9. Bermesraan

17 6 2
                                        

Berapa minggu kemudian, William dan Dustin berduaan. "Astaga, tuan Watler Scummber. Apakah aku mengganggu?" tanya William sambil mendekat. "Tidak, William Simanjuntak. Rasanya aku ingin tidur" jawab Watler sambil merasa lunglai. "Baiklah, tuan Watler. Bagaimana jika aku temani?" tanya William sambil berbisik. "Tidak, William Scummber. Sepertinya kau sibuk" jawab Watler sambil menolak halus. "Tidak, tuan Watler Scummber. Biarkan aku menemanimu" kata William sambil memeluk. Seketika itu juga, Watler pasrah.

Sementara itu di atas gazebo, Denny melihat William pergi. "Astaga, uncle Watler Scummber. Apakah aku mengganggu?" tanya William sambil mendekat. "Tidak, William Simanjuntak. Rasanya aku ingin tidur" jawab Watler sambil merasa lunglai. "Baiklah, uncle Watler. Bagaimana jika aku temani?" tanya William sambil berbisik. "Tidak, William Simanjuntak. Sepertinya kau sibuk" jawab Watler sambil menolak halus. "Tidak, uncle Watler Scummber. Biarkan aku menemanimu" kata William sambil memeluk. Seketika itu juga, Denny sedih.

Sementara itu sebuah kedai, Victoria dan TJ sedang berbicara. "Baiklah, mama tersayang. Rasanya aku puas" kata TJ. "Baiklah, TJ anakku sayang. Rasanya aku ikut puas" kata Victoria sambil tersenyum. "Benar sekali, mama tersayang. Opa Denny bisa bebas dari kakak William" kata TJ sambil makan. "Baiklah,TJ anakku sayang. Apakah kau sudah selesai?" tanya Victoria sambil tersenyum. "Tidak, mama tersayang. Rasanya aku masih lapar" jawab TJ sambil menggeleng kepalanya. Seketika itu juga, mereka berdiam diri sebentar saja.

Sementara itu di dalam rumah, William sedang tersenyum lebar. "Baik, tuan Watler Scummber. Sekarang aku akan membuat diri kita bersatu" kata William. "Astaga, William Simanjuntak. Darimana kau memiliki tali itu?" tanya Watler sambil terkejut. "Tenang saja, tuan Watler. Tunggulah beberapa saat" jawab William sambil tersenyum lebar. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau lakukan?" tanya Watler sambil terkejut. "Tenang, tuan Watler Scummber. Sekarang aku melepas seluruh celana milikmu" jawab William sambil tersenyum merangkak. Seketika itu juga, Watler mulai merasa kepalanya sedikit pusing.

Sementara itu di ruang tengah, Alexander sedang menyapu. "Hai, Edward. Apakah kau ingin kopi?" tanya Alexander. "Baiklah, Alexander Radjah. Aku tidak keberatan" jawab Edward. "Baiklah, Edward. Aku akan membuatkan" kata Alexander. "Hai, Alexander. Apakah yang TJ sedang bersama teman-temannya?" tanya Edward sambil merokok. "Bukan, Edward Simanjuntak. Victoria dan TJ sedang berbelanja" jawab Alexander. "Baiklah, Alexander. Sekarang dimana Brandy dan Wishky?" tanya Edward sambil merokok. "Tenang, Edward Simanjuntak. Mereka sedang dalam kamarku" jawab Alexander sekali lagi. Seketika itu juga, mereka diam.

Sementara itu di sebuah kedai, Victoria dan TJ sedang berbicara.
"Baiklah,mama tersayang. Sekarang saatnya kita pulang" kata TJ sambil tersenyum lebar. "Baiklah,TJ anakku sayang. Sekarang sudah saatnya pulang" kata Victoria sambil tersenyum. "Baiklah, mama tersayang. Sepertinya tuan Watler sedang bersama kakak William" kata TJ. "Tentu saja, anakku TJ. Sepertinya tuan Watler bersama kakak William" kata Victoria sambil berdiri membelakangi TJ. Seketika itu juga, mereka berdua terdiam sambil terus berjalan.

Sementara itu di dalam rumah, William sedang tersenyum lebar. "Baik, tuan Watler Scummber. Sekarang aku akan membuat diri kita bersatu" kata William. "Astaga, William Simanjuntak. Darimana kau memiliki tali itu?" tanya Watler sambil terkejut. "Tenang saja, tuan Watler. Tunggulah beberapa saat" jawab William sambil tersenyum lebar. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau lakukan?" tanya Watler sambil terkejut. "Tenang, tuan Watler Scummber. Sekarang aku melepas seluruh celana milikmu" jawab William sambil tersenyum merangkak. Seketika itu juga, Watler mulai merasa kepalanya sedikit pusing.

Sementara itu di ruang tengah, Alexander sedang menyapu. "Hai, Edward. Apakah kau ingin kopi?" tanya Alexander. "Baiklah, Alexander Radjah. Aku tidak keberatan" jawab Edward. "Baiklah, Edward. Aku akan membuatkan" kata Alexander. "Hai, Alexander. Apakah yang TJ sedang bersama teman-temannya?" tanya Edward sambil merokok. "Bukan, Edward Simanjuntak. Victoria dan TJ sedang berbelanja" jawab Alexander. "Baiklah, Alexander. Sekarang dimana Brandy dan Wishky?" tanya Edward sambil merokok. "Tenang, Edward Simanjuntak. Mereka sedang dalam kamarku" jawab Alexander sekali lagi. Seketika itu juga, mereka diam.

Sementara itu di rumahnya, William dan Watler berduaan. "Astaga, uncle Watler Scummber. Apakah yang kau rasakan?" tanya William sambil tersenyum. "Entahlah, William Simanjuntak. Aku tidak bisa berkata apa-apa" jawab Wilson sambil memeluk. "Astaga, uncle Watler Scummber. Apakah yang kau rasakan?" tanya William sambil terkejut. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku rindu pada Jennifer" jawab Watler sambil tersenyum lebar. "Baiklah, uncle Watler. Sebaiknya kita bercinta" jawab William sambil merayu. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku serahkan tubuhku" kata Watler sambil mendesah. Seketika itu juga, Watler pasrah.

Sementara itu di sebuah kedai, Victoria sedang asyik bercerita. "Baiklah, TJ anakku sayang. Sekarang saatnya pulang" kata Victoria sambil tersenyum lebar. "Baiklah, mama tersayang. Sekarang saatnya pulang" kata TJ sambil tersenyum lebar. "Baiklah,TJ anakku sayang. Sekarang saatnya pulang" kata Victoria sambil menutup bagasi. "Baiklah, mama tersayang. Biarkan aku yang menyetir mobil" kata TJ sambil usul. Seketika itu juga, mereka berdua segera pulang ke rumahnya.

Sementara itu di ruang lainnya, Alexander sedang duduk sendiri. "Woof... Woof... Woof..." kata Chiko sambil terus menyalak. "Astaga, Chiko. Apakah yang kau lakukan?" tanya Alexander. "Woof... Woof... Woof..." jawab Chiko sambil terus menyalak. "Stop, Chiko. Jangan berisik!" kata Alexander sambil melarang. Seketika itu juga, Chiko pergi menjauh dari kusen pintu.

Sementara itu di sebuah kamar, Watler sedang banjir keringat. "Astaga, William Simanjuntak. Aku tidak tahan" kata Watler. "Tidak, uncle Watler Scummber. Nanti akan aku turuti" kata William sambil tersenyum lebar. "Astaga, William Simanjuntak. Apakah yang kau lakukan?" tanya Watler sambil mengerang. "Baik, uncle Watler Scummber. Saatnya aku keluarkan" jawab William sambil mengocok. "Astaga, William Simanjuntak. Apakah yang kau lakukan?" tanya Watler sambil menangis. "Baik, uncle Watler Scummber. Keluarkan saja spermamu" jawab William sambil tertawa. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku akan menuruti perintahmu" kata Watler sambil orgasme. Seketika itu juga, mereka tidur.

The Muscular GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang