Sekarang mereka chilling didepan televisi dan itu sudah pasti Joel yang akan kuasai televisi beserta remotenya, dirinya hanya menemani sambil memeriksa beberapa berkas di e-mail nya.
Ditemani segelas kopi hangat dan gorengan khas buatan kekasihnya. Betapa indahnya apabila khayalannya terwujud, namun sayang itu semua hanya bayangan semu. Tidak akan pernah bisa untuk terwujudkan.
"Adek, sudah dulu bebersihnya. Sini duduk ada yang ingin Aa' bicarakan."
Joel dengan segera mengelap tangannya dan berjalan kearah sofa. Didudukkannya dirinya disamping Hanenda. Hanenda pun menautkan kedua tangan mereka, dan mencium lembut tangan Joel.
"Kamu tidak usah cuci piringnya, biarkan Aa' saja yang cuci. Tuh lihat, tanganmu jadi dingin begini".
"Yaelah A', piring segitu doang mah kecil, trus yah wajar lah tangan jadi dingin habis kena air juga. Aa' jangan lebay gini deh. Geli tau g A'."
"Lebay banget yah Aa'?. Sakit sih dikatain lebay."
"Dih dah tua pundungan. G cocok banget A'. Stop lebay, betulan g cocok".
"Cocok atuh Dek. Cocok mencintaimu"
"Ya Tuhan A'. Aa' kepentok apaan tadi dikamar sampai Aa' lebay bin jamet gini. G panas, dingin kok" balas Joel sambil mengecek kening Hanenda.
"Kamu gemesin banget Dek. Aa' suka lihat kamu misuh-misuh begini. Bibir kamu maju lima senti, macam bebek. Tuh lihat, bibirnya manyun."
"Dih dih, orang tua jokesnya macam bapak-bapak pesbuk. G cocok lah. Ihhh, Aa' katanya ada yang mau dibicarain. Napa jadi ngatain Adek bebek. G konek Aa' tau".
"Hahahaha, maaf, iya iya ini Aa' serius. Kamu dengerin yah"
"Mungkin Aa' tidak pulang ke apart malam ini, mungkin selama dua atau tiga hari. Sudah mulai hektik urusan Aa'. Kamu tidak masalah kan?"
"Memangnya urusan Aa' sampai kapan dan klo boleh tau Aa' lagi ngurusin apa?"
"Aa' ikut dalam tim pemenangan salah satu Capres dan juga ke dua Kakak Aa' bakalan maju lagi jadi anggota dewan. Makanya Aa' bakalan sangat sibuk. Untung kali ini libur semester sekolah, jadinya Aa' bisa atur waktu buat temani kamu dan urusan pemilu".
"Ohhh begitu. Kakak Aa' emang ada berapa?"
"Loh memang Aa' belum pernah cerita yah tentang saudara Aa'?"
"Aa' belum pernah cerita apapun tentang hidup Aa'. Adek g tau apapun tentang Aa'. Semisterius itu A' dirimu".
Jawab Joel, sambil menatap tajam ke arah Hanenda. Iya, selama ini Joel tidak tau apapun mengenai kehidupan dan segala seluk beluk Hanenda. Terlalu banyak yang ditutupi, padahal Joel sudah mencurahkan seluruh tetek bengek dalam hidupnya.
Hanenda yang diberi pernyataan dari Joel seketika mematung. Dia tidak sadar bahwa selama ini Joelnya tidak mengetahui tentang dirinya.
"Maaf Dek, maaf. Bukan maksud Aa' untuk menutupi atau tidak ingin bercerita tapi Aa' kira masa lalu Aa' tidak cukup penting untuk diceritakan."
"Ohh itu artinya Aa' tidak percaya ke Adek bahkan soal beginian pun Aa' g mau berbagi ke Adek. Setidak berarti itukah peranan Adek dihidup Aa'?"
"Bukan begitu sayang. Please Adek jangan tersinggung bukan begitu maksud Aa'. Cuma aku yah begini ini, tidak ada yang heboh dihidup Aa' lempeng-lempeng saja, nanti kapan-kapan yah ada waktu senggang Aa' bakalan ceritain semuanya dari A sampai Z, semua tentang Aa'. Please Dek, jangan marah. Kamu mengerti kan maksud Aa'?"
"Ngerti g ngerti, aku harus ngerti kan A'?"
"Dek, bukan begitu"
"Iya A' g apa-apa kok. Lupain. Nanti aja, terserah kapan Aa' mau ceritainnya. Adek juga g mau paksa Aa'. Jadi Aa' g pulang malam ini?"
"Adek... maafin Aa'."
"Sudahlah A'. Aa' siap-siap sana. Udah mau siang ini, nanti telat."
"Dek... Joel, please. Aa' tidak mau kita marahan kaya gini. Aa' akan tidak bertemu dengan kamu beberapa hari, dan bakalan susah buat hubungi kamu. Tolong Dek, Joel".
"A'. Siapa yang marah. Aku g marah. Cuma aku juga pengen tau tentang Aa'. G lebih A'. Adek g minta apa-apa. Cuma itu. Tapi kalo Aa' belum bisa ceritain karena terbentur waktu, yah Joel harus bagaimana".
"Oh yah A'. Sepenting itu. Dirimu bagiku mulai saat ini sepenting itu. Apapun tentang Aa', mau masa lalu Aa', cita-cita Aa', semuanya sangat penting bagi aku. Atau aku ini g penting dalam hidup Aa' makanya Aa' selalu berusaha ngalihin pembicaraan?"
Suara Joel mulai bergemetar. Dirinya menahan emosi dan tangis. Bulir-bulir air mata mulai terbentuk dikelopak matanya. Sekuat tenaga dia menahan dirinya untuk tidak menangis, untuk tidak kelihatan cengeng dihadapan Hanenda.
🦋🐺

KAMU SEDANG MEMBACA
Syama Artjuni [HIATUS]
FanfictionHanenda - Joel, didalam sebuah utasan kelam semesta. Mereka hanya inginkan kisah mereka laksana Asmaraloka tapi sayang norma diatas asmara. Mereka tak punya kuasa untuk melawan takdir Pemilik Kehidupan.