Terhitung tiga hari pasca Sunghoon bertransmigrasi ke dalam tubuh seorang Ratu. Ini aneh, pasalnya ia berkaca jelas bahwa tubuh yang dimasukinya merupakan seorang lelaki tulen. Meski yah, ia akui paras orang ini nampak lebih menawan darinya—dan sedikit feminim. Tetapi bukankah panggilan itu tidak cocok untuknya? Terdengar kurang pantas bagi Sunghoon.
Namun sekeras apapun ia membantah, nyatanya kini Sunghoon tidak punya nyali untuk sekedar menatap mata seorang Raja yang ia ketahui adalah suaminya. Pria itu terlalu dominan, Sunghoon seperti dikuliti hidup-hidup saat mata sang Raja seakan memperhatikan setiap inci wajahnya.
Sunghoon sebetulnya tidak mengerti maksud Dewa yang sebenarnya. Entah ia berada di dunia fantasi atau bagaimana, karena secara logika, hal ini sangat tidak masuk akal. Ia juga sempat mempelajari era kerajaan jaman dahulu dari beberapa negara. Dan kerajaan ini adalah pengecualian.
Ketika pada akhirnya ia berusaha menerima keanehan semua ini, ada satu hal lain yang membuat Sunghoon kembali tidak habis pikir.
Ia mengandung seorang bayi.
Sunghoon sang laki-laki tulen mengandung bayi. Harus berapa kali ia merapalkan dua kata itu? Jika kita membicarakan hubungan sesama jenis, maka ia dengan mudah hati menerimanya, karena perihal tersebut di zamannya sudah sangat lazim. Beberapa temannya pun juga ada yang seperti itu. Tetapi untuk mengandung? Sialan, dari perspektif manapun tidak ada seorang laki-laki mana pun yang bisa melakukan hal itu!
Derap langkah kaki memasuki kamar utama Raja. Sang submisif yang tadinya melamun menjadi gugup saat pintu dibuka. Lee Heeseung datang kepadanya dengan wajah yang arogan.
“Persiapkan dirimu. Malam ini akan ada jamuan dari kerajaan barat.” setelah mengatakan hal itu Raja berbalik dengan dua tangan menyilang dibelakang.
Sunghoon melongo dibuatnya. Kemana perginya sikap manis yang laki-laki itu berikan tiga hari yang lalu? Bahkan ketika ia membuka mata di keesokan harinya, Heeseung hanya datang menengok sekali. Mereka pun bermalam di tempat berpisah. Malang nian nasib pemilik tubuh ini, sudah memiliki suami jahat, sedang mengandung pula.
Pintu kembali dibuka menampakan satu pemuda manis yang tampak gugup menghadapnya, ia menampilkan senyum kedua lesung menawan membuat Sunghoon sedikit terperangah. Seperti anak kucing.
“Salam saya kepada Permaisuri. Saya ditugaskan oleh Tuan Raja untuk menyiapkan anda setelah ini.”
Kening Sunghoon mengernyit tak mengerti, “Kau.. siapa?”
“Oh, maafkan saya!” tubuhnya membungkuk, “Saya Yang Jungwon, dayang yang bertugas untuk melayani anda. Sebelum ini saya pun telah bekerja menjadi dayang Permaisuri. Berita tentang anda membuat saya turut sedih. Tuan Raja benar-benar menjaga ketat kerajaan selama tiga hari kemarin.” dayang itu bercerita banyak
Itu benar, kecelakaan yang menimpa Sunghoon pada malam dimana ia bertransmigrasi telah menyebar luas hingga luar kerajaan. Bahkan beberapa kerajaan lain pun berbondong-bondong untuk membesuk Ratu kerajaan Wongrae ini. Sayangnya Heeseung melarang keras siapapun untuk masuk menemui Permaisurinya.
Topik yang jadi perbincangan hangat para rakyat adalah penyebab bagaimana Sunghoon berakhir disitu. Pasalnya, perairan air terjun dimana Sunghoon tenggelam merupakan area terlarang termasuk bagi anggota kerajaan. Pro dan kontra tentu semakin beradu. Para golongan tua menganggap Sunghoon telah lancang melewati batasan suci milik Dewa, sementara golongan muda justru lebih mengkhawatirkan kondisi Sunghoon. Sebuah rahasia umum jika Ratu dari Kerajaan Wongrae merupakan salah dari sekian Ratu yang sangat mencintai rakyatnya, bahkan tidak sungkan untuk berbaur langsung meski menyalahi aturan kerajaan. Terlebih, Sunghoon juga sedang mengandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearest, ethernal. [heehoon] | REVISI
FanfictionSunghoon itu apatis, apalagi jika dikaitkan dengan supranatural. Baginya hal itu ga masuk akal dan cuma dilebih-lebihkan, atau bahkan khayalan orang-orang. Sampai pada suatu malam, ketika ia yang entah bagaimana caranya nyaris tenggelam dalam perair...