Nala kecil duduk kebingungan di bangku ruangan putih dengan tulisan ICU, orang orang dewasa di sini sibuk mondar mandir di hadapannya. Nala tidak tau apa yang terjadi sebenarnya, yang ia lihat hanya perawat yg sibuk berlarian dan Papa yang bertengkar dengan pria yang menggunakan jas putih di depan pintu.
"KENAPA LAMBAN SEKALI PENANGANANNYA?!" Mario, pria yang sudah menginjak kepala tiga itu berteriak, wajahnya merah karna menahan emosi sejak dua jam yang lalu.
"Pak, tenang dulu. Saya dan para perawat di sini hanya menjalankan prosedur rumah sakit ini," pria bername tag dr.Ari tersebut mencoba menenangkan. "Saya akan lakukan yang terbaik pak, tolong kerja ." dr.Ari berlalu pergi meninggalkan Mario.
"PROSEDUR SAMPAH!" teriak nya lagi kali ini dengan lemparan topi yang ia pakai sebelumnya.
Mario terlihat berantakan, dia terduduk di lantai, tangannya meremas rambutnya kuat dan air matanya kini jatuh. Mario mengutuk dirinya, harusnya dia tidak membiarkan Sarah, istrinya pergi menggunakan sepeda motor sendiri. Harusnya dia ikut, harusnya dia tidak menolak ajakan Sarah.
Nala kecil takut melihat Papanya seperti itu, ini kali pertama Nala melihat Mario seberantakan itu. Perlahan dia turun dari kursi melangkahkan kaki kecilnya di depan ruangan putih menyeramkan itu. Nala mencoba mengintip dengan sedikit jinjit.
Dia melihat semuanya, orang orang di dalam sana mengelilingi perempuan yang dia panggil Mama. Dia juga melihat darah yang ada di tubuh Sarah, mereka dokter dan perawat memasangi selang yang Nala tidak tau itu untuk apa, yang pasti semua selang itu di pasangkan ke tubuh Mamanya.
Cukup lama, sampai tiba tiba dokter menggambil benda yang di letakkan di dada Sarah."Papa... Mama kok di setrum?" Tanya Nala, tangisannya mulai terdengar. "Bilang sama mereka jangan setrum mama Lala." Tangis Nala makin menjadi, ia takut sang Mama akan terluka akibat benda itu.
Mario langsung berdiri, dia ikut melihat di balik pintu apa yang terjadi di dalam. Alat pacu jantung.
Tidak ada yang bisa memeluk Nala, karna di sini hanya ada Mario dan Nala. Keluarga lain masih dalam perjalanan, rumah jauh dari sini bahkan sangat jauh.
'tuhan, aku percaya padamu. Kau maha baik, tolong istriku, dia sedang berjuang di dalam sana'
☔💧🌧️
Papan bunga berjejer di sepanjang jalan, semua bertuliskan Selamat Jalan Sarah. Di rumah juga sudah banyak orang orang berpakaian hitam, pendeta juga ada mereka semua mendoakan Sarah.Sarah terlihat cantik menggunakan kebaya pink kesukaannya serta wajahnya yang sudah di polesi make up. Dia tenang, wajahnya tersenyum meskipun seluruh tubuhnya sudah kaku di dalam peti.
Mario terduduk lemas di sebelah anak anaknya, Baskara dan Nala. Ketiganya saling menguatkan, beberapa kali tangisan Nala terdengar pilu membuat orang orang di sana menatapnya iba.
Usai doa, peti Sarah di bawa ke pemakaman umum. Di sana, doa kembali di ucapkan untuk Sarah agar ia tenang di sana. Petinya di masukkan ke dalam lubang yang sebelumnya sudah di gali, tanah perlahan di masukkan untuk menutup peti Sarah.
Baskara si sulung terlihat tegar, anak berusia 8 tahun itu duduk di samping Mario. Tangan kecilnya memeluk tubuh Mario, menyalurkan kehangatan disana.
"AAAA JANGAN!!" Nala kecil berteriak kencang, ia mencoba mendekat ke lubang makam Sarah. Neneknya sigap menangkap sembari memeluk Nala, tubuh kecilnya meronta ronta minta di lepaskan. Mario makin lemas melihat putrinya histeris, ia dan Baskara kembali menangis pilu.
"Jangan om, mama Lalaaa," lagi Nala mencoba menghampiri Mamanya. "Jangan tutup Mama Lalaa pake tanah, jangannn. Mama Lalaaa, huaaa."
Semuanya menangis, mereka ikut terluka melihat anak sekecil Nala histeris seperti itu. Tubuh Nala kian melemas di pelukan neneknya lantaran menangis sedari tadi.
Peti Sarah sudah tertutup sepenuhnya, bunga juga sudah di taburi di atasnya. Nala kecil duduk, tangannya memegang makam Mamanya. Wajahnya sembab, perlahan dia memeluk gundukan tanah itu."Mama janji ga akan tinggalin Lala, kenapa mama ingkar janji?" Lagi, ucapan Nala membuat semua orang kembali menangis.
Langit yang tadinya cerah tiba tiba mendung, rintik gerimis perlahan jatuh membasahi tanah seakan ikut merasakan kesedihan Nala dan orang orang yang ada di sini. Semua orang perlahan beranjak meninggalkan Sarah sendirian di sini.
Gimana guys cerita ke dua aku kali ini? Komen ya, Vote juga biar aku makin semangat nulisnyaa💗
See you di chapter selanjutnya🫶
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me In The Pouring Rain
General FictionAku benci hujan dan cerita yang ada di dalamnya