Sempurna. Satu kata yang mendefinisikan bagaimana kehidupannya. Memang tidak ada yang sempurna di dunia ini, tapi dia tetap merasa jika kehidupannya sangat sempurna.
Di anugerahi paras yang cantik jelita, otak cerdas dan kemampuan menari yang luar biasa. Keluarga yang manis dan harmonis, serta kekayaan yang tidak akan pernah ada habisnya. Dia merasa semua sudah lebih dari cukup, tidak ada yang perlu dia cari lagi.
Tapi, Jennie lupa jika roda kehidupan terus berputar. Dulu dia merasa sempurna namun sekarang? Hanya kehampaan dan kegelapan yang dia rasakan, terhitung 3 tahun sudah dunianya gelap tanpa sedikit pun cahaya yang menyinari kehidupannya.
Menjadi yatim piatu di dari semenjak dia beranjak remaja bukan hal mudah untuknya. Mengalami kebutaan di saat karir sedang di atas daun jelas membuatnya semakin terluka dan kecewa. Semua luka itu menjadikannya berbeda, dulu dia gadis ceria dan sangat ramah, tapi sekarang dia menjadi gadis tempramen, sangat mudah marah dan selalu seenaknya.
Guk! Guk!
"Jangan berlari, Kuma." Ucap Jennie.
Hanya Kuma dan Myung Min yang dia anggap keluarga, meski memang Myung Min selalu dia marahi dan menjadi tempat pelampiasan emosi, tapi dia tidak pernah memecat sopir dan asisten pribadinya itu. Sudah dari semenjak dia kecil Myung Min hadir dalam kehidupannya jadi secara tidak langsung Myung Min sudah menjadi ayah untuknya setelah ayah dan ibu kandungnya meninggal karena sebuah kecelakaan, dan Myung Min pun sudah menganggap Jennie adalah putrinya, bahkan dia tidak pernah menikah demi mengabdi pada mendiang keluarga Kim dan menjaga Jennie.
Tiga tahun sudah Jennie mengalami kebutaan, awalnya dia kesulitan namun sekarang dia sudah mulai terbiasa, bahkan dia hanya mengandalkan Kuma setiap kali dia pergi jalan-jalan di area taman seperti saat ini. Meski barisan maid ada di rumah, sekertaris dan asisten pribadi pun dia punya tapi dia tidak pernah mau di temani dan di anggap lemah.
"Oke, jalan lagi saja boy.. Kita jogging."
Guk! Guk!
Jennie tersenyum tipis setelah mendengar sahutan anjingnya, dia melanjutkan langkahnya begitupun dengan Kuma. Tidak peduli ada beberapa orang yang memperhatikan dan merasa iba, dia terlihat biasa saja.
Di sisi lain...
Hembusan angin kencang menerpa seseorang yang sedang diam di atap gedung yang menjulang tinggi. Tidak peduli rambutnya berantakan dan tidak peduli seberapa mengerikannya tempat dia berdiam diri, dia terus menatap sendu pada hamparan keindahan kota Seoul yang terlihat dari tempatnya saat ini.
"Hah~" Dia membuang nafas lemah lalu dia berdiri, "Selamat tinggal dunia, selamat tinggal bumi yang indah. Aku akan merindukannya tapi tempatku bukan di sini."
Setelah dia bergumam dia kembali menatap ke semua arah, tapi beberapa saat kemudian dia melompat dan menjatuhkan diri dari gedung tersebut, namun tepat saat dia akan mendarat sempurna di atas aspal dia menghilang dan..
Wushh!
Bruk!!
Dia mendarat dengan posisi seperti hendak merangkak di tepi sebuah jalan yang terlihat lengang, hanya ada satu dua kendaraan yang melintas, dia tidak meringis atau apapun karena saat dia berdiri dia malah tersenyum seraya menatap sebuah mobil. Tanpa segan dia melambaikan tangan dan mobil yang dia maksud pun berhenti.
"Mau kemana anak muda?" Tanya sopir mobil tersebut.
"Aku ikut ke tempatmu." Jawabnya.
Sopir hanya menatap aneh padanya tapi si sopir hanya bisa menghela nafas saat dia naik dan duduk di kursi penumpang begitu saja, beberapa saat kemudian mobil kembali melaju.
KAMU SEDANG MEMBACA
BALLERINA - JENLISA [G!P] ✓
FanfictionAku takut oleh hujan, saat hujan turun seluruh tubuhku terasa sakit. Hujan membuatku tersiksa dan selalu membuatku menangis. Aku tidak membenci, tapi aku takut. - LM Aku tidak suka matahari terbenam, bukan karena tidak indah tapi.. saat matahari ter...