23.

1.9K 62 24
                                    

Acara lamar melamar itu sudah selesai. Di saksikan oleh keluarga Jaesha dan Keluarga Akhtar yang datang menyusul. Semua menerima lamaran itu, dan benar saja acara pernikahan mereka diselenggarakan minggu depan seperti apa yang di bilang Akhtar tadi. Perasaan campur aduk kini memenuhi Jaesha dan Akhtar. Perasaan bahagia dan gugup.

Pernikahan yang akan di selenggarakan mendadak ini sudah di rencanakan oleh Akhtar dan orang tua nya dan orang tua Jaesha. Jaesha yang tahu akan hal itu langsung  kesal, bisa bisa nya rencana besar ini ia sama sekali tidak tahu? Undangan sudah di siapkan, gedung dan semua nya sudah tertata rapi. Bagian Jaesha hanya menentukan warna warna di pernikahan nya nanti.

"Jahat ah aku ga di kasih tau" Ucap Jaesha dengan wajah kesalnya.

"Maaf ya cintaku... Bunda sama Ayah suruh aku rahasiakan ini dulu supaya kejutan"

Bunda dan Ayah yang menjadi dalang dari semua ini hanya tertawa kecil, sama hal nya dengan umi dan abi yang juga termasuk menjadi dalang. Setelah itu Jaesha memikirkan bagian nya, yaitu menentukan warna dan design. Jaesha ingin nuansa nya nanti berwana silver dan biru malam. Jaesha sangat suka dengan kedua warna itu.

Setelah acara itu selesai, mereka semua bersantai. Mengobrol tentang apapun dan juga mengobrol tentang bagaimana jalan pernikahan mereka nanti. Semua nya berbahagia namun tidak dengan Jaesha, suasana hatinya bertambah buruk.

"Jae, ini taroh dimana?"

"Taroh di kamar aku aja"

Keluarga Jaesha telah lama tiba, sebelum acara besar itu di mulai mereka datang. Hanya keluarga dari sang ayah, keluarga dari bunda tidak bisa untuk datang karena mereka sama sama sibuk dan berhalangan untuk berhadir. Ada rasa sedih di dalam hati Jaesha karena keluarga dari sang bunda tak bisa datang.

Ada suatu hal yang membuat Jaesha sangat ingin keluarga Bunda untuk hadir, karena Jaesha sedikit tak suka dengan keluarga bunda. Jaesha selalu menjadi sasaran empuk untuk mereka.

"Bunda.. ga dateng beneran?" Jaesha menampilkan wajah sedih nya kepada bunda.

"Maaf sayang ya..?" Bunda memeluk anak gadisnya itu, mengelus pundak Jaesha yang sedikit gemetar.

Akhtar memperhatikan itu dari jauh, perasaan bingung dan penasaran memenuhi dirinya. Ada apa dengan wajah takut itu? Ada apa dengan tubuh yang gemetar itu? Ada apa dengan mereka?

"Sayangku"

Jaesha melepas pelukan itu dan membalikkan tubuhnya, ia melihat Akhtar yang berada jauh di belakang nya. Tangan nya memegang sebuah ice cream matcha dan tak lupa juga dengan senyum nya yang merekah.

"Sana" Bunda mengelus wajah yang terlihat sembab itu lalu mengangguk kecil.

Jaesha mengusak wajahnya lalu berjalan gontai ke arah Akhtar yang masih setia dengan senyuman itu. Setiba nya Jaesha di hadapan Akhtar, Akhtar langsung memberikan ujung bungkus ice cream yang di pegangnya. Jaesha dengan bingung memegang ujung bungkus ice cream itu dan kemudian Akhtar menggiring Jaesha untuk ke taman belakang. 

Hari sudah sore, senja kali ini benar benar terlihat cantik, senja yang selalu menjadi penenang. Jaesha mendongakkan kepalanya menatap langit sore yang terlihat indah. Di tambah dengan tatapan yang di berikan laki laki di samping nya kini. Mereka sudah terduduk di kursi, hanya ada suara angin yang menerpa.

"Kamu kenapa? Natap aku terus dari tadi" Jaesha terkekeh lalu menolehkan kepalanya menatap Akhtar.

"Leleh nanti" Akhtar menunjuk tangan nya yang masih setia memegang ice cream.

"Kamu colong di kulkas ya" Jaesha mengambil ice cream itu. Membuka nya lalu memakan nya dengan wajah gembira.

"Iya, tadi ada ayah juga di dapur jadi aku izin ke ayah buat ambil ice cream kamu 1. Maaf ya aku ambil"

Ana Uhibbuka Fillah, Ustadz Akhtar.Where stories live. Discover now