha untuk melupakan juan bisa musnah seketika, jika Jena terus bertemu atau melihat juan di rumah ini semua nya akan sia-sia, yang ada hatinya malah akan meminta untuk merebut juan dari lani Jena tidak mau itu terjadi .

Jena takut lani akan membencinya, dan takut jika kakaknya akan kecewa padanya, Jena tidak mau lani merasakan sakit seperti yang ia rasakan. jadi memilih untuk pergi jauh dari mereka semua adalah jawaban yang tepat untuk semuanya.

"Tapi apa Jena " kini lani yang berbicara dia sudah menunggu untuk Jena melanjutkan ucapannya tapi adiknya itu malah terdiam dan entah memikirkan apa , " tapi karena kamu terlalu sibuk sehingga kamu memilih untuk pergi dari ini, biar gak ada yang ganggu kamu yang terlalu sibuk sama perkerjaan, sampai lupa sama keluarga sendiri, iya kan itu yang mau kamu bilang "

" aku gak ada kepikiran kayak gitu kak " ucapnya tidak Terima.

" jadi apa, kamu gak kasihan sama mama, papa, mereka itu rindu sama kamu, pas kamu datang papa sama mama itu senang banget Jen, tapi kamu malah mau pergi "

Jena melihat kedua orang tuanya, ya Jena melihat jelas wajah penuh kesedihan pada kedua orangtuanya itu seakan mereka tidak mau jena pergi, Jena bingung dengan dirinya sendiri Jena tidak tega dengan kedua orang tuanya yang sedih seperti ini.

Gadis berambut panjang itu menghela nafasnya, dia pahsra dengan keputusan nya, jika dia kembali merasakan sakit lagi dia akan menghadapi nya dia tidak bisa jauh dari kedua orangtua nya itu mau tidak mau Jena pun terpaksa menetap disana, tinggal bersama sebuah kehancuran yang dapat membunuhnya.

Jena menutup matanya, di nikmatinya rasa sakit itu yang datang menghancurkan hatinya secara perlahan-lahan.

" aku gak berharap ini semua terjadi Tuhan, tapi aku akan menjalaninya, aku percaya semuanya akan baik-baik saja sampai pada saat nya aku lepas dari rasa sakit ini" batinnya menahan semuanya sendiri .

Jena membuka matanya setelah mengatakannya dari hatinya , dan tanpa dia sadari tatapan matanya saling bertemudengan juan membuat jantung perempuan berambut hitam itu berdetak kencang, dengan cepat Jena memalingkan pandangannya ke arah yang lain ia takut jika ia akan goyah hanya dengan tatapan itu.

Jena tau itu bukan tatapan cinta atau pun semacamnya, tatapan itu hanya lah tatapan seorang kakak laki-laki pada adik perempuannya.

Namun dari lubuk hatinya yang paling dalam ia berharap jika itu adalah sebuah tatapan cinta untuk nya.

˙Maaf˙  ⟬karena Aku Terlalu Mencintaimu ⟭  RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang