"Halo nona kecil! Apakah kamu memiliki tiket masuk ke lullabyland ?" Tanya Tuan Kelinci sambil memberikan permen apel yang dilapisi gula keemasan.
"Eh tiket?! Eee... Tapi aku ngga punya tiket! Dan juga tidak membawa uang! Ah, gimana ini!" Jawabku panik sambil merogoh saku celana tidurku.
"Eh? Maksud Tuan Kelinci tiket emas yang dikasih Tuan Pesulap ini? Tuan Kelinci temannya Tuan Pesulap ya?!" Tanyaku dengan mata berbinar.
"Benar nona kecil! Silahkan berikan tiket emas itu kepada Tuan Kelinci. Ini nona kecil permen apelnya!" Kata Tuan Kelinci sambil menukar tiket emas yang kubawa dengan permen apel.
Tiket emas itu disobek menjadi dua, lalu dilempar ke langit oleh Tuan Kelinci. Seketika tiket itu meledak dan berubah menjadi kunang-kunang berwarna-warni. Kunang-kunang itu terbang mendekat ke arahku, lalu memutari ku, menaburkan serbuk perak yang membuatku bersin.
Setelah selesai bermain-main denganku, kunang-kunang itu terbang menuju wahana taman hiburan satu persatu. Setiap kunang-kunang itu menyentuh wahana taman hiburan, wahana itu akan mulai bergerak. Taman hiburan itu menjadi hidup, dan musik khas yang sering kudengar saat menonton sirkus mulai terdengar.
"Kemari nona kecil! Ayo kita bermain seharian!" Ajak Tuan Kelinci.
Ayoo!" Jawabku bersemangat.
Aku berjalan masuk ke taman hiburan ditemani Tuan Kelinci yang menggandeng tangan kiriku. Tangan kananku sibuk memakan permen apel pemberian Tuan Kelinci yang sangat menggiurkan. Didalam taman hiburan itu terdapat berbagai tenda penjual yang menyajikan snack dan minuman yang sering dijual di taman hiburan pada umumnya. Tetapi tidak ada penjual yang menjaga tenda itu, bahkan semakin dalam aku berjalan, aku tidak menemukan satu orang pun didalam taman hiburan itu.
"Nona kecil mau naik wahana apa?" Tanya Tuan Kelinci.
"Aku ingin naik rollercoaster! Aku kan sudah besar! Tapi Mama masih ngga bolehin aku naik rollercoaster..." Kataku dengan nada sedih. "Ehhm, jadi... Ayo kita naik rollercoaster Tuan Kelinci!"
"Baik nona kecil. Ayo kita naik!" Jawab Tuan Kelinci yang langsung membuatku tersenyum senang.
Tuan kelinci langsung menggandeng tanganku menuju wahana rollercoaster. Sesampainya di depan wahana, aku langsung membuang permen apel ku yang tersisa sedikit.
Saat menaiki rollercoaster, aku sama sekali tidak merasa takut. Wahana itu berjalan dengan ritme yang sama saat melewati rel yang naik atau menurun. Tuan kelinci berkata bahwa wahana ini tidak akan berhenti jika aku tidak memintanya, jadi aku bisa menaiki rollercoaster sampai Aku puas.
Setelah itu aku menaiki beberapa wahana lainnya yang juga tidak pernah diperbolehkan oleh Mama. Selain itu aku juga mencoba semua makanan dan minuman di setiap tenda kuliner.
"Sudah puas bermainnya? Bagaimana kalau kita naik bianglala?" Ajak Tuan Kelinci sambil menunjuk sebuah bianglala besar bercat putih yang dihiasi lampu kecil keemasan. Letak bianglala itu cukup jauh dari taman hiburan.
"Mauu! Aku suka naik bianglala!" Jawabku dengan cepat.
Kami berjalan menuju pintu keluar yang letaknya berada dibelakang taman hiburan. Setelah itu kami berjalan melewati padang rumput yang cukup luas, lalu menaiki bukit kecil tempat bianglala itu berada.
Saat kami sampai, bianglala itu berhenti berputar lalu pintu terbuka. Aku duduk berhadapan dengan Tuan Kelinci. Setelah berputar dua kali, bianglala itu berhenti dimana posisi kami berada di paling atas.
"Nona kecil, apakah kamu mau hadiah dari Tuan Kelinci?"
"Wuahh hadiah?! Mauu! Aku suka hadiah!" Jawabku senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magician's Secret (END)
Fantasy{TELAH TERBIT} Wixx City merupakan kota kecil pinggiran yang memiliki seorang pesulap terkenal. Menurut legenda yang beredar, keluarga dari pesulap Wixx lah yang telah menyelamatkan kota mereka dari kehancuran. Tetapi warga kota Wixx tidak mengetahu...