[STORY 4]
GENRE: FANTASI - ROMANCE
Shana adalah mahasiswi baru yang hidup sebatang kara serta terbiasa hidup mandiri. Sejak kecil ia hidup di panti asuhan. Sampai akhirnya, menyewa rumah untuk ia tinggali adalah keputusan tepat karena dirinya tak me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🐇🐇🐇
Hari ini kami para mahasiswa baru diajak untuk bermain games. Hanya saja kata Kak Hasan, ini adalah ospek hari terakhir. Besok kami diberi libur satu atau dua hari karena sudah tiga hari terakhir kami terlalu lelah melaksanakan ospek.
Sekarang jam makan siang, aku dan Juna duduk di bawah pohon besar yang waktu itu aku sempat menaruh Juna dalam wujud kelinci. Aku membawa bekal ayam serta nasi yang Juna masakkan tadi pagi. "Lo nggak makan, Jun?" tanyaku. Ia sedari tadi hanya diam dan melihatku yang sedang asyik makan.
"Kau saja," katanya. Aku mengangguk dan melanjutkan makan. Aku melihat Juna tampak lesu, ia menunduk. "Aku ingin pulang, Na," ucapnya yang membuatku mengentikan tanganku yang akan menyuapkan sesendok nasi. "Kau ... bertemu Kakek itu di mana?"
"Di halte. Kenapa?"
"Halte? Tempat apa itu? Ah ... entah itu tempat apa, tapi bisakah nanti malam kita ke sana lagi? Siapa tahu Kakek entitas itu berada di sana lagi. Aku yakin dia tahu caranya agar aku bisa pulang," ucap Juna. Ada bagusnya juga jika ia pulang ke dunianya. Tak perlu lagi mengacaukan hari-hariku.
"Lo kangen sama pacar lo, ya?" tanyaku. Aku ingin tahu wanita mana yang mencintai laki-laki aneh seperti ini.
"Pacar? Kekasih maksudnya? Ah, ya, aku merindukan gadis itu. Dia dengan senyum manisnya yang mampu membuatku jatuh cinta-"
"Hoi, Na!" Tepukan di belakang pundak langsung mengagetkanku yang sedang mendengarkan cerita Juna. Rangga memang suka sekali mengagetkan orang. Tak merasa bersalah, ia malah langsung duduk di sampingku. "Ini ... siapa, Na?" tanyanya. Ah, iya, aku lupa mengenalkan Juna padanya.
"Oh, iya, ini Juna. Juna, kenalin ini Rangga." Bukannya saling menyapa, mereka malah saling diam.
"Pacar lo, Na?" tanya Rangga yang nampak bingung.
"Kenalkan, aku Juna. Temannya Shana," ucap Juna yang mengulurkan tangannya ke Rangga.
"Rangga," ucap Rangga dengan senyuman serta menerima uluran tangan dari Juna. Mereka berdua bersalaman dan mengayunkan tangan.
"Jadi ... dia bukan pacar lo, Na?" tanya Rangga lagi. Astaga, padahal aku dan Juna saja baru berkenalan. Asal-usulnya pun aku tidak tahu. Dia hanya kelinci jadi-jadian yang tiba-tiba saja menemukan orang sebaik aku sebagai Tuan-nya. Namun, tak mungkin aku memberi tahu Rangga jika Juna adalah kelinci hitam yang kemarin ia elus, mana mau dia mempercayaiku. Nanti malah ia mengira aku mengada-ngada cerita.
"Bukan, Juna ini temen gue waktu di panti dulu. Udah bestie banget, deh, sama gue," jawabku. Semoga saja Rangga percaya.
"Eh, bentar lagi penutupan ospek. Juna, lo ikut kita aja, yuk?" ajaknya pada Juna. Sedangkan pria kuno itu? Dia hanya menatap bingung. Terlihat Juna menatapku, mungkin ia ingin aku yang menjawab.