Chapter 2 - Journey to Ancient History

21 3 0
                                    

Pagi yang cerah melimpahkan sinarnya di langit, matahari yang memancarkan keindahan. Hari di mana kami akan memulai perjalanan menuju kuil Tuath Dé akhirnya tiba. Dengan segala persiapan yang telah kami siapkan, kami meninggalkan kerajaan Caelum. Seorang gadis kecil memberitahu bahwa kuil Tuath Dé terletak di arah barat daya dari pintu depan kerajaan. Dengan langkah penuh semangat, kami memulai perjalanan ini dengan kaki yang tegap.

Dalam sekejap setelah perjalanan, terdengar perdebatan antara Sulis dan Rafel. Sulis, yang baru saja menempuh perjalanan jauh dengan langkah kaki, mengeluhkan kesusahan yang dialaminya. Sementara itu, Rafel memandang Sulis dengan ekspresi kekesalan, merasa heran bahwa sihir yang dimilikinya tak dapat menjadi sarana transportasi di antara mereka berempat.

Aku mendengarkan perdebatan mereka selama sepuluh menit, kemudian dengan langkah mantap, aku kembali fokus pada langkahku, mataku menelusuri keindahan pemandangan. Di hadapanku, terhampar gunung-gunung yang menjulang tinggi.

"Hmm, gunung di depan kita terlihat cukup tinggi. Mendaki gunung ini bisa memakan waktu," ujar Rafel, yang sedang memikirkan cara untuk melewati rintangan tersebut.

"Udah, kalian lupa kita sedang membawa siapa? Akari, sang imajinasi, hehe," jawab Sulis sambil tertawa melihat Rafel.

"Kalian mau memanfaatkan kekuatanku? Sabar ya, ini akan membutuhkan energi yang cukup besar," sahut Akari, sambil mengumpulkan mana energi sihir dengan penuh konsentrasi.

"Baiklah, Nyonya. Kami akan dengan senang hati menunggu untuk perjalanan ini," ujar Sulis sambil tersenyum.

Akari, dengan tekad bulat, menggenggam sihir imajinasinya. Lorong imajinatifnya terbentuk dengan setiap hembusan angin, membuka jalan di tengah rintangan gunung. Energi sihirnya terkuras, tapi semangatnya tetap menggebu. Alam merespons panggilan imajinasi, dan gunung pun tunduk pada kekuatan pikiran Akari. Kami pun dapat melintasi gunung melalui lorong yang telah diciptakan oleh imajinasi Akari.

Akhirnya, langkah kami menyentuh tanah hutan rimba yang lebat, di bawah langit yang terang meski tertutup daun-daun pohon. Pagi yang gelap, namun arah masih terlihat jelas. Aku memimpin, terpesona oleh keindahan tumbuhan dan keunikan hewan di sekitar. Hutan ini begitu baru bagiku. Saat menatap keindahan itu, keheningan pikiranku terputus oleh kata-kata Akari.

"Halo, gadis kecil. Ayon bercerita sesuatu yang unik tentangmu, kisah tentang penemuanmu di kuil. Bolehkah aku tahu nama kamu?" Akari memulai percakapan dengan anak tersebut.

"Oh, tentu! Nama ku Lavender. Orang tua ku memberi nama Lavender karena mereka menyukai bunga lavender! Saya selalu bertanya apa makna dari nama itu, tapi mereka selalu menyuruh ku mencari tahu sendiri. Aku sungguh tidak tahu,"

Aku menatap Lavender, lalu berkata, "Lavender, suatu hari nanti kamu akan mengetahui arti nama itu, mungkin setelah perjalanan ini?" Sambil berjalan lurus di tengah hutan.

"Beneran, Kak? Kalau begitu, aku semakin bersemangat!"

Melangkah dalam hutan yang memesona, kita menapaki perjalanan nan mengasyikkan. Rasa lelah pun merayap pelan dalam tubuh, hingga kita memutuskan untuk berhenti sejenak. Barang bawaan pun terhampar, dan aku bersandar di dekat pohon raksasa yang menjulang anggun.
Namun, ketenangan itu terguncang oleh suara misterius yang menggetarkan atmosfer sekitar. Sesaat, hening pun tercerai berai oleh desiran tak dikenal yang membingungkan dan membuat bulu kuduk merinding. Hutan yang tadi begitu indah, kini berubah menjadi panggung rahasia yang mempertontonkan misteri yang menyelimuti kami.

"Suara apa itu?! Seperti suara orang kelaparan dengan volume yang cukup keras," sahut Sulis, matanya menerawang ke kegelapan.

"Tenang, Sulis. Aku tidak merasakan keberadaan mahluk aneh, tetapi ada aura hewan yang cukup dahsyat," jawab Rafel, menahan getaran ketegangan.

Kingdom of Caelum : Whisper of the Abyss | Ytmci FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang