0.3 Berangkat

32 4 0
                                    

Don't forget to vote and comment. Thank you<3

Happy reading~

***

Di kediaman Fathaniel, semua anggota keluarga tampak sibuk menggeret koper dari lantai atas.

Ini adalah bawaan terakhir yang akan diangkut ke lapangan kompleks. Beberapa tas dan cemilan tadi sudah diangkut terlebih dahulu.

"Axel, kamu anterin dulu ini koper sama Papa ke lapangan. Mama mau nemenin Chika nungguin Tante Umji jemput."

Axel mengangguk mematuhi perintah Mamanya. Ia pun berjalan sembari membawa sebuah koper milik mamanya --yang katanya berisi peralatan make up-- dan sebuah ransel miliknya.

Sedangkan Vendra melangkah lebih dulu sembari membawa sebuah ransel miliknya, dan sebuah paper bag berisi cemilan. Katanya yang tadi masih kurang.

Di ruang tamu, Rika duduk menemani putri bungsunya sembari dijemput sang adik, tante dari Axel dan Chika. Anak bungsunya itu memang tidak mau diajak untuk pergi liburan bersama warga kompleks yang lain. Ia lebih memilih untuk menginap di rumah tantenya yang katanya lebih menyenangkan karena ia bisa membaca buku dan bermain sepuasnya di sana.

Di kediaman Tylander, tak jauh berbeda dengan suasana di kediaman Fathaniel. Tapi di sini sepertinya lebih rusuh. Sebab sejak selesai sholat Isya tadi, Naldy dan Viesca tak henti-hentinya bertengkar mempermasalahkan hal yang sepele sekali pun. Mulai dari bertengkar adu mulut, sampai adu jotos.

"Lo jagain rumah tuh yang bener. Jangan keluyuran mulu sama cowok lo."

"Iya anjir! Bacot bener lo, bocah."

Usai pertengkaran yang ditutup dengan toyoran dari Viesca di kepala Naldy, kedua kakak-beradik itu pada akhirnya tetap bersalaman layaknya kakak-adik akur pada umumnya. Lalu berpelukan seakan-akan Naldy tidak akan kembali lagi dari perantauan. Lebay memang.

Viesca memang menolak untuk ikut karena akan ada acara di kampusnya malam ini sampai tiga hari ke depan. Kalaupun tidak ada acara, ia juga enggan sih untuk ikut tour bersama bapak-ibu kompleks.

"Mami, Papi, sama adek pergi dulu ya kak. Nanti kalau ada apa-apa hubungin Mami ya. Tapi kalau masalah uang, hubungin Papi aja." Ujar Dinda disertai tawa. Dirga yang tadi merangkulnya pun ikut tertawa gemas dibuatnya.

Dirga, Dinda, dan Naldy pun beranjak menuju lapangan sambil membawa barang-barang bawaan mereka.

Lain suasana di kediaman Fathaniel dan Tylander, lain pula suasana di kediaman Alfareez sebelum berangkat liburan malam ini.

Sejak selesai mandi sore tadi, ada saja yang diperdebatkan oleh Vando dan Babanya, Farel. Mungkin sejak Vando lahir, ia lebih sering bertengkar dengan Babanya dibanding dengan adik-adiknya.

Lagi pula, Farel ini sudah tua bukannya ngalah sama anak, malah diajak gelud:)

"Gak mau tau, pokoknya nanti Vando duduk bareng Buna." Tegas Vando menggandeng lengan Farah.

"Enak aja lo kuda! Gue yang nikahin Buna lo malah lo yang mau duduk bareng." Bantah Farel tak terima.

Definisi dari ngelahirin saingan sendiri ini mah.

"Buna kok mau sih nikah sama kadal kek dia, Bun?"

"HEH! KURANG AJAR YA LO CICAK MONYONG! Kalo Buna gak nikah sama gue lo juga gak ada di dunia ini kali."

"Beneran anak bapak kandung ini mah, gak perlu tes DNA lagi." Gumam Farah memijit pelipisnya yang mulai pusing.

"Ya, mana tau Buna nikah sama Zayn Malik kan? Terus aku jadi anak Zayn Malik. Pasti keren!"

KOMPLEKS KELUARGA BAHAGIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang