7

1.5K 254 2
                                    

Malam yang gelap, hujan deras turun dari langit. Suara gemuruh petir menggema dari kejauhan. Freen yang masih berada di kamar merasa ketakutan dengan suara petir yang semakin dekat, ia duduk meringkuk sambil memeluk kedua lututnya dan kepala yang dia tenggelamkan di kedua lututnya.

Tiba-tiba, listrik di kamar yang Freen tempati padam. Freen merasa semakin takut, ia merasa seperti berada di dalam kegelapan yang mengerikan. Perlahan butiran-butiran air matanya mengalir, ia terisak sambil ketakutan. Memeluk erat tubuhnya sendiri, mendengar suara yang menakutkan serta memejamkan matanya.

"Mom.... Freen takut..."

Gumam Freen dengan suara yang sangat pelan, ia ingin berlari memeluk erat ibu nya agar tenang. Merindukan rumah nya, meskipun banyak luka yang tersimpan namun rumah kedua orang tua nya adalah tempat yang nyaman.

Ceklek!

Suara pintu terbuka, membuat tubuh Freen merinding. Bulu kuduk nya berdiri tegak dengan jantungnya yang berdebar kencang, ia tidak ingin melihat. Merasa takut karena pintu yang terbuka tiba-tiba, padahal ia merasa sudah mengunci nya.

"Jangan takut. Petir itu hanya suara yang dibuat oleh awan. Awan tidak akan menyakitimu."

Ucapnya, meskipun begitu ketakutan Freen tidak mereda. Langkah kakinya mendekati Freen, aroma sensual velvety flower kembali tercium. Mendongakkan kepalanya secara pelan, hati nya perlahan merasa tenang karena penerangan lilin.

Becky mengulurkan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang lilin. Freen tidak bergeming, ia masih terdiam dengan posisi yang sama akibat suara petir yang kembali terdengar.

Menarik uluran nya kembali, berjalan menuju lemari, membuat ketakutan Freen muncul kembali karena Becky yang menjauh darinya. Namun Becky kembali lagi dengan membawa boneka kelinci, di mana telapak tangannya memegang salah satu telinga boneka tersebut.

"Berpeganglah pada telinganya, kita akan keluar."

Ucap Becky. Lagi-lagi suara petir terdengar tapi Freen mengikuti perkataan Becky, perlahan ia berdiri dengan tangan yang menahan di tembok agar tetap terjaga. Mencengkram kuat telinga boneka itu, meskipun kakinya sedikit bergetar.

Freen melangkah mengikuti Becky dari belakang, ia terus memejamkan matanya sambil memegang telinga kelinci dengan erat agar ia tidak tertinggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Freen melangkah mengikuti Becky dari belakang, ia terus memejamkan matanya sambil memegang telinga kelinci dengan erat agar ia tidak tertinggal. Sesekali ia mencoba mengintip namun kegelapan menyambutnya, dengan penerangan lilin yang minim.

"Freen?"

Freen yang dipanggil, mengerutkan keningnya. Perlahan kedua matanya kebuka, seketika matanya menyipit karena pencahayaan menusuknya. Kemudian ia melihat Toey yang berada di hadapannya bersama dengan Nam di sampingnya.

Ia langsung menengok kearah samping kiri-kanan nya, namun tidak menemukan Becky. Menunduk kebawah, Freen masih menggenggam boneka kelinci itu. Kembali mendongak melihat Toey dan Nam yang sedang menatapnya dengan bingung.

REQUESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang