Saat ini Jennie sudah berada di walk in closet milik Lisa. Wanita itu kebingungan dalam hal memilih baju untuknya, baju Lisa terlalu besar untuk ukuran tubuhnya yang mungil.
Semua baju yang Lisa berikan padanya, tentu saja ada di kamarnya.
Bahkan dia lebih bingung karena tidak mungkin dia menggunakan dalaman yang sebelumnya, itu sudah kotor.
Karena tidak mau Lisa menunggu terlalu lama, dia mengambil piyama tidur milik Lisa, lalu memakainya. Karena itu cukup panjang, dia melipat bagian lengan dan bagian kaki celananya. Serasa beres, dia pun keluar dari sana dengan perasaan yang sangat gugup.
Melihat Lisa masih membuka mata sambil menatap langit-langi kamar, Jennie berjalan mendekat.
Lisa pun melihat ke arahnya dengan senyum kecil, lalu pria itu menepuk tempat tidur di sampingnya meminta Jennie untuk segera berbaring.
Dengan rasa gugup yang luarbiasa, Jennie naik dengan perlahan, saat sudah berbaring, dia benar-benar sangat kaku.
“Anggaplah aku sebagai kakakmu, dan bukan bosmu agar kau menjadi rilex.” Itu permintaan Lisa.
Pria ini sungguh neraka. Apakah dia pikir semudah itu? Tapi, apalagi yang Jennie bisa lakukan? Dia hanya mengangguk dan berusaha keras untuk menenangkan diri dan mengikuti permintaan Lisa untuk dirinya menjadi relax.
Tiba-tiba saja Lisa memegang tangannya, dengan otomatis dia langsung meremas tangan Lisa dengan kuat.
“Maaf jika aku membuatmu merasa gugup seperti ini. Aku hanya kesepian.”
Mendengar itu tanpa sadar Jennie mengelus tangan Lisa di genggamannya. Dia mulai relax dan seluruh tulang mengendur.
“Tidak apa-apa Lisa. Apakah lukamu sakit?” Tanya Jennie berusaha santai.
Lisa mengangguk pelan, “Lumayan sakit. Tidurlah, besok kau libur. Kau tidak perlu memasak, aku akan memesan dari restaurand langgananku.”
Jennie menggeleng, “Tidak apa-apa Lisa, biarkan aku memasak saja.” tolak Jennie sambil menatap side face milik Lisa.
“Kau sangat suka memasak, huh?”
Lisa berbalik menatap mata Jennie yang berbinar. Wanita itu mengangguk dengan senyum manisnya.
Ini pertama kalinya Lisa menyaksikan senyumnya yang begitu manis. Lisa sangat terpaku, sehingga tanpa sadar dia mengangkat tangannya lalu mengelus pipi itu membuat Jennie menegang.
“Ternyata kau sangat cantik jika tersenyum seperti itu.” Celetuk Lisa begitu saja.
Wajah Jennie langsung memanas. Pujian itu benar-benar menusuk hatinya yang paling dalam.
“Tidurlah. Kau bebas bangun jam berapa pun.” Kata Lisa.
Jennie pun mengangguk dan langsung menutup matanya begitu saja. Dia benar-benar merasa malu, jantungnya berdetak dengan kuat, wanita ini merasa melayang di puji pria setampan dan secantik Lalisa Manobal.
_____
07:00 am.
Pagi ini Lisa membuka matanya dengan perlahan, dia merasa pundaknya sedikit berat seperti tertimpa sesuatu.
Saat matanya terbuka jelas, dia tertegun. Tadi subuh mereka tertidur dengan sedikit jarak, namun lihatlah sekarang, kepala Jennie sudah berada di pundaknya dengan wajah yang mengarah pada lehernya. Bahkan tangan Jennie melingkar tepat di dada bagian atasnya.
Setelah tertegun, terbitlah senyum manis. Tidak bisa di pungkiri kalau pria ini merasakan sedikit kenyamanan dari pelukan tanpa sadar tersebut.
Merasakan pergerakkan dari Jennie, pria itu kembali menutup matanya berpura-pura tidur. Dia tidak mau Jennie menjadi canggung karena posisi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOND MARRIAGE. (JENLISA)
FantasyWARNING: AREA 21+. HARAP BIJAK DALAM MEMILIH SEBUAH BACAAN. CERITA INI TERCIPTA DARI BEBERAPA REQUEST PARA READERS TENTANG PERNIKAHAN KONTRAK. SAYA MENCOBA DENGAN VERSI SAYA SENDIRI, SAYA JUGA MENCOBA MEMBUAT YANG SEDIKIT BERBEDA DARI YANG LAINNYA...