────────────
Garis Diagonal
────────────●
●
●
•
•
.
.
․
ˑReva Fidela 'Adel' Pantjoro adalah nama dari seorang pemenang.
Sejak kecil, Adel tidak tahu apa itu kekalahan. Saat usianya masih tujuh tahun, ayahnya sudah mengikutkan Adel ke dalam kelas tinju. Terlalu dini? Tentu saja. Namun, niat ayahnya sederhana dan mulia, agar saat besar nanti Adel bisa menjaga diri. Dan gadis itu melampaui ekspektasi, ia memiliki bakat alami. Dalam waktu singkat, dirinya semakin mahir dan menjadi tak terkalahkan.
Saat usia delapan tahun, Adel tertarik mengikuti olahraga bulu tangkis. Hanya perlu dua bulan latihan baginya untuk menyabet medali pertama di turnamen antar sekolah. Lalu di usia sembilan tahun, Adel terpilih menjadi bintang iklan dari 320 orang yang mendaftar. Sejak saat itu, namanya semakin naik dan bisa dibilang terkenal. Dalam ranah akademis sekalipun, Adel selalu peringkat pertama, tak pernah bergeser dari kelas satu hingga dirinya lulus SD. Hal itulah yang membuatnya dapat dengan mudah masuk SMP 48 JKT tanpa perlu meminta bantuan sang ayah sama sekali.
"... Tapi, Del. Kenapa lu gak coba ikut turnamen-turnamen olahraga lagi gitu? Gak kangen?" tanya Lulu, sahabat Adel sejak kecil.
"Kangen sih, cuman gue males, hehehehe... Waktu SD gue habis buat ikut yang gitu-gituan mulu. Lagian kan gak ada ekskul boxing di sekolah."
"Ya, kan, tinggal ikut beladiri lain. Toh lu juga belajarnya cepet. Kalau badminton, gimana?"
"Males juga. Mungkin pas kelas dua nanti deh."
"Iih, masih lama dong," protes Lulu sambil mengerucutkan bibir.
"Lagian kenapa sih, Lu? Tiba-tiba banget?"
"Yah, gak apa sih. Cuman kalau lu ikut turnamen lagi, kan gue bisa punya alesan buat bolos, hehe..."
"Dasar," ucap Adel sambil menoyor kepala Lulu.
"Yah, lagian kan gue bisa nyombongin lu, Del. Kesel juga tahu, orang-orang lebih sering omongin si Azizi ma Christy di kelas. Mereka gak tahu aja ada lu!"
Adel terdiam sejenak setelah mendengar dua nama tersebut. Azizi dan Christy, si kembar jenius dari keluarga Natio. Sejak masa orientasi, nama mereka sudah menjadi perbincangan hangat di antara murid-murid dan guru-guru. Prestasi mereka gemilang. Azizi dengan medali tingkat provinsi dan menjadi perwakilan termuda di turnamen taekwondo antar sekolah, sementara adiknya, Christy, menjadi punggawa utama dalam pertunjukan teater yang tampil di istana kepresidenan. Bahkan dalam hal akademis, keduanya menjadi sorotan saat meraih peringkat pertama dan kedua umum di Ujian Tengah Semester kemarin. Keduanya seolah tidak memiliki pesaing, kecuali diri mereka sendiri.
Lalu bagaimana dengan Adel? Well... Dia lebih memilih untuk menikmati kedamaian saat ini, walaupun pikiran itu mungkin terlalu berlebihan bagi seorang anak SMP, tapi Adel benar-benar ingin hidup dengan kalem sekarang, layaknya seekor kucing. Jadi dia tidak merasa begitu terganggu dengan sorotan yang selalu tertuju pada si kembar Natio. Dan juga, baginya, UTS kemarin hanya sebuah kesalahan kecil karena dia terlalu santai dan kurang belajar. Itulah yang membuat dirinya tidak masuk peringkat tiga besar dan hanya nangkring di urutan empat. Jadi, tenang saja, jika Adel serius—dan mau—maka sorotan itu akan dengan mudah kembali padanya. Pasti.
"Ya gak ada untungnya juga, Lu. Lagian—"
"—Wah, ada neng Olla nih, halo mo kemana, Neng?"
"Berisik! Baru pagi juga," sergah Olla yang berjalan ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Freyana VS Everybody
Fanfiction(Series #23137099) Freya hanyalah seorang gadis muda yang ingin memulai hidup barunya dengan tenang di SMA 48 JKT. "Freyana akan menjadi calon murid teladan, Freyana akan menjadi orang baik-baik." Itulah janji yang selalu Freya ucapkan pada Bundanya...