3.

122 17 1
                                    

Ningning memutuskan untuk membuat secangkir teh hangat untuk menemaninya malam ini. Sebenarnya, dia berniat tidur lebih awal karena tubuhnya sudah cukup lelah setelah flight kurang lebih 2 jam ditambah dia juga harus berbelanja sesampainya dia di apartement tadi. Sepertinya dia setelah ini harus berterima kasih kepada mamanya yang karena apartement yang dia tempati sudah memiliki perabotan lengkap dan sudah dibersihkan sebelum kedatangan dia. Mamanya memang sangat perhatian sekali kepada dirinya sekalipun dia sudah bukan anak kecil lagi. Dia tidak bisa membayangkan apabila sesampainya dia di apartement harus membersihkannya terlebih dahulu. Mungkin malam ini bisa jadi dia masih berkutat dengan debu-debu yang sudah menghuni lama.

Malam ini langit terlihat cerah dibuktikan dengan adanya bintang dan bulan yang terlihat jelas. Ningning memutuskan duduk di kursi yang memang sudah disediakan pada balkon kamarnya. Dengan hati-hati dia menyeruput tehnya sembari memandang indahnya malam ini. Dia menghela napasnya ketika tidak sengaja teringat seseorang saat dia menatap langit dan mendapati satu bintang yang terlihat sangat cerah dibandingkan yang lainnya.


"Bagus banget tempatnya! Kok bisa kamu nemuin tempat kayak ini?" Ucap seorang perempuan sambil memandang takjub di sekilingnya.

"Suka ngga? Beberapa hari lalu iseng aja nyari-nyari tempat dan ketemu tempat ini. Langsung aja aku kepikiran buat ngajak kamu kesini sebelum yang lainnya pada tau."

"Sukaa! Makasih ya? Kayaknya selama kita pacaran kamu selalu tau apapun yang jadi kesukaanku sekalipun aku ngga pernah bilang ke kamu secara langsung." Perempuan tersebut terlihat mengutarakan rasa terima kasihnya kepada kekasihnya itu.

"Anything for you. Aku suka kalau kamu bahagia kayak gini. Padahal aku cuma ngajak kamu ke suatu tempat yang bisa jadi kamu pernah kesini juga."

"Enggak, aku belum pernah kesini. Dan syukurlah pertama kali ke tempat bagus seperti ini aku datangnya sama kamu."

Lelaki tersebut tidak bisa menahan senyumnya mendengar omongan kekasihnya. Untuk menutupi salah tingkahnya, dia segera mengajak kekasihnya itu untuk duduk. Tidak lupa dia melebarkan suatu kain yang sudah dia bawa sebagai alas duduk mereka berdua. Sekarang ini mereka berdua sedang berada di sebuah perbukitan, oleh karena itu dia berinisiatif membawa alas untuk mereka duduk karena dia tidak mau baju kekasihnya itu kotor. Hanya segelintir orang yang berada disana malam ini, memang dia sengaja mengajak kekasihnya itu bukan diwaktu malam minggu agar tempat tersebut tidak terlalu ramai pengunjung.

"Tiap liat bintang aku selalu keinget kamu deh." Di tengah keheningan, kekasihnya tersebut tiba-tiba berucap tanpa memandang lelaki di sampingnya.

"Kenapa?" Lelaki tersebut terlihat menoleh dan memandang perempuan yang 2 tahun belakangan ini menjadi kekasihnya.

"Karena mata kamu itu kalau liat sesuatu juga ada bintang-bintangnya tau!"

Lelaki itu terkekeh geli mendengar jawaban dari kekasihnya. "Emang iya ya? Aku ngga tau malahan."

"Iya! Kan aku suka liatin mata kamu pas kamu natap aku."

"Oh kamu liatin itu ya, kirain kalau lagi bengong liatin aku mulu karena kamu terpesona sama ketampanan kekasihmu ini." Candanya.

"Dih pede banget?" Perempuan tersebut seketika bingung menjawab apa saking malunya karena ketahuan sering menatap lama kekasihnya itu. Dia memilih menyenderkan kepalanya ke bahu kekasihnya itu untuk menutupi rasa malunya.

Tidak lama setelah itu dia merasakan genggaman pada tangannya. Dia melihat kekasihnya itu menggenggam tangannya. Dan dia tidak bisa untuk tidak tersenyum melihatnya.


Ningning segera menyudahi acara 'melamunnya' itu. Baru beberapa jam dia menginjak ke negara ini kembali, potongan-potongan kenanganny bersama 'dia' sudah memenuhi pikirannya kembali. Memang nyatanya tempat ini sudah penuh dengan lelaki itu sehingga mau tidak mau pasti ada banyak hal yang dia lakukan akan mengingatkannya kembali. Dari awal keinginannya dia kembali kesini pun, dia sudah mengantisipasi akan risiko seperti ini. Namun, mau bagaimana pun juga dia datang kesini untuk mencari sebuah 'ketenangan' sekalipun memori lamanya juga terus bermunculan.

Setelah menghabiskan secangkir tehnya, Ningning memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamarnya dan berniat segera pergi ke alam mimpi. Walaupun dia mulai bekerja lusa, tidak salah juga dia kali ini tidur lebih awal karena sepanjang hari dia sudah menghabiskan banyak tenaga dan pikiran.


୨୧


Setelah kedatangan sepupunya sore tadi, tidak dapat dipungkiri bahwa omongan sepupunya cukup menganggu pikirannya. Setelah bertahun-tahun lamanya dia menghilang, tiba-tiba perempuan itu muncul kembali. Entah benar imemang dia atau bukan, yang jelas seharusnya dia tidak memikirkan perempuan itu kembali.

Renjun memilih bangkit dari tempat tidurnya untuk mengambil air dingin di dapur. Barangkali air yang dingin itu dapat membuat pikirannya berhenti memikirkan orang yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu.

Baru saja dia keluar dari kamarnya, dia melihat lampu kamar putrinya itu masih menyala. Entah apa yang merasukinya malam ini, tiba-tiba langkahnya yang awalnya menuju ke dapur malah berbelok menuju kanar putrinya. Sebenarnya dia tidak terlalu peduli akan hal itu, namun tidak ada salahnya malam ini dia mencoba menjadi 'ayah' seperti umumnya.

Dia membuka pintu kamar tersebut dengan hati-hati agar tidak membangunkan penghuninya. Sesampainya di dalam kamar, dia melihat putri kecilnya itu sudah terlelap dengan boneka di pelukannya. Dia tau persis bahwa boneka itu adalah boneka pemberiannya setahun yang lalu. Dia tidak menyangka putrinya se-sayang itu pada boneka pemberiannya padahal dia hanya memilih dengan asal waktu itu.

Sesaat setelah dia memandang putrinya yang terlelap itu, dia menyadari bahwa mata putrinya terlihat sembab seperti habis menangis. Dia hanya bisa menghela napasnya karena dia sendiri pun tau bahwa penyebab tangisan putrinya malam ini pasti karena dia. Bahkan dirinya sendiri pun bingung seperti tidak tau apa yang harus dia lakukan. Entah kenapa dia sulit sekali mendekatkan dirinya kepada darah dagingnya itu. Selama ini dia hanya memastikan putrinya itu berkecukupan. Dia menyekolahkannya di sekolah yang mahal, memberinya makan enak dan membelikan banyak mainan yang mahal. Dia cukup tau bahwa hal tersebut sia-sia karena sebenarnya putrinya membutuhkan kasih sayangnya. Namun sampai saat ini, nyatanya Renjun belum bisa memberinya dan dirinya pun tidak tau mau sampai kapan hidup mereka seperti ini.

Setelah cukup puas memandang putrinya, dia memilih mematikan lampu kamar dan kembali ke tujuan awal untuk mengambil air dingin.












︵‿︵ ୨୧ ︵‿︵



Maaf ya baru bisa update sekarang :( kemarin-kemarin agak hectic juga di rl. Semoga suka ya update-an kali ini. See u di update-an selanjutnya!

Tertanda, Na.

07 Februari 2024

Baby Breath | Renjun × NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang