Warning : Don't Plagiat, Don't Forget for vote and comment. Tiati, perlu kemampuan khusus untuk membaca!
.(Sorry for typo's)
.*Cerita ga jelas, katanya orang😔
.Enjoy and Happy Reading
.
_
“Papa, Ecan mamau anya oyeh?” Ecan bertanya dengan tangan kanan yang menyuapkan potongan apel pada sang adik.
“Tanya apa sayang?” Joni mengalihkan matanya sejenak pada laptop yang sedang membantu komunikasi antara dirinya dengan rekan kerja yang sedang rapat.
“Eum, Ecan boyeh minta uwang nang melah-melah?” tanyanya, masih dengan menyuapi Lele potongan apel.
“Adik Lele mam nang banak ya, anti bial cepat becal, kalau becal gendong Aa' Ecan ya.” Ecan mengusak rambut sang adik, dan Lele tersenyum lebar menyetujui perkataan sang kakak kembarnya, “Ote! Cuap cuap Lele agi A'! Anti kayau becal Lele gendong Aa' yama-yama ya, campe mutel-mutel cepelti Papa gendong kita, otee A'!”
“Ih gemes banget sih anak Papa!” Joni mengabaikan panggilan pada meeting yang sedang ia gelar, untung dia bosnya.
“Papa, boyeh idaakk ihh?” Ecan bertanya lagi, kali ini bibirnya maju dua senti, pertanda kesal pada sang Papa.
“Iyaa, uang merahnya buat apa Ecan sayang?” Joni kali ini benar-benar seratus persen abai pada meeting membosankan yang sedang berjalan.
Sebenarnya, dia malas menanggapi meeting tak penting yang membahas tentang perekrutan sekretaris baru, Joni bukan orang yang tak disiplin dan bertanggung jawab, namun kali ini dia benar-benar tidak berminat menerapkan prinsip etikanya.
“Mawu beyii pedaaa, cepeda yang bica jayan itu Papa, anti yang kaki Ecan tu tayak aik ulun begitu, telus cepedana bica jayann ndunnnn begitu.”
“Eum? Ecan mau sepeda?” Joni menutup pelan laptopnya, meninggalkan total meeting tak berfaedah menurutnya itu.
“Eum, mamau cepeda! Anti Ecan mau ndunnn begitu papa!” Ecan mengepalkan kedua tangannya, ia bergerak seolah-olah menyetir sepeda kecil.
“Lele juga mau!” Lele menyahut, Ecan menoleh pelan, “Iya! Mamau duwa Pa! Bial main belcama-cama, uang melah papa banak pasti tukup kayau beli dua.” Ecan menyodorkan sepuluh jarinya.
“Okey, cium Papa dulu, nanti Papa belikan sepeda.” Joni tersenyum kala keduanya berbondong-bondong mendatanginya dan menciumi wajahnya.
“Cepatt beyiii papa!” Lele berteriak nyaring, membuat Joni memundurkan sedikit kepalanya, kaget.
“Iyaa, Papa call Daddy Jae dulu sebentar ya sayang.” Joni beranjak menuju meja yang lumayan dekat darinya.
“Aaaa, yes! Anti kita mayin cepeda ya Le, kita tablak-tablak kaki papa.” Ecan berceletuk kecil, namun masih mampu terdengar oleh Indra pendengar Joni, seketika Papa muda itu tersenyum suram.
“Iyaa A'! Anti Lele tablak meja kelja kantol Papa kayau Papa nakang!”
“Iya! Biyal Papa yidak bica nakal-nakal!” keduanya tertawa bersama, merasa puas dengan pemikiran mereka.
Joni tergugu sejenak, lantas mengambil random foto keduanya, ‘manis sekali bayi setan Papa.’ batinnya.
“Papa mau belikan sepeda, tapi Ecan dan Lele mau janji sesuatu?” Joni bertanya setelah mengirimkan pesan pada Jaehyun yang tidak mengangkat telepon darinya.“Ada calatna?” Ecan bertanya.
“Kok ada talatna? Lele idak mau calat janji yang cucah-cucah ya Papa!” Lele protes keras, membuat Joni tersenyum kecil.
“Tidak susah, hanya, kalau sepedanya sudah ada, nanti jangan lupa waktu kalau main, bisa?” keduanya mengangguk setelah beberapa saat diam.
“Kayau Ecan dan Lele yupa, Papa ingatkan caja ya, api jangan malah-malah bentak-bentak kiya.” Ecan bergumam lirih dengan senyum lebar.
Joni mengangguk, tentu saja ia akan berperilaku sewajarnya dalam mendidik kedua putra manisnya, “Lalu tidak boleh nakal,” lanjutnya.
“Jangan merusak barang dengan sengaja, barang itu belinya pakai uang, uang susah dicari, jadi barangnya di jaga, bukan untuk dirusak.”
“Kayau yidak cengaja?” Lele menyahut, dan Joni mengelus pelan surai Lele, “Kalau tidak sengaja tidak apa-apa.”
“Lalu, tidak boleh tabrak kaki Papa, sakit, kalau Papa sakit tidak bisa kerja, nanti kita tidak bisa mam,”
“NO!!” Ecan memekik dramatis.
“Iyaa kan, jangan sampai ya. Nanti kalau sakit, Papa juga tidak bisa menjaga kalian, tidak bisa belikan mainan juga.” ucap Joni mengakhiri nasihatnya.
“YIDAK MAU! PAPA DANANG AKITT!” Ecan memeluk Joni, begitupun Lele yang turut memeluk sang Papa.
“Iyaa, kalau Ecan dan Lele tidak nakal, Papa tidak akan sakit.”
“Iya! Kami idak nakal!” Lele berucap sembari menatap kembarannya, seolah-olah bertanya apakah perkataannya benar.
Ecan mengangguk, “Iya! Kami yidak nakal, kami nakal cedikit caja Papa! Benal-benal cedikitt, biall celuu.”
Lele membentuk sipitan kecil mengunakan jari telunjuk dan jempolnya, mengikuti Ecan yang sudah terlebih dahulu membentuk dengan jarak yang tidak sedikit.
“Iyaa deh, tidak apa-apa, selama tidak kelewat batas Papa akan maafkan.” Joni memeluk keduanya.
“Yes! Maacih Papa! Maacih untuk cepeda balu dan nakal cedikitnya!”
To be continued
.Mang ada yang nunggu cerita ga jelas ini? ಥ‿ಥ
.Komentar ysng banyaakk bangett ya teman-teman sayangku!
.Jangan lupa baca bonchap Cemara Punya Asa dan chapter terbaru di How He Died, ya.
Terimakasih yang sudah mengikuti semua buku El, I love u so much!
.Anw, kalian boleh req moment Ecan w/ friend, mau Ecan sama Avin, atau Ecan-Nono, Ecan-Lele, dll. Siapa tau ada ysng mau, bisa drop disini ya!
.
Dah,
See u on next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayiik [Haechan ft NCT Dream]
RandomJust, buat ngisi kegabutan, sambil nunggu cerita lain update. Warning!!!!!!! Perlu kemampuan khusus untuk membaca buku ini. Random story', tidak mengandung unsur bl.