Ini bukan kisah cinta cewek mengejar pujaan hatinya. Ini juga bukan kisah pangeran mendapatkan hati Cinderellanya.
Ini kisah tentang bagaimana dua insan yang tidak sempurna berusaha mempertahankan hubungan mereka. Di tengah banyaknya orang yang ingi...
Anyway ini based on true story, yaaa. Cumamemangditambahindikitbumbu-bumbukehidupannya. Terlalubanyakkonflik, jadi enjoy, yaaa. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Alsha duduk di balkon kamarnya sembari memandangi bulan purnama yang bersinar di langit sana. Cahaya remang-remangnya mampu membuat gadis dengan netra cokelat ini betah menatapnya. Alsha menyukai langit dan segala benda-benda yang digantung Tuhan di atas sana.
"Kamu indah. Kenapa hari ini sendirian? Ke mana para dayang-dayangmu, bulan?" ujar Alsha bermonolog.
Tidak ada jawaban yang mampu diberikan benda bulat terang itu pada Alsha. Purnama itu tetap diam dan bersinar dengan nyamannya di rumahnya yang sudah gelap bernama langit.
Alsha mengambil ponselnya dan memotret bulan itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kak Alsha!"
Alsha menoleh melihat Windi -adik perempuan Alsha- yang entah sejak kapan ada di kamarnya. "Kalau masuk, ngetuk pintu dulu," tegur Alsha.
"Dih, gue udah ngetuk. Lo yang gak denger. Buruan turun, disuruh mama makan."
Alsha berdiri dari kursinya dan mengikuti Windi yang sudah berjalan terlebih dahulu. Ia turun dan menemukan keluarganya sudah bersiap-siap untuk makan. Alsha pun mengambil tempat duduk di samping Windi.
"Kakak, mau lauk apa?" tawar Vira, mamanya.
Alsha memandang lauk-lauk yang ada di atas meja itu. "Rendang sapi aja, Ma."
Usai meletakkan piring Alsha, mereka berdoa bersama, lalu makan bersama. Kebiasaan yang selalu Alsha lakukan bersama keluarganya. Biasanya mereka akan bercengkrama dan saling mempertanyakan tentang bagaimana hari mereka berjalan.
"Kak, how's your day?" tanya Satya pada putri sulungnya.
Sembari mengunyah, Alsha menganggukkan kepalanya. "Baik, Pa. Biasa aja, gak ada yang spesial."
"Kka, udah ada pikiran mau kuliah jurusan apa, Nak?" Vira bertanya lembut sambil menatap Alsha.
Alsha diam sejenak. Ia sebenarnya sudah punya pilihan, tapi ia tidak yakin dengan itu. "Belum Alsha pikirin, Ma," jawab Alsha datar.
Satya sedikit kecewa mendengar jawaban Alsha. "Kamu sudah kelas 12. Masa gak punya perencanaan mau ke jurusan apa, sih, Kak."
Mood Alsha sedang tidak baik untuk membahas apapun, bahkan dengan siapapun. Alsha menghela napas pelan. "Alsha punya, tapi nanti Alsha pikirkan lagi. Alsha takut salah jurusan."