Part 1

224K 10.8K 310
                                    

LULUS

Satu kata singkat itu sukses membuatku jingkrak kesenangan. Yeaahhh, tak sia-sia aku beli kunci jawaban kemarin. Upss, tidak tidak bukan itu. Tidak sia-sia aku belajar maksimal sebelum UN. Hehe, apalagi karena nilai-nilaiku yang besar aku jadi ikut jalur undangan menuju salah satu kampus terfavorit di Jakarta. Tanpa tes ujian masuk, aku sudah resmi menjadi salah satu calon mahasiswa di Universitas Bhayangkara. Dan hari ini, aku akan menjalankan masa orientasi alias ospek di sana. Doakan saja tidak macam-macam. Amin.

"Ma Pa, Rachel pergi dulu! Muahhh," Aku mencium pipi kanan dan kiri Mama Papa ku bergantian.

"Hati-hati sayang," teriak Papa-ku.

"Yakin gak mau di anter papa kamu, Chel?" tanya Mama-ku sekali lagi. Aku menggeleng riang dan pergi menuju halaman depan. Sopir rumahku sudah menunggu dari tadi.

"Mang Udin, ayok jalan."

Aku pun menaiki mobil di ikuti Mang Udin. Bapak paruh baya itu sudah aku anggap sebagai ayahku sendiri. Dia baik, perhatian, dan loyal. Lagipula, Mang Udin sudah bekerja sangat lama di rumah kami, sekitaran 8 tahun.

"Langsung ke kampus, Dek Rachel?" tanya Mang Udin saat aku sibuk memeriksakan kembali barang-barang di dalam tasku. Baguslah, tidak ada yang tertinggal.

"Ya Mang, hari ini Rachel ospek. Jadi takut telat," jawabku.

Mang Udin mengangguk ngerti lalu melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Apakah hari ini akan menyenangkan? Semoga saja iya. Yeaahhh!!

Tak terasa kami sudah sampai di depan pintu gerbang kampus ini. Banyak mahasiswa/i baru yang berpakaian sama sepertiku sedang mengobrol atau hanya tegak-tegak saja. Aku pun turun dari mobil setelah berpamitan dengan Mang Udin.

Duh, bagaimana ini ya? Teman-temanku dari SMA dulu tidak ada yang masuk ke sini, katanya kampus ini terkenal dengan peraturannya yang ketat dan sudah menjalani hubungan internasional dengan kampus-kampus luar negeri sana. Maklumlah, universitas elite gitu.

Ngomong-ngomong, aku sedang memakai baju kemeja putih yang di masukkan ke dalam celana dasar. Persis seperti mau melamar kerja. Bukan mauku memakai baju begini, tapi peraturan dari sananya. Jadi untuk apa malu, kan semua mahasiswa/i baru sama sepertiku. Haha, untung saja ospek kuliah ini tidak ada embel-embel norak kayak SMP dulu.

"Hei, sendirian?" sapaku ke arah cewek yang sedang berdiri kaku sambil memegang tasnya. Dia cantik sih,tapi kayaknya belum bisa berbaur.

Dia melihatku bingung, tapi akhirnya dia merespon ucapanku.

"Ya, loe juga?"

Aku mengangguk, "Rachel, loe?" tanyaku sambil menjulurkan tangan kananku padanya.

"Aku Zizi, kayaknya belum mulai deh. Padahal kan katanya jam 8," kata Zizi dengan intonasi cepat. Hebat, rupanya cewek ini ceriwis juga.

"Paling bentar lagi, Zi. Nah itu kenapa anak-anak pada berlari gitu?" Aku menunjuk semua mahasiswa baru itu yang sedang berlari menuju lapangan. Apa ada pengumuman barusan? Kok aku tidak dengar?

"Yok, Chel. Ikutin aja mereka. Paling ke lapangan doang. Yok, cepetan." Zizi menarik tanganku supaya kami mengikuti orang-orang. Zizi benar, mereka semua menuju lapangan.

"Hei, kamu! Jangan asal baris, lihat dulu dimana kelompokmu!"

Aku terlonjak kaget saat mendengar teriakan dari depan. Ada seorang laki-laki yang belum jelas wajahnya itu sedang meneriaki mahasiswa baru yang asal mengambil tempat baris.

"Zi, loe kelompok berapa?"

"13," jawab Zizi singkat. Aku berhenti berjalan, loh kok aku tidak tahu kelompok berapa sih?

Story of My Life (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang