II

368 9 0
                                    

Hai,,, maaf ya, untuk postingan sebelumnya ga ada kata pembuka -,- sekarang juga sih ga tau mau ngomong apa hehe

Oh ya, untuk bagian yg dimiringkan itu adalah "suara hati" yaa

***__***

"Heii kamuu!! Mau kemana hah!!?"

Suara dari pengeras suara itu menghentikan langkahku, alhasil aku berdiri sendiri di luar barisan calon siswa lainnya.

"Saya kak?"

"Iyalah kamu! Ngapain di situ? Sana ke barisan anak-anak yang terlambat!"

Dengan berani aku membalas

"Lah aku belum terlambat kok kak, sekarang baru jam 06.18, di papan informasi tertulis apel pagi jam 06.30"

Entah dapat kekuatan dari mana aku bisa ngomong seperti itu ke kakak kelas.

"Eh, ni anak songong amat ya.., dikasih tau malah ngelawan. Udah sana baris ke barian anak-anak yang T E R L A M B AT!"

Dengan rasa tidak ikhlas, aku masuk ke barisan anak-anak yang terlambat.

"Gue Marta" seorang cewe menyodorkan tangan untuk berkenalan.

"Oh ya, gue Laras", balasku dengan senyum dan menjabat tangannya.

"Gue setuju sama loe, kita ga terlambat sama sekali. Dasar si nenek sihir Jesica itu" gerutu Marta.

Oh jadi dia Jesica yang disebut kakak ganteng tadi, eh.. kenapa gue malah julukin dia kakak ganteng, yah sudahlah..

Sehabis mendengarkan arahan kakak-kakak panitia MOS, kak Jesica ternyata belum cukup puas menyiksa kami.

"Untuk seluruh barisan anak-anak yang terlambat, kalian harus lari muterin lapangan sebanyak dua kali."

Dengan berat hati kami memutari lapangan itu. Karena rasa kesal yang kupendam, aku menatap dalam kak Jesica, lalu menyapu pandanganku kepanitia-panitia lainnya. Hingga mataku berhenti pada seorang cowok yang sedang melihatku, mata kami bertemu.

Dia liat gue?

Ya, cowok itu tidak lain dan tidak bukan adalah kakak yang tadi menahanku di gerbang. Dia memasang wajah sedih saat melihatku, lebih tepatnya wajah bersalah. Dia mengerutkan dahinya, membuat kedua alis tebalnya menjadi sedikit lebih dekat satu sama lain. Ketika melihat ekspresinya seperti itu, aku membalasnya dengan senyuman tipis lalu menjutkan hukumanku.

***

Setelah apel pagi selesai, kami masuk ke ruangan kelompok masing-masing, dan ternyata aku dan Marta dikelompok yang sama. Akhirnya kami duduk bersebelahan.

Rutinitas di ruang kelompok kami sama saja dengan ruang kelompok lainnya, "perkenalan", yah tentu saja perkenalan dimulai dari kakak-kakak panitia. Sementara panitia memperkenalkan diri masing-masing, aku lebih memilih melihat keluar jendela karena merasa sudah cukup dengan hanya mendendengarkan.

"Baik, yang terakhir saya. Maaf sebelumnya karena saya terlambat masuk."

Suara ini..

Spontan mataku yang tadinya memandang lagit di luar jendela, beralih langsung menuju sumber suara itu untuk memastikan dugaanku.

"Oke, langsung saja. Nama saya Raka Dewa Saputra, dan disini saya sebagai ketua koordinator kelompok kalian."

Itu dia, jadi namanya...
Raka Dewa Saputra

Lagu untuk BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang