39

59 7 0
                                    








Dibukanya hoodie hijau yang dikenakan oleh Joel. Masih terdapat dibadan Joel beberapa tanda cinta dari Hanenda. Dijilatnya nipple kecil itu dengan rakusnya. Sedangkan tangan yang satu sangat lincah memelintir nipple yang tidak dijilatnya. Berakhir Joel menggelinjang keenakan dipangkuannya.

"Aaanngggghhh A'."

Hanenda yang mendengar desahan Joel, semakin bermain dan menghisap tonjolan kecil itu. Joel yang berada dipangkuan Hanenda bergerak tidak terarah, dirinya melayang jauh keawan.

Desahan-desahannya semakin lantang dia ucapkan. Membuat Hanenda semakin tertantang dan makin hilang kewarasannya. Sangat indah, sangat candu, sangat nikmat, yang sekarang ada dikedua benak anak adam itu.


Rrrrrrrriiiiiiiiiiiiinnnnnnngggggggggg


Bunyi dering telepon Hanenda menggema, saling bersahutan dengan desahan-desahan laknat oleh Joel. Sudah berkali-kali berbunyi, tapi tidak dihiraukan oleh Hanenda.

"A', hhhnnnggg, itu angkat dulu hapenya. Ahhhhh A'."

Hanenda bagaikan tuli, tidak ingin mendengarkan apa yang Joel ucapkan dan juga bunyi dering telepon yang belum berhenti berbunyi. Joel berusaha menyingkirkan tangan dan wajah Hanenda dari area dada nya, namun Hanenda tetap tidak menggubrisnya.

"Focus on me Joel".

"Ahhhh A'."



Rrrrrrriiiiiiiiiiinnnnnnnngggggggggg




Telepon Hanenda masih berbunyi, tidak mau mengalah dengan suara desahan Joel. Seakan-akan berlomba siapa yang paling nyaring suaranya. Diantara kenikmatan yang Joel rasakan sekarang ini, Joel masih berusaha menyadarkan Hanenda untuk segera mengangkat teleponnya.

"A' hnnggg tolong, diangkat dulu teleponnya. Nanti Aa' hhhnnnggg hisap lagi sebentar hnnggg. A' hahh haahh".

Joel berusaha menyingkirkan wajah Hanenda. Dan kali ini usaha Joel berhasil, namun dilihatnya Hanenda mendelik tajam kearahnya, seakan tidak rela berhenti menghisap yang menjadi candu baginya.

"Awwah. Siapa juga yang nelpon. Mengganggu sekali"

Dengan Joel yang masih berada dipangkuannya, Hanenda pun menggendong tubuh Joel untuk mencari teleponnya. Hanenda pun berjalan kearah meja dapur dan melihat teleponnya itu yang masih sampai sekarang berbunyi, sambil dirinya tetap membubuhkan kecupan-kecupan kecil dibibir Joel yang berada digendongnya.

Diletakkannya Joel diatas meja kitchen island. Dirinya pun berdiri ditengah-tengah kaki Joel yang tidak pernah dia tinggalkan. Dilihatnya display teleponnya itu, helaan nafas kasar terdengar jelas oleh rungu Joel.

Tapi Joel tidak ingin bertanya, dirinya takut, karena dilihatnya raut wajah Hanenda berubah mengeras tidak seperti tadi. Tangan Hanenda masih setia bertengger dipinggang polos yang ramping punya Joel. Dielus-elusnya pinggang itu, sembari mengangkat teleponnya.

"Assalamu alaikum, kenapa A'."

"Iya, ini sudah mau berangkat."

"Ya tunggu, sabar meki sedikit. [Sabarlah sedikit]".

"Tutupmi teleponta, mau meka ini jalan. Iya, waalaikumussalam" [Tutup teleponnya, aku sudah mau berangkat]

Selesai menutup teleponnya, Hanenda pun menyandarkan kepalanya dipundak lebar kekasihnya itu. Masih menghela nafas panjang, Hanenda tidak rela meninggalkan kekasihnya sendirian diapartemennya.








🦋🐺

Syama ArtjuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang