Kos Mawar, rumah bercat coklat-krem itu pagi-pagi sekali sudah ramai oleh para penghuninya. 9 pemuda yang tengah mempersiapkan kebutuhan untuk niatan mereka yang akan pergi liburan membuat mereka bergegas agar bisa pergi lebih awal.
"Stan, kamera udah lo bawa belum?" tanya Dipta.
"Udah, Bang, aman," balas Ghastan. Dipta memberikan acungan jempolnya pada Ghastan.
"Bang, lo semalem kok gak nyaut gue panggil?"
Dipta menatap heran Ghastan, mengerutkan alis bingung. "Gue? Emang lo dimana?"
"Di tangga atas. Lo mau ke toilet, tapi gue panggil kagak nyaut."
Tampak mengingat-ingat kejadian semalam, tapi seingat Dipta, ia sendiri bahkan tak ada sekalipun pergi ke toilet. "Kapan gue ke toilet?"
"DIP, INI LO MAU BAWA YANG MANA AJA?"
"IYA BANG, BENTAR." Belum sempat Dipta menjelaskan, ia pun berlalu meninggalkan Ghastan yang masih kebingungan. Ghastan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, tubuhnya tiba-tiba saja merinding.
"Salah orang kali," ucapnya berpikir positif.
Selang beberapa menit, semua persiapan telah selesai. Kini, kesembilan pemuda yang berbeda usia itu berkumpul di halaman untuk bersiap berangkat. Karena kapasitas mobil yang tak muat bersembilan, akhirnya mereka memutuskan membawa dua mobil milik Juna dan Ryan yang kebetulan baru kembali dari rumahnya.
"Aduh anak-anak ganteng, mau pada kemana ini?"
Bu Rini, tetangga kosan mereka menyapa. Ghastan dan Nakula menahan tawa melihat wajah Ryan yang sudah masam, pasalnya wanita paruh baya itu seringkali menjodohkan Ryan dengan putrinya.
"Liburan Bu, mumpung libur kerja," jawab Zalleon. Bu Rini tersenyum mengangguk. Matanya menatap Ryan, wajahnya terlihat sumringah, membuat Ryan berdiri tak nyaman dan menyenggol bahu Ghastan yang sejak tadi tak berhenti meledek.
"Eh calon mantu, baru balik kesini lagi, ya? Ih kapan-kapan main dong ke rumah Ibu, Jihan lagi di rumah tuh, masa gak mau ketemu calon."
Semuanya menahan tawa kecuali Ryan, ia dengan sabar membalas senyuman Bu Rini dan mengangguk-angguk saja. Sabar, sabar, resiko jadi orang ganteng, batin Ryan pasrah.
"Oh ya Bu, kita berangkat dulu nih. Takut kesiangan ntar panas."
"Iya Nak Dipta, hati-hati di jalannya anak-anak ganteng. Jagain loh itu calon mantu ibunya."
"Oiya Bu, siap. Ada Ghastan, mantu ibu, aman."
Bu Rini memberikan jempolnya pada Ghastan, ia pun berlalu pergi.
Bugh
Ryan memukul bahu Ghastan. Seenaknya saja ucapannya. Ryan bukan calon mantu Bu Rini, ia saja tidak kenal dengan anaknya Bu Rini itu.
"Dahlah, ayo berangkat. Siapa yang nyetir?"
"Gue sama Dipta, Bang."
"Oke, buruan."
Kesembilan pemuda itu akhirnya memulai perjalanan liburan mereka. Rumah yang biasanya ramai kini tampak sepi. Ruangan-ruangan itu kosong tanpa penghuni. Hanya ada kesunyian yang tercipta untuk suasana disana.
***
Perjalanan yang cukup memakan waktu membuat beberapa orang tertidur. Di mobil paling depan yang dikendarai oleh Bara, ada Zalle yang duduk dibangku sebelah Bara dan mengobrolnya. Sedangkan di mobil belakang, Dipta sebagai pengendara ditemani Martin dan Gilang yang ikut mengobrol. Sisanya diantara mereka tertidur menunggu perjalanan sampai.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOS-KOSAN HOROR || ZB1
Horror9 pemuda yang dipertemukan di satu atap yang sama. Rumah sewaan yang mereka huni ternyata menyimpan banyak misteri. Bahkan sering menampakkan makhluk tak kasat mata. Lalu, bagaimana cara mereka bertahan dan memecahkan misteri tersebut? "BANG, ANJING...