⚠️WARNING! INI HANYA CERITA FIKTIF BELAKA. KALAU ADA KESAMAAN DALAM NAMA DAN TEMPAT KEJADIAN, MOHON DIMAAFKAN. SAYA SAMPAIKAN SEKALI LAGI, CERITA INI HANYA FIKTIF!⚠️
Guys, votenya dong! Jgn jadi silent readers anjay.
Kalo ada yg blm vote, vote dulu yaa sayang💕 🔪
___"Apa dia sungguh pergi Nyonya? Saya rasa pemuda itu tidak mengetahui jalan di wilayah ini." Tom mengeluarkan suara serupa dengan pemikiran Pamela.
Pamela yang tengah berdiri menghadap jendela dan memandang keluar kabin mengedikan bahu tidak tahu. "Setidaknya dia telah memilih menjauhi Jemma, status Zale tak jelas membuatku was-was jika pemuda itu masih ada di sisi Jemma."
Tom pun termangu mendengar perkataan Pamela. Bosnya ini sungguh menyayangi Jemma begitu layaknya anak kandungnya sendiri. Padahal Jemma mungkin saja belum menaruh kepercayaan kepada dirinya, tetapi Pamela memilih tidak peduli akan hal itu. Andai mereka juga tahu fakta satu lagi, Zale 'lah makhluk misterius berekor yang pernah mereka lihat saat tempo hari.
Lantas tanpa mereka sadari saking seriusnya pembicaraan itu, di sisi lain, Jemma telah mendengarkan obrolan kedua orang yang sedang menjadikan Zale sebuah topik utama. Seketika Jemma merasa bersalah dan menyesali ucapannya beberapa waktu lalu. Sikap impulsif-nya entah dari mana.
'Zale tidak mengerti tentang dunia manusia, kalau terjadi sesuatu aku semakin menyesalinya nanti!' Jemma membatin demikian.
Baru ingin kembali ke kamar, suara ketukan di pintu utama kabin berbunyi. Dari tempatnya Jemma mengintip siapa tamu yang datang ke kabin ini. Ia melihat Tom tersungkur sesaat pintu terbuka dan barulah masuk beberapa orang mengepung Pamela beserta Tom. Mereka mengacungkan pistol yang siap menembakkan peluru kapan saja jika Pamela dan Tom macam-macam. Perlahan Jemma memundurkan langkah hati-hati, mengendap-endap menuju kamar Pamela.
Ia berusaha tidak menimbulkan bunyi sedikit saja agar tak memancing mereka.
"Loh, Jemma? Mengapa kau kemari?" tanya seseorang yang mendapati Jemma memasuki ruangan tersembunyi.
Kening Jemma berkerut samar. "Justru aku yang seharusnya bertanya, kenapa kau bisa di sini?"
Zale mengusap tengkuk belakangnya. Menjawab, "Aku memutuskan untuk kembali. Karena malas melalui pintu, aku terpaksa masuk lewat jendela kamar Pamela, jadi aku ke sini hanya sekedar ingin."
"Itu bukan alasan yang jelas, setidaknya beri aku penjelasan masuk akal, Zale!" kesal Jemma.
Zale diam dan melihat buku terpajang di rak begitu tertata rapi. Jemari panjangnya menyentuh ujung buku dan menariknya. Mulutnya berkata, "Terlalu kasar belum tentu membuat mu terlihat kuat. Entah mau sampai kapan sikap buruk mu itu dipertahankan, tetapi sebagai sesama makhluk hidup, aku sungguh tersakiti oleh setiap kalimat yang terlontar dari bibir indahmu."
"Seolah-olah kau hidup bagai racun dalam bentuk keindahan tiada tara, parasmu jika ada di zaman dulu, biasa bisa menghancurkan pertemanan seseorang. Lebih tepatnya membuat mereka saling membunuh demi mendapatkan dirimu yang elok."
Mulut Jemma terkatup rapat. Zale berbicara seakan tengah menceritakan kisah kehidupan seseorang. Itu tak terdengar mengarang dan Jemma sadari hal tersebut. Belum sempat dirinya membuka suara, Zale menyuruhnya untuk diam.
"Jalan terakhir ialah kembali ke pantai, di sini terlalu berbahaya walau di sana pun serupa," ujar Zale pelan.
"Rumahku dan letak kabin ini sangatlah jauh dari sana, apa lagi pemukiman terdekat juga sangat jauh," sahut Jemma cepat.
"Kau bisa menggunakan kendaraan yang terbuat dari besi di luar sana?" tanya Zale mampu membuat Jemma bingung.
"Maksudmu mobil?" Zale mengangguk singkat dan Jemma membalas, "Aku bisa. Tetapi tidak begitu ahli."
![](https://img.wattpad.com/cover/350598183-288-k16949.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Voices In The Ocean : Cursed Man, Zale Merville [End]
Fantasy___ Gadis ini menjalani hari dengan rasa lapang dada. Tiada hari tanpa cobaan melanda dirinya. Walau dicap sebagai orang aneh dan buruk rupa serta perlakuannya yang tergolong kasar, ia akui dirinya hebat bertahan sampai sekarang. Langkahnya memang s...