Sementara itu di depan kamar,
Edward sedang asyik merokok. "Astaga, William Simanjuntak. Aku lelah sekali" kata Watler. "Tidak, uncle Watler Scummber. Nanti akan aku turuti" kata William sambil tersenyum lebar. "Astaga, William Simanjuntak. Apakah yang kau lakukan?" tanya Watler sambil mengerang. "Tidak, uncle Watler Scummber. Saatnya aku keluarkan" jawab William sambil mengocok. "Astaga, William Simanjuntak. Apakah yang kau lakukan?" tanya Watler sambil menangis. "Baik, uncle Watler Scummber. Keluarkan saja spermamu" jawab William sambil tertawa. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku akan menuruti perintahmu" kata Watler sambil orgasme. Seketika itu juga, Edward pergi.Sementara itu di sebuah kamar, Victoria sedang asyik bercerita. "Baiklah, anakku TJ sayang. Apakah yang kau lakukan?" tanya Victoria sambil mendekat. "Baiklah, mama tersayang. Sekarang saatnya kita lihat" jawab TJ sambil tersenyum. "Benar sekali, anakku TJ sayang. Kakakmu tidak berubah" jawab Victoria sambil merasa terkejut. "Baiklah, mama tersayang. Kakakku tidur bersama laki-laki" kata TJ sambil mulai mengantuk. "Entahlah, anakku TJ sayang. Apakah yang harus kita lakukan?" tanya Victoria resah. "Entahlah,mama tersayang. Kakakku sungguh meresahkan" jawab TJ sambil merasa gelisah. Seketika itu juga, mereka berdua segera pergi menuju kamarnya.
Sementara itu di ruang tengah, Alexander sedang menelpon. "Halo, Alexander Radjah. Apakah kau sedang tidur?" tanya Denny sambil merasa gelisah. "Tidak, Denny. Sekarang aku belum tidur" jawab Alexander. "Tolong, Alexander Radjah. Sekarang aku butuh bantuanmu" jawab Denny sambil gelisah. "Baiklah, Denny. Apakah yang terjadi?" tanya Alexander heran. "Baiklah, Alexander Radjah. Nanti aku akan bercerita" jawab Denny sambil merasa resah. "Baiklah, Alexander Radjah. Sekarang aku menjemputmu" kata Alexander sambil heran. Seketika itu juga, telpon ditutup.
Sementara itu di kamar lainnya, Jennifer sedang mendengarkan. "Astaga, William Simanjuntak. Aku lelah sekali" kata Watler. "Tidak, uncle Watler Scummber. Nanti akan aku turuti" kata William sambil tersenyum lebar. "Astaga, William Simanjuntak. Apakah yang kau lakukan?" tanya Watler sambil mengerang. "Tidak, uncle Watler Scummber. Saatnya aku keluarkan" jawab William sambil mengocok. "Astaga, William Simanjuntak. Apakah yang kau lakukan?" tanya Watler sambil menangis. "Baik, uncle Watler Scummber. Keluarkan saja spermamu" jawab William sambil tertawa. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku akan menuruti perintahmu" kata Watler sambil orgasme. Seketika itu juga, Jennifer takut.
Sementara itu dalam mobilnya, TJ sedang asyik menonton video. "Halo, Alexander Radjah. Apakah kau sedang tidur?" tanya Denny sambil merasa gelisah. "Tidak, Denny. Sekarang aku belum tidur" jawab Alexander. "Tolong, Alexander Radjah. Sekarang aku butuh bantuanmu" jawab Denny sambil gelisah. "Baiklah, Denny. Apakah yang terjadi?" tanya Alexander heran. "Baiklah, Alexander Radjah. Nanti aku akan bercerita" jawab Denny sambil merasa resah. "Baiklah, Alexander Radjah. Sekarang aku menjemputmu" kata Alexander sambil heran. Seketika itu juga, TJ pergi keluar.
Sementara itu di sebuah kamar, Jennifer sedang duduk sendirian. "Halo, Alexander Radjah. Apakah kau sedang tidur?" tanya Denny sambil merasa gelisah. "Tidak, Denny. Sekarang aku belum tidur" jawab Alexander. "Tolong, Alexander Radjah. Sekarang aku butuh bantuanmu" jawab Denny sambil gelisah. "Baiklah, Denny. Apakah yang terjadi?" tanya Alexander heran. "Baiklah, Alexander Radjah. Nanti aku akan bercerita" jawab Denny sambil merasa resah. "Baiklah, Alexander Radjah. Sekarang aku menjemputmu" kata Alexander sambil heran. Seketika itu juga, Jennifer keluar.
Sementara itu di ruang tengah, TJ sedang merasa terkejut. "Astaga, mama tersayang. Apakah yang sedang terjadi?" tanya TJ sambil terbelalak. "Baiklah, anakku TJ sayang. Sekarang bantu papa Alex" jawab Victoria sambil menangis. "Astaga, papa Alex Radjah. Apakah yang sedang terjadi?" tanya TJ sambil terbelalak. "Baiklah, anakku TJ sayang. Sekarang opa Denny bercerai" kata Victoria sambil terkejut. "Baiklah, mama tersayang. Kenapa opa Denny bercerai?" tanya TJ sambil terkejut. "Entahlah, anakku TJ sayang. Sekarang aku akan menjemput opa Denny" kata Alexander. "Tidak perlu, anakku TJ sayang. Siapkan kamar untuk opa Denny" kata Victoria sambil memohon sambil berbisik. Seketika itu juga, TJ patuh.
Sementara itu di depan kamar, Edward sedang asyik merokok. "Baiklah, Jennifer Burnette. Sebaiknya kau ikut bersamaku" kata Edward sambil merokok. "Baiklah, tuan Edward. Sebaiknya aku ikut denganmu" kata Jennifer sambil mengantuk. "Tenang saja, Jennifer Burnette. Tidak perlu takut denganku" kata Edward sambil merokok. "Baiklah, Jennifer Burnette. Sebaiknya kau berpakaian" jawab Edward sambil meminta. "Baik, tuan Edward Simanjuntak. Berbicaralah dengan jujur" kata Jennifer sambil mengantuk. Seketika itu juga, mereka berdua berbicara tentang sosok William.
Suatu pagi di kota Sidoarjo, Watler sedang tertidur pulas. "Bangunlah, uncle Watler. Saatnya untuk sarapan pagi" kata William sambil tersenyum dengan selebar-lebarnya. "Jangan, William Simanjuntak. Biarkan aku tidur sebentar lagi" kata Watler sambil menolak. "Bangunlah, uncle Watler. Sekarang aku membawa berita" kata William sambil mencium dengan sangat mesranya. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku akan mendengarnya" kata Alfaro sambil duduk di ranjang. "Tidak, uncle Watler Scummber. Aku membawa berita pekerjaan" kata William sambil tersenyum dengan selebar-lebarnya. "Baiklah, William Simanjuntak. Tolong bacakan berita tersebut" kata Watler sambil memulai sarapan paginya sendirian. Tidak lama kemudian, Watler tersedak karena berita William.
Sementara di ruang tengah, Denny bertemu dengan Edward. "Halo, Denny. Apakah kabarmu?" tanya Edward. "Tenang, Edward Simanjuntak. Aku sedang mencari William" jawab Denny sambil duduk. "Baiklah, Denny. Sekarang William sedang bersama Watler" jawab Edward sambil merokok. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Aku ingin dia memijat punggungku" kata Denny. "Baiklah, Denny. Sebaiknya aku saja yang memijatmu" kata Edward sambil tersenyum. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Apakah kau yakin?" tanya Denny sambil merasa heran. "Tenanglah saja, Denny. Sebaiknya aku saja yang memijatmu" kata Edward. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Terima kasih atas tawaranmu" kata Denny sambil tersenyum. Seketika itu juga, Edward mulai memijat seluruh tubuh Denny.
Sementara itu di lantai atas, Alexander sedang mendengar. "Halo, Denny. Apakah kabarmu?" tanya Edward. "Tenang, Edward Simanjuntak. Aku sedang mencari William" jawab Denny sambil duduk. "Baiklah, Denny. Sekarang William sedang bersama Watler" jawab Edward sambil merokok. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Aku ingin dia memijat punggungku" kata Denny. "Baiklah, Denny. Sebaiknya aku saja yang memijatmu" kata Edward sambil tersenyum. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Apakah kau yakin?" tanya Denny sambil merasa heran. "Tenanglah saja, Denny. Sebaiknya aku saja yang memijatmu" kata Edward. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Terima kasih atas tawaranmu" kata Denny sambil tersenyum. Seketika itu juga, Alexander pergi mencuci motornya.
Sementara itu di sebuah kedai, TJ dan Victoria sedang berada. "Baiklah, TJ. Akhirnya kau datang kemari" kata Victoria. "Tenang saja, mama tersayang. Aku tadi terkejut saat melihat papa Alex pulang" kata TJ. "Baiklah, TJ. Apakah kau ingin membeli sesuatu?" tanya Victoria sambil tersenyum. "Baiklah, mama tersayang. Rasanya aku ingin membeli kentang goreng" kata TJ. "Baiklah, TJ. Aku akan menuruti permintaanmu" kata Victoria. Seketika itu juga, mereka berdua makan siang bersama-sama.
Sementara itu di rumahnya, Watler sedang terkulai lemas. "Baik, uncle Watler Scummber. Aku senang sekali" kata William. "Baiklah, kakak William. Berbaring saja dekat diriku" kata Denny sambil tersenyum lebar. "Baik, uncle Watler Scummber. Aku akan menuruti permintaanmu" kata William sambil tersenyum dengan lebar. Seketika itu juga, William membelai dada bidang Watler.
Sementara itu di ruang tengah, Edward sedang asyik memijat. "Tunggu dulu, Denny. Ada yang tidak enak" kata Edward sambil memundurkan tubuhnya. "Baiklah, Edward. Apakah ada yang salah?" tanya Denny sambil menolehkan kepalanya ke arah wajahku. "Maaf, Denny. Aku tidak nyaman dengan baju yang kau pakai" jawab Edward sambil menatap wajah dan juga rambutnya yang memutih. "Tetapi, Edward. Apakah kamu tidak jadi memijat?" tanya Denny sambil tersenyum. "Tidak, Denny. Tolong lepaskan bajunya" jawab Edward sambil terus merokok dengan santainya. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Bukalah kemejaku ini" kata Denny sambil tersenyum. "Baiklah, Denny Dinga Dawa. Aku teringat akan masa lalu" kata Edward sambil berbisik. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Sekarang saatnya kau memijat punggungku lagi" kata Denny. Seketika itu juga, Edward mulai memijat punggung Denny lagi.
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
The Muscular Guy
FanfictionSebuah kisah cerita wattpad tentang pria matang dan penulis novel tunadaksa