Bab 1[Nancy]

12 1 0
                                    

Di atas rumah pohon yang menara tinggi di pinggir sungai, suasana pagi membentuk panggung alam yang mempesona. Angin lembut mengusap dedaunan, sementara cahaya matahari pagi meresapi setiap serat kayu. Di sini, setiap detik terasa lebih berharga daripada buku pelajaran sekolah.

Aku tidak tau kenapa disini begitu menyenangkan padahal disini tidak ada siapa pun, bagi ku disini lebih berharga dari apa pun, aku sangat tidak suka di sekolah bahkan di rumah.  Rumah pohon ini aku buat sendiri dengan upaya ku,  walaupun masih 50% belum selesai tapi rumah pohon ini memberikan aku ketenangan.

Aku tidak tau kenapa rasa nya sangat malas bertemu sama manusia manusia di bumi ini bahkan keluarga ku sendiri.

Kalau boleh jujur jika saja ada pilihan untuk menentukan hidup, aku lebih pilih menjadi batu saja.

Tentu..

Tentu itu bohong, siapa yang ingin menjadi batu?

Nancy tertawa kecil saat membaca apa yang dia tulis. Lagian siapa yang ingin menjadi batu?

Nancy melihat sekelilingnya, rumah pohonnya ini lumayan besar dan tinggi, dan belum ada barang satu pun di dalam rumah pohon ini.

"Apa perlu gue beli lemari aja kali ya?"

Rasanya sangat tidak terlalu nyaman memakai pakaian seragam sekolah disini, seragam Nancy selalu kotor karena terkena batang pohon untuk naik keatas, hal itu selalu membuat dia dimarahin sama orangtua nya.

Nancy membaringkan tubuhnya sambil memejamkan matanya. Angin yang sangat sejuk dan cuaca yang tidak panas membuat nya menjadi mengantuk.

"Kangen perpus sekolah." Gumamnya sambil mata terpejam

Ini hari ke empat Nancy bolos sekolah, entah kenapa rasanya sangat berat melangkahkan kaki nya ke sekolahan, padahal sekolah Nancy salah satu sekolah impian semua orang.

Jika saja orangtuanya tau kalau Nancy sering bolos sekolah ntah bagaimana nasibnya. Membayangkannya saja sudah membuat Nancy merinding.

Nancy membuka matanya dan menghembuskan nafasnya.

"Gue tu ga males tapi males gitu loh, ah gimana ya biar orang-orang tu paham maksud gue tu gimana." Seperti biasa Nancy suka berbicara sendiri di rumah pohon ini, tapi bagi Nancy dia sedang bercerita sama rumah pohon nya ini, walaupun tidak di respon setidaknya rumah pohon itu mendengarkan semua keluhannya.

Nancy menghabiskan waktunya seharian di rumah pohon ini, tidak terasa hari sudah mulai sore. Matahari perlahan meluncur menuju cakrawala, menyisakan warna jingga yang merona. Langit berubah menjadi lukisan kisah, dan ketenangan menjelma di ujung harapan menjelang senja.

Nancy terpaku memandang sungai yang membelai senja. Rambutnya tergerai lembut oleh angin, dan wajahnya tercermin dalam warna oranye keemasan yang menghiasi aliran air.

Saat sedang menikmati keindahan senja di sungai dia melupakan sesuatu, hari semakin malam dan dia belum pulang ke rumah. oh tidak!

Nancy yang tersadar dari kesalahannya buru-buru mengambil tasnya dan pulang kerumah, dan dia yakin sekali bahwa dia akan di marahin.

Saat sampai di rumah...

"Enak bolosnya?"

Setiap aku di marahin sama mamaku, aku sama sekali tidak melawan atau memotong ucapannya bahkan mau sesakit apa pun ucapannya aku tidak akan pernah melawannya.

Bagiku orang tua itu lemah jika bertarung sama anak seumuran sepertiku.

Dan membalas ucapan mama itu sangat gampang sekali.

Tetapi, seperti nya orangtua emang sudah di takdir kan buat mengomelin anak anaknya. Padahal kalau aku ingin, aku bisa menang debat berantem sama mama..

Cuman, orang tua itu sangat menyebalkan semakin di jawab semakin lama dia mengomel, dan ini yang bikin aku malas. Aku juga manusia, lama kelamaan mendengar omelannya itu bisa bikin aku marah, mangkanya saat sedang di marahin aku lebih suka diam sampai mamaku lelah sendiri.

Dan disinilah aku sekarang, di kamar...

"Empat puluh lima menit mama ngomel, gila lama juga"

***

thank u for ur support 😖💗

Stray lightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang