HUKUMAN MIMPI

46 5 2
                                    

"Ampuni hamba tuan,.. Hamba tidak akan membuat mentari tuan terluka lagi"

"Kakanda tidak percaya dengan apa adinda ucapkan!!.. Sudah banyak adinda membohongi kakanda!"

"Tuan.. Hamba minta ampun tuan"

***

"Tuan gibrel... Sudah lama tuan peristirahat di tempat hamba, akankah nanti mentari pendampingmu tidak marah pada mu tuanku??"

"Saya sedang meluapkan amarah saya archa... Biarkanlah mentariku sendiri di singgasana nya itu"

"Apa tuan tidak merasa takut lagi meninggalkan mentari ke dua mu tuan, akankah mentari itu kembali tenggelam jika tuan hamba meninggalkan nya dalam kegelapan malam??"

"Archa.. Jangan membuat saya semakin terpojokan hanya karna mentari pertama ku pergi tertelan kegelapan malam... Yakinlah semua itu bukan sepenuhnya salah ku"

"Saya sepenuhnya yakin kepada tuan hamba ini... Hamba takut ketika tuan meninggalkan mentari tuan tidak ada penggantinya lagi tuanku, lekaslah pergi ke tempat peristirahatan tuan.. Hamba yakin mentari tuan pasti menunggu di ambang-ambang pintu"

"Archa... kenapa selalu memaksa tuanmu ini untuk meninggalkan tempat peristirahatan mu ini.. Saya sudah berkata, saya sedang meluapkan amarah saya pada alam.. Saya tidak ingin amarah ini menutupi mata saya dan meluapkan nya pada mentari lagi"

"Hamba paham tuan ku.. Tetapi hamba sangat khawatir pada mentari tuanku.. Sudah 3 hari lamanya tuanku duduk bersila dengan kertas yang basah di tangan tuan ku ini.. Langit terlihat mendung seolah ikut merasakan kesedihan tuan ku ini"

"Kekhawatiran apa yang archa rasakan??.. Sampai archa menyuruh tuan mu ini untuk kembali ke peristirahatan??"

"Hamba merasakan mentari mu tuan sedang menangis di ambang pintu menunggu tuan kembali"

"Hah.. Archa memang pandai mengusir saya dari singgasana ini"

Archa sang kurcaci menatap laki-laki di hadapan nya ini tersenyum, tampak laki-laki itu beranjak dari singgasana yang beralasan butiran pasir

"Archa.. Saya akan kembali ke bawah atap peristirahatan saya, saya tidak ingin mentari saya menunggu sembari berlinang air mata"

"Segera lah tuan"

Laki-laki bernama Gabriel itu langsung berlari ditengah butiran air jatuh membasahi bumi, Rintikan yang di tunggu oleh para makhluk di alam ini

"Tunggu saya adinda... Kakanda akan kembali untuk mu, Maafkan kakanda yang telah meninggalkan diri mu seorang diri"

***

"Apa tuan menghukumi hamba dengan tidak kembali di bawah atap rumah kayu ini tuan??"

"Andai tuan ketahui Hamba sangat takut sendirian, suara yang membuat hamba takut kembali terbesit di kepala dan telinga hamba tuan"

Seorang gadis tengah duduk di ambang-ambang pintu rumah kayu.. Seakan berharap kehadiran orang yang ia tunggu itu hadir dan kembali kepadanya

"Langit telah menangis tuan.. Berapa lama lagi hamba harus menatap hutan ini tuan??"

"Madam.. Mari beristirahat, tuan Gabriel akan datang menemui Madam saat tertidur, Sudah 3 hari lama nya Madam hanya duduk di sini dan selama itu mulut Madam tidak mengunyah makanan Madam"

"Maya.. Apa tuan Gabriel tidak akan menoleh saya lagi?? Saya merasa sakit saat dia tidak menoleh pada saya"

Gadis itu mengeluarkan derai air mata yang membasahi kedua pipi nya hatinya seolah teriris sambil menatap maya

"Madam... Jangan berprasangka buruk, tuan Gabriel pasti menoleh kepada Madam"

"Akan kah maya tau Gabriel masih mengingat mentari indahnya itu, Hati saya seolah teriris maya.. apa tidak ada tempat di hatinya untuk saya maya?? Apa karna saya sebagai pengganti mentarinya itu hanya sebatas pengganti saja??"

"Madam.. Mari beristirahat saja ya jangan memikirkan apa yang membuat Madam sakit, ayo Madam"

Maya membantu gadis yang tidak berdaya yang tengah duduk itu untuk berjalan ke kamarnya, badan nya panas menunggu sang tuan kembali kepadanya

"Maya.. Akhir ini saya memimpikan mentari tuan Gabriel, saya takut Gabriel akan pergi dari hidup saya maya"

"Madam tutuplah mata, hamba yakin tuan Gabriel akan kembali"

Maya menghiraukan perkataan gadis itu agar bisa menutup mata nya untuk beristirahat, maya juga ikut merasakan kesedihan yang di alami gadis ini sampai kapan pun gadis inilah yang dulu menolongnya saat di pasar perbudakan

***

"Mengapa di tangan saya ada sepasang palu??"

"Ayo lakukan.. Tenggelamkan akan saya pastikan semua yang Anda mau pasti akan dapat"

Plak!

Plak!

Baju putihnya penuh dengan cairan amis berwarna merah dan terdengar suara samar tertawa memuaskan terdengar menghampiri telinga

"Hahahah... Anda benar benar melakukan nya!.. Itu adegan yang membuat perutku geli"

"Apa yang saya lakukan?? Baju saya??"

Aghhhh!!!!!

***

30 menit lamanya laki laki yang berlari menuju rumah kayu itu akhirnya telah sampai juga.. deru nafas yang berat ia membelai pintu kayu di depan nya dengan tangan bergetar kedinginan

Tok

Tok

"Maya... Saya kembali, buka pintu nya maya"

Clek

"Anda bertemu lagi dengan saya Gabriel"

"Anda lagi!!.. Di mana mentari saya!!"

"Tenang.. Dia tengah terlelap di singgasananya"

Gabriel dengan wajah pucat berlari menuju sebuah ruangan dengan pintu terbuka dengan dada yang berdetak kencang

"Adinda!!!"

"Adinda!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_Maya_

Bersambung

Hai apa kabar ini revisi dari semesta ya.. Cerita semesta sudah di hapus ini pengganti nya

Selamat membaca🍁

BELENGGU PENYAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang