Harum secangkir kopi mengisi kosongnya ruangan Aspen yang lengang, sebuah kertas tergeletak di meja kerjanya. Aspen terduduk memperhatikan lembar kertas yang berisi denah kantornya, termasum denah ruangan milik Starla Walton. Seorang detektif baru di departemen Aspen.
Ia menyeruput sedikit kopinya sebelum mulai menulis rencana yang bisa dia gunakan untuk menyelinap ke dalam ruangan Starla. "Jika jam istirahat, bisa. Tapi aku butuh rencana cadangan, hmm.." Aspen terus berpikir, menadahkan dagunya di tangannya.
Berapa kali pun ia melihat denahnya, hampir semua jalan menuju ruangan Starla terdapat kamera pengawas, bahkan pintu masuk ruangannya begitu tersorot, ditambah di dalam ruangan Starla terdapat kamera pengawas lainnya. Aspen merasa semakin ragu untuk menyelinap ke dalam.
Yang bisa ia pikirkan hanyalah membuat hubungan dengan Starla seperti yang Ethan katakan, atau ia membobol sistem keamanan gedung mereka untuk mematikan kamera pengawas ini. Namun, ia menghela napasnya lelah, karena kamera pengawas ini adalah teknologi baru, ini akan sulit untuk ia bobol begitu saja. Aspen mengerutkan dahinya, ia bisa merasakan keriput di dahinya.
"Apa aku memang perlu mengikuti saran Ethan...?" Ia seketika menggeleng. Faktanya ia takut kalau Starla mencurigainya karena kode yang diberikan oleh Ethan sekilas terlihat oleh Starla. Ia takut dicurigai oleh wanita itu.
Bagaimanapun juga, Aspen tidak memiliki pengalaman dalam membangun sebuah hubungan, ia justru akan menghancurkan reputasi tentang dirinya dan membuat Starla semakin curiga terhadapnya. Ia merasa malu.
"Ah, lupakanlah. Aku harus fokus pada rencana alternatifku." Pintanya, kembali melihat ke denahnya, menganalisa, berpikir, lalu menulis apa yang ia pikirkan ke sebuah buku catatan yang nantinya akan dia gunakan sebagai pemandu.
Setelah beberapa menit menulis, Aspen selesai menulis dan kembali melihat ke denahnya, Saat Apsen yakin kalau rencana alternatifnya adalah yang terbaik, sampai ada yang menelpon Aspen. Ia mengangkat teleponnya. "Hallo, siapa ini?" Aspen bicara dengan Nada dinginnya.
"Hei Aspen, Ini Ethan. Aku ingin lapor tentang hasil pengamatanku lagi." Ujar Ethan di Sisi lain dari teleponnya. "Aku sudah menjelajah lagi, dan aku baru dapat informasi bahwa arsip-arsip akan dipindahkan menuju markas besar Garda Nasional Elastoria, jadi kita harus cepat, dan jalan menuju ruang keamanan dijaga ketat, jadi kau tidak bisa membobol masuk kesana." Tambah Ethan.
Aspen menghela nafasnya dan menjawab. "Baik Ethan, pengamatanmu sudah bagus, lanjutkan." Aspen langsung menutup teleponnya dan bersender ke kursinya lagi, sepertinya rencana alternatifnya gagal. Aspen menghabiskan kopinya sebelum berjalan keluar menuju balkonnya.
Saat Aspen diluar balkonnya, dia melihat kota Elastoria, sejujurnya, kota Elastoria itu indah, Aspen berharap kalau perang ini tidak akan terjadi, tapi... Beginilah kejadiannya, perang antara Elastoria dan Norbel. Tiba-tiba kucing Aspen mengelus kaki Aspen sambil mengeong.
"Oh hi kawan." Aspen jongkok dan mengelus bulu putih kucingnya tersebut, satu-satunya makhluk yang dia bisa ajak bersenang-senang. Setelah mengelus kucingnya, Aspen mengambil sebuah cerutu dari kantung celananya dan merokok sambil berpikir.
"Ok.. rencana alternatifnya gagal... Sepertinya Ethan benar, aku harus membuat hubungan dengan wanita itu... Untuk menjaga reputasi ku sebagai mata-mata paling hebat di Norbel..." Gerutu dia, sambil melihat ke kota Elastoria. Matahari terbenam, Aspen sudah menyerah bahwa satu-satunya rencana adalah menjalin hubungan dengan Starla.
Namun, sebelum itu ia harus mengetahui cara membangun sebuah hubungan dengan seorang wanita. Seorang pria tak berpengalaman mencoba pura-pura mendekati wanita yang notabene disebut wanita yang cantik dan menawan? Aspen menggelengkan kepalanya memikirkan kalimat itu. Dia melihat ke perkotaan Elastoria, lalu berpikir untuk mencari sebuah tips dari buku. Dia memang sangat tidak berpengalaman.
Aspen membereskan kertas dan catatannya yang tergeletak di meja kerjanya, ia kemudian mengganti bajunya menjadi lebih hangat untuk menghadapi musim dingin di negara Elastoria. Sekarang Aspen akan pergi menuju sebuah perpustakaan, mencari tips dalam percintaan melewati buku. Ia membuka pintu unit apartemennya, berjalan turun dan sampailah dia di lantai paling bawah.
Udara dingin segera menerpa dirinya, musim dingin memang sudah tiba dan orang-orang mulai memasang wajah gembira untuk menyambut natal kelak. Tetapi, karena mereka sedang berada di tengah-tengah suasana perang, tidak semua orang dihiasi wajah gembira. Aspen lebih sering melihat orang-orang yang kesusahan, tidak punya rumah, dan kelaparan selama perjalanannya ke perpustakaan nasional Elastoria.
Meski begitu, Aspen tidak bisa melakukan apa-apa, ini adalah negara musuhnya, negara Elastoria.Ia berjalan melewati semua orang-orang itu, sampai akhirnya ia tidak sadar ia telah tiba di depan perpustakaan nasional Elastoria, bangunan itu besar dan megah. Ia menghela napasnya, kemudian memasuki gedung ini.
Pemandangan rak-rak tinggi yang terisi dengan buku-buku bermacam jenis menyambutnya, suhu hangat segera membuat Aspen merasa nyaman di dalam ruangan ini. Aspen segera mencari buku yang berkaitan dengan percintaan, pencarian ini mengambil waktu lumayan banyak, belum lagi ia harus memahami isi dari bukunya dan membuat bayangan kemungkinan reaksi apa yang bisa Starla berikan kepadanya.
Setelah beberapa saat, dia menemukan buku yang menarik perhatiannya. Dia butuh buku yang simpel tapi banyak informasi, dan dia baru saja menemukannya: 'Cara menjalin hubungan Dengan cepat Vol 1.' yah, ini adalah salah satu pilihan terakhirnya.
Dia membawa buku tersebut dan duduk di meja perpustakaan, ia memilih tempat paling nyaman, disana ia membacanya dengan serius dan mencoba memahaminya dengan baik-baik. Sangat serius sampai ia mencatatnya ke buku yang ia bawa. Sampai dia tidak sadar kalau hari sudah larut, dan dia merasakan nyeri di perutnya, rasa lapar, Aspen membawa bukunya dan pergi ke perpustakawan untuk meminjam buku tersebut.
Setelah semuanya beres, dia menaruh bukunya di tasnya dan berjalan menuju balai kota untuk mencari makan, dia dengar dari Ethan bahwa ada makanan yang enak dan populer disana. Dan dia baru saja dapat gaji bulanan dia dari NIA dan bonus jadi dia sedikit senang.
Setelah sampai, dia menemukan tempatnya, tetapi ia segera mengurungkan niatnya, antriannya sangatlah panjang, jadi Aspen memilih untuk pergi ke restoran lain, sampai saat ia berjalan, Aspen melihat sebuah orang yang familiar di kaca jendela restoran. Dari kecantikannya dia bisa mengetahui kalau itu adalah Starla, memakai baju yang menawan dan Jaket berbulu yang bisa dilihat mahal tapi cocok untuk Starla.
'Ok, waktu yang tepat untuk mencoba buku ini' pikir Aspen. Ia mengambil nafas dan berjalan menuju restoran tersebut, ini adalah restoran dengan aksen Budaya Elastoria yang sangat kental, menyajikan Bir, sosis dan segala makanan dari budaya Elastoria.
Aspen mencoba melirik ke arah Starla, ia kemudian memikirkan apa yang harus ia katakan untuk mencoba menghampirinya. Namun, satu-satunya yang bisa ia pikirkan hanyalah mendatangi dia lalu mengajaknya mengobrol, terdengar canggung. Tapi Aspen harus mencobanya.
Pria itu menghampiri wanita yang sedang duduk sendiri di bagian pojok yang terekspos melalui jendela, jendela itulah yang membuat Aspen menemukan Starla. Ia mendekat, sebelum bisa benar-benar mendekat dengan Starla, wanita itu sudah duluan melihat ke arahnya. Mata mereka lagi-lagi bertemu. Aspen merasakan sesuatu yang aneh ketika menatap Starla.
"Ah, halo detektif Starla. Sebuah kebetulan sepertinya kita bertemu di sini.." Sapa Aspen dengan canggung. Starla menyapanya dengan senyuman biasanya.
"Ya, senang bertemu dengan anda. Melihat anda berada di sini sepertinya Tuan Aspen juga menyukai makanan khas Elastoria ya."
"Mungkin, saya mendapat rekomendasi dari seorang rekan."
Starla kemudian mengisyaratkan untuk Aspen duduk di depannya. "Kalau begitu bagaimana kalau anda makan bersama saya? Makan sendiri pasti tidak akan terasa begitu nikmat dibandingkan jika anda memiliki teman untuk menemani makan."
Aspen sedikit tersenyum dengan kebaikan dari Starla, ia kemudian duduk di depannya, mereka kini saling berhadapan. Aspen merasa sedikit canggung, terlebih perasaan yang sedari tadi menganggunya. Perasaan ini adalah perasaan yang jarang ia rasakan, jadi ia tidak bisa mendefinisikan apa yang dimaksud dari perasaan ini.