Ghost Doctor and Poisonous Concubine: Marry A Stunning Young Husband

281-290

Bab 281 Musuh bertemu

Mu Chengfeng dan Zi Weiran membawa kedua putri mereka ke ruang bawah tanah Istana Lingyun, begitu mereka mendekati pintu sel, mereka mendengar suara serak Qin Wanyu yang mengumpat.

Qin Wanyu dan Biqing Shui dipenjara di bagian terdalam penjara bawah tanah Istana Lingyun, yang gelap dan lembab, tanpa cahaya apa pun. Wajah galak Qin Wanyu penuh dengan kebencian. Kesadarannya terkadang sadar dan terkadang bingung. Dia terus mengumpat di mulutnya, suaranya tajam dan kasar, dan dia meraung keras: "Biqingshui, kamu jalang, ini semua salahmu, idiot, Aku seharusnya sudah terbunuh sejak lama. Jika aku meninggalkanmu, kamu akan menjadi bencana."

Biqingshui telah lama terbiasa dengan kutukan Qin Wanyu. Selama ini, dia telah dengan jelas melihat kegilaan Qin Wanyu. Wanita ini lebih gila dan lebih kejam dari dirinya sendiri. Dia mengejek: "Qin Wanyu, tolong simpan. Nah, apakah kamu tidak lelah setelah menggonggong begitu lama? Sama seperti anjing gila, tidak heran Yan Yu membencimu."

Ketika Qin Wanyu mendengar kalimat yang terakhir, dia bertingkah seolah dia gila dan terus memukul pagar besi dengan tubuhnya, memarahi dengan suara tajam: "Diam, diam. Dasar jalang, apa yang kamu tahu? Jika jalang itu Zi Weiran tidak merayu hati kakak laki-lakinya, dia pasti sudah menikah denganku sejak lama. Itu semua karena Zi Weiran, si rubah betina. Dia memiliki penampilan yang menawan, dan membunuhnya adalah hal yang paling membahagiakan bagiku. Haha, jika dia mati, kakak laki-laki pasti akan bersamaku."

Biqingshui mendengus dingin: "Huh, kamu benar-benar sakit. Qing Wanyu, kakak laki-lakimu masih mencintai Zi Weiran. Jangan lupa hari itu di Sekte Xingyao, dia ingin merobek wajahmu berkeping-keping. Haha, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kukatakan tentangmu, Qin Wanyu, kamu begitu naif dan bodoh."

Qin Wanyu terus meraung: "Diam, diam. Jangan menyebut wanita jalang itu Zi Weiran. Dia sudah lama mati. Diam." Suaranya yang tegas bergema di sel yang kosong, dengan wajah garang yang menyusup ke orang-orang seperti hantu jahat.

Tiba-tiba, suara lembut dan dingin terdengar di luar penjara: "Qin Wanyu, aku mengecewakanmu."

Ketika Qin Wanyu mendengar suara ini, rasanya seperti guntur menyambar kepalanya. Dia langsung menegakkan tubuhnya, pupil matanya menyusut, dan suaranya bergetar: "Siapa?"

Zi Qiange menyalakan mekanisme di dalam sangkar dan menyalakan lampu. Sel yang gelap dan suram langsung seterang siang hari. Cahaya putih yang menyilaukan membuat Qin Wanyu dan Biqing Shui tidak repot-repot memeriksa orang tersebut di depan mereka, dan segera memejamkan mata untuk menghilangkan silau.

Ketika keduanya membuka mata lagi, mereka melihat seorang pria dan tiga wanita berdiri di luar pintu sel. Kata "tak tertandingi" adalah cara yang tepat untuk menggambarkan keluarga ini. Qin Wanyu dan Bi Qingshui sama-sama memandang wanita di depan mereka dengan tidak percaya. Mengenakan gaun indah berwarna kembang sepatu, fitur wajahnya yang lembut dan anggun masih secantik delapan belas tahun yang lalu, seolah-olah tahun-tahun itu belum mengukir tanda mereka di tubuhnya. Pria tampan dan lembut di sampingnya memegang erat tangannya, matanya dipenuhi kelembutan dan cinta, seolah dia adalah harta paling berharga di dunia. Berdiri di samping mereka masing-masing adalah seorang gadis yang sangat cantik. Penampilannya bisa dibilang menakjubkan. Satu putih dan satu biru tampak seperti peri paling murni di dunia.

Qin Wanyu memandang orang di depannya, pupil matanya menyusut, tubuhnya terus gemetar, dan dia ingin mundur, tetapi tangan dan kakinya tidak berguna dan dia tidak bisa menggunakan kekuatan apa pun. Bibirnya terus bergetar dan dia berkata, "Zi Weiran, apakah kamu manusia atau hantu?"

Wajah cantik Zi Weiran penuh dengan sarkasme, dan dia mengejek: "Qin Wanyu, menurutmu aku manusia atau hantu?"

Qin Wanyu terus menggelengkan kepalanya dan berkata: "Kamu adalah hantu. Kamu di sini untuk mengambil nyawaku. Bukan aku yang membunuhmu. Jangan datang padaku. Pergi, pergi..."