6. Wanita Aneh

102 8 4
                                    

Selamat datang...
Jangan lupa vote dan komen ya kakak" dan adik"... lope yu buat kalian semua️❤️❤️
.
.
.
.
.

02-Februari-1965

Pagi ini Yani sudah disibukkan dengan dinasnya ke Yogyakarta untuk peringatan 5 tahun berdirinya Museum Angkatan Darat. Selesai mengantar anak-anak, Dedeng di ajak sarapan bersama dengan yang lainnya oleh Yayu. "Sini Deng ikut sarapan dengan kita" ajak Yani untuk duduk di sampingnya. Selesai sarapan Dedeng izin keluar untuk memanaskan mobil dinas yang akan membawa Yani kesana.

Satu persatu pekerja di rumah Yani keluar untuk melanjutkan aktivitas masing-masing. Yayu pun beranjak dari kursi untuk mengambil koper Yani yang akan ia berikan kepada Bardi untuk dimasukkan kedalam bagasi mobil. "Di iki koper bapak kamu bawa keluar."

Nama yang dipanggil pun menoleh ke Yayu dan berjalan ke hadapan Yayu untuk mengambil koper tersebut. Yayu dan Mbok Milah membersihkan meja makan dan membawa piring ke belakang akan dicuci. Yayu yang sedang meletakkan semua piring yang dibawa Mbok Milah ke dapur terkejut tiba-tiba tangan kekar milik Yani melingkar dipinggangnya. "Mas bakalan rindu sama kamu Yu." bisik Yani ditelinga Yayu, sontak ia merasa geli dan menundukkan kepala.

"Ih, sudah loh Mas nanti Mbok Milah melihat kita seperti ini malu aku."

"Yo biarin ndak salahnya Mas peluk kamu gini kan, jarang-jarang kita bermesraan seperti ini." Yani semakin mempererat pelukannya pada Yayu.

"Buk, tetangga sebelah memberikan kita tape singkong, eh astagfirullah. Maaf Pak Buk." Mbok Milah yang melihat sigap menutup mata dan berlari ke kamarnya. Yani dan Yayu yang mendengarnya langsung melepaskan pelukan, mendapati Mbok Milah sudah kabur.

Yayu yang malu karena dilihat oleh pembantu nya, menjewer telinga Yani pelan. "Tuh kan mas, seperti kata ku tadi pasti Mbok Milah bakalan lihat kita."

"Aduh, sakit Yu lepasin."

Yayu lalu melepas jeweran nya. Dan menarik Yani keluar untuk mengantarkan sampai ke teras. "Berangkat sana mas mereka sudah menunggu dari tadi loh."

Yani lanjut menggoda Yayu untuk kedua kalinya. "Kamu usir mas ceritanya nih, Vermist doet pijn, Yu (rindu itu sakit loh Yu)."

Melihat wajah istrinya yang siap menjewer telinganya lagi, Yani diam dan berpamitan tak lupa pula mencium pucuk kepalanya.

"Mas pamit yo Yu. Jaga anak-anak."

"Iyo Mas."

"Sudah siap semua pak, ayo kita langsung jalan takut nanti jalanan macet." Bardi membuka pintu untuk mempersilahkan Yani masuk kedalam. "Kami berangkat ya Buk." ucap Bardi sebelum masuk juga ke mobil. "Kalian jagain bapak ya, selama disana."

Bardi mengangguk dan masuk ke mobil ia duduk disebelah Dedeng. Mobil pun keluar dari pekarangan rumah meninggalkan debu yang menerpa ke langit. Mobil berhenti sementara karena lampu merah, terlihat sebuah mobil hitam berhenti disamping. Kaca mobil hitam tersebut terbuka menampakkan 2 penumpang dibelakang dan didepan lengkap dengan setelan jas, topi yang menutupi sebagian wajahnya memerhatikan mobil Yani, Yani yang merasa aneh bertanya kepada Dedeng. "Kenapa mereka melihat kesini seperti itu ya, apa kalian kenal mereka?" tunjuk Yani tepat ke mobil itu, mereka berdua menoleh Dedeng merasa sedikit kesal lantaran dari tadi mereka melihat membuka kaca mobil.

Saat akan bertanya mereka serempak menutup kaca dan melaju sangat kencang sementara lampu masih belum berganti warna. "Sekumpulan manusia aneh, plat mobil saja tidak ada." acuh Bardi. Yani dan Dedeng baru menyadari hal tersebut itupun Bardi yang mengatakan. Lampu berganti hijau, mobil kembali bergerak perlahan meninggalkan ibukota, jenuh selama di mobil Yani membaca koran yang memang sudah tersedia apabila ia akan pergi dinas. Bardi menyalakan radio yang mengeluarkan suara nyanyian lagi Indonesia Raya, Yani terbawa suasana menyuruh Bardi menaikkan volume suara. Setiap harinya lagu kebangsaan Indonesia ini berseru di setiap radio seluruh Indonesia tanpa terkecuali.

Anak Emas Soekarno Yang Tersingkir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang