The Designer

2.6K 59 3
                                    

Mmmhhh, mmmhhh, mmmhhh ...

Dengan napas memburu dan penuh nafsu, gue mengulum dan menghisap kontol Pendi.

Batang kontol itu mencuat, sedikit bengkok. Sesuai terawangan gue, kontol Pendi memang besar, panjang, dan bengkok.

"Isep terus, Mas Andre ..." Ucap Pendi sambil menengok ke bawah.

Gue yang sejak tadi sudah berlutut di hadapannya kembali melahap kontol bengkok itu. Gue masukan sebatang-batangnya, sambil sesekali gue permainkan kepala penisnya dengan jilatan-jilatan maut lidah gue.

Ketika gue kelitiki lubang perkencingannya, tubuh Pendi auto bergelinjang disertai dengan erangan dan racauan,"Faaaggg, anying!!! Jago betul Mas Andre, teh!"

Entah kenapa, mendengar pujian itu gue menjadi semakin bernafsu. Gue hisap dan kenyot terus batang kontol Pendi, sambil gue elus-elus kedua bijinya. Sesekali gue melempar tatapan nanar, memandangi tubuh kurus berotot Pendi yang tampak jantan banget dengan kaos singlet putih yang disingkap ke atas.

Pendi pun semakin beringas memajumundurkan pinggulnya, dan gue mulai kewalahan melahap kontolnya karena kepala gue dicengkeram keras oleh tangan Pendi.

"Mmmphhh! Hoek! Mmmphhh!!!!!!" Gue megap-megap gak bisa napas. Gurihnya precum pun terasa semakin menjadi-jadi di rongga mulut gue. Dan tiba-tiba Pendi menghentikan sodokan kontolnya.

Buru-buru Pendi membimbing tubuh gue yang berkali-kali lipat lebih besar dari tubuhnya ke sofa di showroom kantor GAYa Living. Ia menarik sebuah bantal kecil dan menjadikannya penyanggah badan gue. Kemudian dengan kasarnya ia menarik celana dalam yang sejak jadi masih gue kenakan.

Tanpa ba-bi-bu, Pendi mengulum habis kontol gue.

"AAAKKKHHH!!! BAAANG PENDIII!!!" Gue berteriak kaget dan keenakan.

Pendi menjilat-jilat batang kontol gue, sambil tangannya terus memilin puting dan meremas dada gue. Kemudian lidah Pendi bergerak menjelajah selangkangan gue, dan menyapu bibir bool gue.

"AAAKKKH GELIII BANG!!! AAAKH TAPI ENAAAKKKH!!! TERUUUSHHH!!! AAAKH AMPUUUN!!!" Gue auto kesetanan saat ujung lidah Pendi menggelitiki lubang pantat gue. Mampus lah! Gue belum pernah merasakan rimmingan senikmat ini.

Pendi benar-benar passionate dalam membuat lawan mainnya keenakan sampai mo meninggoy rasanya!

Puas menjilati bool, mulut dan lidah Pendi kembali berpindah tempat. Kali ini perut dan dada montok gue yang jadi sasaran.

Dengan lihainya Pendi memberikan jilatan-jilatan dan hisapan-hisapan di puting susu gue. Yang sebelah kanan dikenyot, yang sebelah kiri dimainin pakai jemarinya bergantian.

Kalo udah area puting yang dirangsang, gue nyerah deh. Gue cuma bisa mendesah-desah sambil jambak rambut Pendi agar ia dapat lebih intens memanjakan nenen gue.

Permainan lidah dan mulut Pendi di dada gue terus berlanjut. Gue cuma bisa mendesah-desah, merem melek, dan mengerutkan dahi. Mungkin orang bingung lihat ekspresi gue. Seperti ekspresi kesakitan padahal gue sedang keenakan luar biasa.

"AAAKKKHHH!!! UDAAAHHH!!! AAAKKKHHH LAGIII!!! AAAKKKH BAAANGH PENDIIIH!!!" Suara desahan dan racauan gue makin terdengar kayak cewek-cewek di bokep Jepang.

Tiap kali Pendi memainkan ujung lidahnya di pucuk puting gue, rasanya pejuh mau meledak keluar dari kontol gue yang udah ngaceng maksimal sedari tadi.

Precum gue juga udah berkali-kali meleleh membasahi kepala dan kubang kontol gue. Tapi, tiap gue udah mau ngecrot, Pendi dengan cekatan mencengkeram atau menindih kontol gue sampe ketahan itu pejuh.

"Jangan crot dulu Mas Andre. Saya mau ngefuck mas dulu." Bisik Pendi yang kemudian melumat bibir gue.

"Masukin sekarang, bang ... Saya udah gak tahan ..." Balas gue dengan suara parau.

CATATAN SI BOTTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang