BAB 1.4

854 99 9
                                    

"Apa yang kau lakukan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang kau lakukan?"

"Apa?"

"Kenapa peringatanmu sebelumnya benar terjadi."

Menyeringai kecil Aera mendekati Bora untuk berbisik, "karena aku pintar."

"Ya!"

"Wae?" Aera tergelak melihat air muka jengkel sahabat cantiknya itu.

"Hei Kimchi! Kau saja yang kerjakan bukankah kau yang diperintahkan!"

Menghentikan gelaknya Aera lantas memutar kepala ke belakang guna melihat si pemilik suara bariton yang barusan membentak.

Melongok dari belakang punggung si empu, Aera tersenyum manis ketika kedua netra beningnya bertubrukan dengan pemuda berkacamata bulat—Kimchi. Bibir plumnya terbuka berbicara tanpa suara, "iya 'kan saja."

Mungkin karena Kimchi yang tiba-tiba menyitipkan mata seraya menatap belakang punggungnya alih-alih dirinya, Ilha lantas membalikkan badan. Seorang gadis yang belakangan ini membuat mal fungsi tubuhnya tengah bergumam akrab dengan kimchi yang baru saja membuatnya kesal karena mencoba menjadikan si anak angkuh itu—Younghoon mendapat poin extra dari reward juru tulis.

Memandang tajam rupa manis ah tidak! wajah menyebalkan gadis yang tingginya hanya sampai dagunya, sepersekian sekon kemudian Ilha memilih memalingkan wajah dengan decakan lidah begitu sang gadis malah membalas tatapan tajamnya dengan netra berbinar disertai seulas senyum semanis madu padanya lagi. Ya lagi. Selalu seperti itu.

Selepas menerima senjata miliknya Aera lantas mendudukan diri di samping Bora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selepas menerima senjata miliknya Aera lantas mendudukan diri di samping Bora. Ikut menyimak perbincangan Taeman, Ilha, Heerak yang seperti tiga serangkai baginya. Pembahasan tentang senjata yang mereka pegang dan membandingkan dengan yang ada di game. Lantas Aera beralih memandang Bora di sisi nya yang ikut memasuki topik guna meledek betapa bodohnya Heerak yang masih tidak tahu jenis senjatanya meskipun sudah berulang kali memainkan gamenya. Di susul celetukan Taeman yang memuji Bora yang serba tahu game dan menyebutnya dewi game serta berandai-andai mendapat senjata yang ia inginkan karena katanya sesuai keahliannya.

Aera terkekeh geli melihat air muka Bora yang tampak bangga dipuji. Tidak berakhir di situ, pujaan hati Aera malah kini menodong senjata kepada Taeman dengan seuntai kata ancaman; diam dan lari!

DAS : VIVA LA VIDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang