"Anjing, mesum! "
Rony menendang kaki lelaki itu, cepat. "Berisik anjing! " umpatnya.
Salma malu setengah mati, ia menyembunyikan wajahnya didada Rony sambil meremas baju Rony dibagian dadanya.
Zara membuka mata, didepannya langsung tersuguh Salma yang ada dipangkuan Rony. Semakin jelas, hatinya berdenyut. Entah rasa apa, yang jelas iri? Mungkin.
"Tau situasi lah, Ron. " decak Paul.
"Apasih." elaknya.
"Lo kalo mau mesum jangan didepan jomblo dong, tai lu! "
"Lo ngapain bangun coba. " ketusnya.
"Lah si tai kalo gue gak bangun bisa-bisa lebih-lebih dari yang gue liat barusan. "
"Gak waras! " ketus Rony.
"Lo yang gak waras, mesum gak tau tempat. "
"Siapa yang mesum anjing. "
"Terus cipokan bukan mesum maksud lo? "
Repleks Rony menendang kaki Paul lagi, geram. "Mulut lo bisa gak difilter dulu kalo mau ngomong?! "
Paul menutup mulutnya, celingukan kekiri dan kekanan untung kereta ini tidak full menumpang. Meski begitu penumpangnya nyaris bule semua jadi aman lah, mereka tidak akan mengerti percakapan antara dirinya dan Rony.
Salma meremas baju Rony, "Mas, malu..." cicitnya masih membenamkan wajah.
"Wajar lah, Powl. Mereka udah nikah. Ciuman disini juga dianggap lumrah. Kasian pada malu tuh mereka. " Zara melerai.
Paul menendang kaki Rony, "Sialan, bikin iri aja lo. " lanjutnya, "Salma, lo gak mau turun gitu? Enak banget ya nemplok-nemplok disitu. "
Rony menendang kaki Paul lagi, "Bacot."
Paul tertawa, "Muka lo merah, Ron. " kelakarnya.
Rony menatap lelaki itu datar, tak dipungkiri ia pun malu setengah mati.
"Mas..." cicit Salma lagi, "Merem lo berdua. " titah Rony tegas."Mau apalagi sih, Ron? Mau tium-tium lagi? " goda Paul.
Rony menendang kakinya lagi, entah sudah berapa kali ia menendang kaki si bule kampung itu. Begitu ejekan Salma pada Paul.
"Merem atau gue tendang dari sini. " ancamnya sambil menatap Paul tajam.
Paul terkikik, "Takuttt..." ejeknya.
Rony semakin menatapnya tajam, Zara menyenggol lengan Paul. "Merem, Powl. " titahnya.
Zara dan Paul kompak memejamkan mata dengan ditutup telapak tangan, "Kalian jangan buka mata sebelum dapet intruksi dari gue. "
"Ck, ah. Iya bawel lu, Ron. " desah Paul, malas.
Rony mengusap lengan Salma yang masih mencengkram kaos putihnya dibagian dada, "Caaa..." bisiknya.
Salma menjauhkan wajahnya, pipinya merah sekali. Rony tersenyum tipis. Ia juga mengusap bibir Salma yang sedikit memerah dengan ibujarinya.
Rony mengangkat tubuh Salma, membenarkan posisinya. Salma mencengkram bahu Rony beranjak menegakkan tubuh, ia turun berpindah duduk disamping lelakinya.
"Udah? " bisik Rony, Salma merapatkan tubuhnya lagi lalu mengangguk.
"Kalian boleh buka mata. " intruksi Rony.
Paul meledek lagi, "Loh, kok pindah, Sal? " godanya.
Kali ini Salma yang menendang kaki Paul, "Sialan." umpatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Switzerland (END)
Teen Fiction#Karya 4 [Romance Funfiction] Sequel You're SPECIAL ●○●○●○●○ Switzerland is a dream country bagi seorang gadis untuk melanjutkan pendidikannya disana, namun orang tuanya melarang jika ia hanya pergi seorang diri. Jalan pintasnya adalah ia dinikahkan...