Chapter 17 -[BONCHAP].

1.2K 76 42
                                    

Tidak, Semuanya hanya mimpi.

Mereka tak benar benar pergi untuk mengunjungi Taufan.

Jam menunjukkan pukul 23.44

Mereka berada di sebuah Rumah Sakit Medika Jaya, Yang mereka kunjungi Sore tadi.

Yang terbangun disini dengan keadaan mata sembab yaitu Duri,

"B..bang Taufan.." Lirih Duri sembari melihat Saudaranya yang lain, Keadaan mereka tak jauh berbeda dengan keadaan Duri sekarang.

Duri menangis sekarang, Ia ter-ingat Taufan yang sudah pergi.

Ia sama sekali tak berpikir bahwa Taufan masih hidup, Karena yang Ia ingat kejadian saat sore tadi..

Perlahan lahan, Ice dan Solar membuka matanya. Yang mereka lihat genangan air mata yang berada tepat di mata Duri. Isak tangisan yang disebabkan oleh Duri membuat Solar dan Ice juga ter-ingat oleh Taufan,

Solar menghampiri Duri untuk memberinya pelukan hangat, Yang bisa membuat Duri menjadi lebih baik.

"Duri, Ikhlasin ya?" Lirih Solar sembari mengusap punggung Duri.

Ice hanya terdiam melihat Kedua adik-nya yang sedang berduka atas kepergian Abangnya.

Ice dengan sigap membiarkan Saudaranya disini, Ia ingin menenangkan diri dalam waktu yang cukup lama.

Ice pergi keluar Rumah Sakit, Di kawasan Rumah Sakit malam itu memang terasa sangat sepi. Tetapi angin di malam itu bisa membuat Ia menjadi lebih tenang.

Angin itu membuat Ice sedikit ter-ingat kembali dengan Taufan, Karena kalau dulu setiap Taufan memberi pelukkan hangat untuk Ice. Tiba tiba saja angin menyerpu Ice.

"Bang?"

"Gue kangen."

"Lo bilang lo gabakal ninggalin gue sama saudara kita yang lain?"

"Lo bohong."

"Sampe saat ini gue masih gak percaya kalo lo ninggalin gue."

'Nggak ice, Abang gak ninggalin kamu ataupun saudara yang lain.'

"??? Ada orang?" Lirih Ice sembari melihat kanan kirinya, Kosong.

10 Menit berlalu, Waktu sudah menunjukkan pukul 00.00

Ice beranjak pergi untuk menemui Saudaranya yang lain, Ice melihat bahwa Saudaranya hanya terdiam menatap kearah depan dengan tatapan kosong. Sekaligus air mata masih terpampang pada mata mereka.

Blaze melihat kearah Ice yang hanya berdiam diri disana, Dengan sontak Blaze menghampiri Ice dan memeluk nya..

Ice mengerti bahwa memang dia satu satunya Saudara yang paling dekat dengan Blaze. Ice membalas pelukan itu, Mereka berdua tak kuat untuk menahan isak tangisannya. Dan pada akhirnya Mereka berdua menangis.

15 Menit berlalu, Akhirnya Halilintar mengangkat pembicaraan-

"...Katanya, Ini ruangan Taufan."

"Mau masuk?" Lirih Hali sembari diangguki kecil oleh Adik adiknya.

Satu persatu Mereka semua memasuki Ruangan itu, Tiba pada saat Hali memasuki Ruangan itu, Ia menghela nafas.

Hening.

Di Ruangan itu gelap, Hanya ada satu cahaya bulan yang mampu menerangi Ruangan itu.

Gempa Sontak menghidupkan sakelar lampu Ruangan itu, Untuk menerangi Ruangan yang gelap itu.

'B-bang Tauf?'

'Gamungkin kan??'

'??? Dunia lucu.'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I give up [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang