Enemy or Lover?

1

Draco sedang dalam perjalanan menuju asramanya sendirian. Dengan langkah tertatih ia menatap lurus koridor yang terlihat sangat panjang. Oh merlin, rasanya waktu berjalan sangat lamban hari ini, kapan ia akan tiba di asramanya.

Pemuda pirang itu memegangi kepalanya, ia merasa pusing dan lemas. Hanya satu keinginannya saat ini, pergi ke asrama dan merebahkan dirinya di kasur, lalu tertidur sampai waktu yang tidak ditentukan.

Dari kejauhan ia bisa mendengar suara yang familiar. Draco yang saat ini pandangannya menjadi sedikit blur menyipitkan mata, menatap ke sebrang koridor untuk melihat pemilik dari suara itu. Benar saja, Harry Potter, musuh bebuyutannya itu sedang berjalan kemari, dan tumben sekali kedua sahabatnya tidak bersamanya. Demi Salazar, mengapa di saat seperti ini dia harus berpapasan dengan si Potter itu.

Tentu saja demi menjaga imagenya, Draco segera membenarkan postur tubuh dan ekspresi wajahnya agar tampak seperti biasanya. Rasa nyeri membuat lelaki Slytherin itu harus mati-matian memasang wajah cool. Ia tidak mau jika Potter melihat sisi lemahnya, bisa-bisa ia diledek habis-habisan, dan membayangkannya saja sudah membuat Draco kesal sendiri.

Saat jarak mereka semakin dekat, Draco menghentikan langkahnya, menghalangi jalan si anak laki-laki yang bertahan hidup.

"Well well, lihat siapa ini, Harry Potter. Kemana perginya dua pengikutmu itu Potter? Sepertinya mereka sudah muak bersamamu?" Draco bodoh, bukannya menghindar, dia malah mengajak ribut lelaki di depannya itu yang kini menatapnya tajam dengan tatapan tidak suka. Draco mulai menyesali perbuatannya, ia mengutuk kebiasaannya untuk meledek Harry setiap kali mereka bertemu.

"Apa maumu, Malfoy? Dan juga, Ron dan Hermione itu bukan pengikutku!" Dengan suara yang tegas, Harry memasang sikap waspada. Draco bisa melihat manik hijau Harry yang masih menatapnya penuh kebencian.

"Kalau begitu pelayanmu?" Draco berusaha berekspresi senatural mungkin. Rasa nyerinya masih tak kunjung hilang, malah kepalanya terasa semakin berdenyut.

Dengan tiba-tiba dan penuh amarah, Harry menarik kerah kemeja Draco dengan kasar, membuat Draco melebarkan matanya terkejut. Dan oh, sejak kapan si Potter ini menjadi lebih tinggi darinya? Tidak ada dalam sejarah bahwa ia lebih pendek dari lelaki Gryffindor itu. Tapi itulah yang sedang terjadi.

"Aku sedang tidak dalam mood yang bagus untuk meladenimu, Malfoy."

Draco baru menyadari, bahwa sepertinya Harry memang lagi dalam emosi yang buruk. Draco memutuskan untuk mengalihkan pandangan, menatap ke arah lantai. Bukan ia merasa takut dengan sikap intimidasi Harry, yah walau sebenarnya ia merasa sedikit takut, tapi kepalanya sudah tidak bisa diajak kerja sama. Demi apapun, Draco sungguh berharap ini cepat selesai dan dia bisa segera pergi tidur di kasurnya.

Harry yang menyadari Draco sedikit berbeda mengernyitkan alis dan mengangkat satu alisnya, kemudian melepaskan kerah baju Draco dengan kasar. Lelaki pirang itu terhuyung, sedikit kehilangan keseimbangannya dan hampir saja terjatuh.

"Tidak bisakah kau melepaskanku dengan lebih lembut, Potter?" Draco mengerang, merasa kesal dengan perlakuan Harry yang membuatnya semakin pusing.

Harry menatap tajam, sebelum akhirnya menjawab, "Maafkan aku, ferret kecil." Dengan nada sarkas Harry sukses membuat wajah Draco seketika memerah mendengar ledekkannya. Demi Salazar, sungguh menyebalkan! Kalau Draco dalam kondisi yang sehat sepertinya sudah terjadi kekacauan. Tapi kali ini Draco hanya diam sambil mengerutkan alisnya ke arah Harry, ia sudah sangat ingin pergi dari sana.

Harry sendiri menatap Draco dengan sedikit bingung, biasanya Draco akan lebih mereog lagi, tapi tampaknya musuh bebuyutannya itu lebih tenang saat ini. Tapi Harry tidak peduli, ia memutuskan cabut karena ada hal yang lebih penting untuk diurus, meninggalkan Draco yang berdiri tampak menghela napas lega. Tanpa ba bi bu lagi, Draco segera melanjutkan perjalanannya menuju asrama Slytherin.