Selalu Menjadi Nomor 2

14 0 0
                                    

Brak!
Brak!

Pagi-pagi sekali disuatu rumah sudah terdengar suara-suara gaduh akibat hilangnya barang berharga yang nilainya hingga miliyaran rupiah. Suara laci di buka dan tutup paksa, pintu lemari di tutup dengan kencang, bahkan suara meja yang seperti di banting dengan kencang.

Muak.

Selvina sontak bangun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar kamar. Pagi biasanya juga tidak segaduh ini, namun kenapa kali ini ia ingin menikmati liburan kuliahnya dengan tidur seharian tidak bisa karena suara gaduh yang menggelegar memenuhi se-isi rumah.

"Ada apaan sih ribut banget pagi-pagi?!" Teriak Selvina dari tangga.

Ke-dua orang tuanya hanya dapat menggaruk kepala mereka yang tak terasa gatal sama sekali, Selvina turun menghampiri asisten rumah tangganya.

"Ada apa ini, Mbok?" Tanya Selvina kepada Mbok Ratih.

"Anu, Non Selvina. Surat perjanjian Tuan hilang disini dan harus dibawa hari ini juga, kami sedang mencarinya." Jawab Mbok Ratih lembut.

Selvina sontak menatap Artadano, "Papih tau dari mana kalo hilangnya disini?"

"Kemarin papih letakkin di meja ini, namun sudah tidak ada sejak tadi malam papih cari." Jelas Artadano.

Selvina menyilangkan ke-dua tangannya di dada, "Di rumah ini ada berapa orang sih?"

"Ada 5." Jawab Selina sang mamih.

"Udah ditanyain ke semua orang yang ada di rumah ini?" Tanya Selvina sekali lagi.

Artadano dan Selina saling beradu pandang, anaknya benar. Mereka lupa menanyakan kepada anaknya sendiri dan bahkan terlalu fokus mencari-cari kertas itu sampai lupa kalau mereka masih bisa menanyakan kepada Selvina.

"Aku taruh kertasnya di dalam laci yang ada di ruang kerja papih, lain kali kalo naruh berkas penting itu jangan sembarangan. Mana tau ada maling nyelusup masuk kesini dan kita gak tau." Ucap Selvina seraya menatap sang mamih sinis.

Selvina pergi begitu saja ke dapur untuk mencuci muka dan membuat sarapan. Ia butuh asupan pagi ini untuk mengembalikan mood nya yang hancur berantakan karena kegaduhan yang terjadi pagi ini.

"Ribet banget punya keluarga. Heran" Gumam Selvina seraya mengambil sepotong roti kemudia ia oleskan selai coklat.








•••







Selvina berjalan keluar rumah dengan wajah bahagia yang ia buat-buat. Kejadian tadi pagi cukup mengusik mood nya hari ini, ia harus ke kampus hingga sore nanti karena ada kegiatan kelompok alias tugasnya membludak.

Terlihat ada seorang laki-laki tampan berpakaian rapih, kemeja berwarna putih dipasangkan dengan dasi yang rapih warna hitam. Penampilannya dari atas hingga bawah merupakan gaya pakaian seorang CEO muda yang tampan dikalangan anak muda.

Laki-laki itu berjalan mendekati Selvina, ditangannya terlihat membawa jas dan paperbag warna coklat.

"Haii, Dear." Sapanya lembut saat berada di depan Selvina.

Selvina tersenyum manis, "Haii pacall.." Balasnya riang.

Narseno mengusap lembut pucuk kepala Selvina, ia dapat merasakan kalau aura Selvina hari ini sedikit berbeda dari hari sebelumnya.

Narseno Galandro namanya. Ia adalah kekasih dari Selvina. Mereka sudah menjalin hubungan selama 5 tahun, dengan selisih perbedaan umur 3 tahun. Saat ini Narseno sudah menginjak di usia 24 tahun dan Selvina berusia 21 tahun. Hubungan mereka baik-baik saja sejauh ini, namun ada sedikit kelonggaran waktu untuk bertemu saat Narseno menjadi CEO muda terkenal pada 2 tahun yang lalu.

Meskipun hingga saat ini Selvina belum bisa menerima sepenuhnya perbedaan yang terjadi.

"Lagi kenapa, hm?" Tanya Narseno lembut.

Selvina menggeleng, "Gapapaa, cuma agak unmood aja sedikit."

Narseno memberikan paperbag yang ia bawa kepada Selvina, gadis itu tersenyum dan dengan senang hati menerimanya.

Coklat dan macam-macam manisan seperti permen dan lain sebagainya yang sangat banyak di dalam sana.

"Makasihh, ini kebanyakan loh." Ucap Selvina.

"Gak bikin aku rugi juga sih, yang penting pacar aku seneng." Balasnya dengan senyum manisnya yang dilengkapi terlihatnya 2 lesung pipi menambah kesan manis yang lebih.

Selvina terkekeh melihatnya, "Ayok berangkat, nanti takut telat. Aku telat ngampus, kamu telat balik kantor lagi."

"Telat karena nganter calon istri emang kenapa?"

Blush

Pipi Selvina terlihat memerah karena gombalan yang baru saja Narseno lontarkan.

"Ishh, bodo ahh." Ucap Selvina dan berjalan lebih dulu menuju mobil Narseno.

Gadis itu salting rupanya, Narseno tersenyum puas karena berhasil membuat kekasihnya salah tingkah.

"Tungguin aku, Dear."

"Bodo!" Ucap Selvina yang bergegas masuk ke dalam mobil.

Narseno hanya dapat menggelengkan kepalanya melihat tingkah kekasihnya, ia bergegas masuk ke dalam mobilnya untuk segera mengantarkan Selvina ke kampus.








•••









Mobil Narseno berhenti tepat di depan gerbang kampus Selvina.

"Makasih yaa sayang, nanti kamu jemput aku juga kan?"

Narseno tersenyum getir seraya merapihkan rambut Selvina.

"Kamu naik taksi ya pulangnya? Aku lembur hari ini." Ucap Narseno.

Raut wajah Selvina berubah menjadi datar, gadis itu tersenyum kecut mendengar jawaban kekasihnya.

"Yaudah, lain kali kalo gak usah anter aku kalo kamu gak bisa jemput. Aku duluan, kamu hati-hati."

Selvina bergegas keluar dari mobil dan menutup pintu mobilnya sedikit keras, ia kecewa. Yang ia anggap rumah juga ternyata sama saja. Tidak kekasihnya, tidak orang tuanya semuanya sama saja. Sama-sama mengecewakan.

Ia melangkah masuk ke dalam gedung kampusnya, menghiraukan Narseno yang keluar dari mobil dan memanggil namanya berkali-kali.

"Heran banget sama hidup sendiri, gak ada momen bahagia abadinya dari dulu." Gumam Selvina pelan.


Ting!

Si Biyya: sini kantin dulu, gk ada kelas hari ini (3)

Sii Reeya: nanti lgsg kantin yaa sel, ada gua, biya sama bella (2)

Siii Bella: lgsg kantin lu, kita gk jadi kelas hari ini (4)


Selvina tersenyum melihat notif beruntun dari teman-temannya itu, ia segera bergegasmenuju kantin. Ia harap tidak ada lagi hal lain yang tidak mengenakkan terjadihari ini.

IS DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang