Bab 26. SETENGAH USANG

678 91 4
                                    

Selamat pagi. Yang mau beli pdfnya bisa DM ya. Harga 50rb. Terima kasih. ^^

.

.

.

Happy reading yes! ^^

.

.

.

Yue Yan menyembunyikan kekhawatiran di kedua matanya. Saat membaca buku di dalam ruang baca, dia tidak sengaja mendengar pembicaraan antara Kaisar dan Ibu Suri.

Kaisar meminta Ibu Suri untuk tidak ikut campur dalam pemilihan calon Permaisuri. Jika dipikir-pikir, Yue Yan merasa aneh karena Ju Long masih belum menikah di usianya yang hampir menginjak dua puluh lima tahun.

Di kehidupan yang lalu, Kaisar sudah menikah dengan Anle saat usianya akan menginjak dua puluh tahun. Permaisuri masih sangat muda saat itu.

Namun, kenapa sekarang berbeda?

Apa yang menyebabkan perbedaan besar di kehidupan lalu dan sekarang?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di dalam kepala Yue Yan. Melepas napas panjang, ia merasa bingung. Wanita itu duduk bersila di atas lantai kayu. Keheningan menguasai ruangan luas yang penuh dengan rak-rak berisi buku.

Yue Yan masih duduk di tempatnya saat Ju Long melangkah masuk ke dalam ruang baca setelah mengantar Ibu Suri keluar. Wanita itu tenggelam di dalam lamunan hingga tidak menyadari Kaisar sudah duduk di sampingnya, membaca buku.

Terkejut, Yue Yan menahan napas. Satu tangannya diletakkan di depan dada saat melihat Kaisar. Wanita itu akan memberi salam, tapi Ju Long langsung memintanya untuk tidak bersikap formal.

Yue Yan beringsut untuk menjauh. Dari tempatnya duduk saat ini dia mengawasi Kaisar yang tengah menunduk untuk membaca buku. Ekspresi Ju Long tidak terbaca. Jemari lentiknya membuka halaman baru yang akan dibaca.

"Xiu Wei, apa kau tidak merindukan keluargamu?" Pertanyaan Kaisar merobek keheningan yang sempat tercipta. Pandangan pria itu tidak beralih dari halaman buku yang tengah dibacanya.

Melepas napas yang sedari tadi ditahannya, Yue Yan memeluk buku ke dalam dekapan. Pandangannya menerawang jauh. "Tentu saja hamba rindu." Ia menoleh kepada Kaisar. "Apa orang tua hamba sudah ada di Kota Praja?" tanyanya.

Tidak langsung menjawab, Ju Long menurunkan buku yang tengah dia baca. Perlahan pria itu menoleh hingga pandangannya bersirobok dengan Yue Yan. "Maksudku keluargamu di Kerajaan Timur."

Ekspresi Yue Yan dingin dan tidak terbaca. Wanita itu terdiam seribu bahasa. Ju Long masih menatap Yue Yan lekat, menunggu dengan sabar akan jawaban dari mulut wanita itu.

"Maksud Anda apa, Yang Mulia?"

"Maksudku keluarga kandungmu." Ju Long tidak berminat untuk basa-basi. Dia hanya ingin tahu alasan Yue Yan menyembunyikan identitas aslinya hingga selama ini. "Nenek kerajaanmu memilih mengasingkan diri di Istana Musim Panas karena raja memilih percaya jika kau sudah tewas." Ju Long memulai tanpa ampun. "Selama bertahun-tahun ayahmu ditugaskan untuk berjaga di perbatasan karena Kaisar menyalahkannya atas keputusan nenek kerajaanmu."

Ia menjeda singkat. Anehnya, air muka Yue Yan tidak berubah.

"Kakakmu menunda pernikahannya selama bertahun-tahun karena terobsesi mencari keberadaanmu. Apa kau tahu pernikahannya gagal?"

Kali ini Ju Long berhasil menarik perhatian Yue Yan sepenuhnya.

"Selain itu, pengasuhmu jatuh sakit tidak lama setelah kau diberitakan tewas hingga akhirnya wanita itu meninggal dunia karena perasaan rindu." Ju Long menurunkan nada bicaranya. "Apa kau masih ingin mendengar hal lain yang terjadi kepada keluargamu setelah kau pergi?"

Tersenyum kaku, Yue Yan menggelengkan kepala. Dia berhasil memasang ekspreis datar. "Yang Mulia, hamba tidak mengerti maksud ucapan Anda." Wanita itu masih berusaha mengelak.

"Benarkah?" Ju Long terkekeh renyah. Embusan napasnya terdengar berat. "Apa yang membuatmu memilih untuk menyembunyikan identitas dan tidak mau kembali? Kenapa kau berpura-pura kehilangan ingatan?"

Yue Yan masih tidak bersedia menjawab.

"Aku harus tahu alasanmu untuk bisa mengerti dirimu."

"Kenapa Anda ingin mengerti hamba?" Yue Yan memberanikan diri untuk bertanya. Dia merasa Ju Long tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam kehidupannya. "Selain itu, hamba tidak mengerti ucapan Anda."

Satu alis Ju Long diangkat naik. "Begitu?" tanyanya, suram. "Apa kau benar-benar tidak mengerti ucapanku atau kau hanya tidak mau mengakui jika kau adalah Bai Yue Yan!"

Keheningan kembali menggantung di dalam lorong sempit yang diapit oleh rak buku itu. Pandangan keduanya masih bersirobok.

"Kau bertanya kenapa aku ingin mengerti dirimu, kan?"

Yue Yan membisu.

"Apa masih kurang jelas?" tanya Ju Long, serak. Mata tajam pria itu membelenggu pandangan Yue Yan. "Apa kau masih tidak bisa membaca yang kuinginkan darimu?"

Menelan dengan susah payah, kedua bola mata Yue Yan bergerak resah. Wanita itu ingin melarikan diri dari sana. Dadanya terasa sesak setiap kali berada di dekat Ju Long. Namun, pergerakannya segera dihentikan oleh Kaisar yang langsung menarik pergelangan tangannya dan memaksa wanita itu untuk berlutut di depan Kaisar.

"Apa kau benar-benar tidak bisa menebak apa yang kuinginkan?" tanya Ju Long lagi. Pria itu terlihat frustrasi sekaligus kesal.

Yue Yan menggelengkan kepala. "Hamba tidak berani menebak, Yang Mulia."

"Aku menginginkanmu," ucap Ju Long jujur. Netra sehitam arang pria itu seperti pisau tajam yang menusuk hingga kedalaman hati Yue Yan. "Aku menginginkanmu sebagai seorang pria terhadap wanita. Sekarang kau sudah mengerti maksudku?"

Tidak. Yue Yan tidak mengerti dan tidak mau mengerti kenapa Kaisar menginginkannya sebagai wanita? Bukankah di kehidupan mereka yang lalu, Kaisar menyia-nyiakan Yue Yan dan membunuhnya dengan tidak adil?

Yue Yan terkesiap saat wajah wanita itu ditangkup oleh telapak tangan Kaisar. Kulit tangan pria itu terasa sangat dingin, sama seperti tatapannya.

"Aku ingin kau menjadi istriku, menjadi ibu dari anak-anakku. Karena itu aku perlu tahu semua tentangmu. Tentang masa lalumu." Suara Kaisar terdengar sangat serak.

Sesaat Yue Yan merasa terlena, walau akhirnya wnaita itu berhasil mengembalikan kesadarannya. Yue Yan sudah mengalami pengkhianatan di kehidupan lalu dan sekarang dia nyaris tergoda oleh pria berkuasa di hadapannya ini.

Ekpresi wanita itu mengeras, rahangnya mengetat. "Hamba tidak bersedia menjadi wanita Anda atau menjadi ibu dari anak-anak Anda." Ucapannya terdengar sangat tegas. Tidak ada keraguan di sana. "Hamba hanya ingin hidup tenang dan jauh dari intrik politik istana. Hamba tidak ingin menghabiskan waktu terkurung di dalam sangkar emas tembok istana."

"Kau menolakku?" Kaisar Ju Long menaikkan dagu Yue Yan dengan ibu jarinya, suaranya begitu lirih. "Apa ada pria lain di dalam hatimu? Apa kau menyukai pria lain?"

Yue Yan tidak tahu dari mana keberaniannya berasal karena dia pada akhirnya berhasil menggelengkan kepala. "Tidak ada pria lain," jawabnya terdengar serak. Dia menyukai Feng Gui, bukan Ju Long.

Walau ada pria lain sekalipun, Yue Yan tidak akan berani mengatakannya karena yakin Kaisar akan membunuh pria itu.

"Tidak ada?"

"Tidak ada," beo Yue Yan.

"Bagus," balas Kaisar sebelum mendaratkan bibirnya di atas bibir Yue Yan yang terbuka. Pria itu mengecup dengan penuh tuntutan.

.

.

.

TBC 

TAMAT - Lost FireflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang