"Woof... woof woof!"
"Elias! Berhenti menggonggong seperti anjing! Cepat angkat jemuran! Ini mau hujan!!!"
Elias tidak menuruti perkataan Miranda yang saat ini kelimpugan mengangkat baju baju mereka.
Awan sudah menggelap dan suara gemuruh hujan sudah semakin dekat. Tapi Elias masih asik berbaring diatas rumput dan menirukan berbagai jenis suara hewan hewan.
Ia bangun dan memanjat pohon, benar benar mengabaikan Miranda yang saat ini hendak melaporkan sikap nakal Elias pada ibunya.
Bukan tanpa alasan Elias naik pohon begini, ia hanya ingin melihat bangunan megah besar di pertengahan kota sana. Itu adalah rumah tuan Steven. Tempat dimana ia bertemu dengan pria itu. Semakin dipikirkan, Elias semakin kesal sendiri dengan hasilnya. Setelah mengobrol lama dengan Zayden, sahabatnya itu mengecap jika dirinya kemungkinan suka dengan pria yang ditemuinya malam itu.
Elias percaya tidak percaya, karena pertemuan pertama dengan pria itu sebenernya sungguh tidak bermoral. Tapi sialnya, ternyata tubuh itu lebih jujur dari pada apapun. Tapi Elias tetap saja tidak percaya, kini jika bisa ia berharap bisa bertemu dengan pria itu lagi dan memastikannya.
"Ibu... lapar." Pinta Elias setelah masuk kedalam rumah. Tapi alangkah terkejutnya ketika ada banyak tamu asing di ruang keluarga mereka, sedang menikmati teh dengan ibu tirinya yang nampak bahagia.
"Ibu dapat uang mendadak?" Tanya Elias kepada Rachel.
"Bukan bodoh! Mereka itu utusan tuan Steven." Bisik Rachel sambil menyeret Elias menuju dapur, tubuhnya didorong kencang kearah cucian piring.
"Mau apa mereka ke sini?" Elias penasaran. Biasanya ia tidak akan peduli kepada tamu tamu yang datang ke rumah ini. Sejak ayahnya meninggal, tamu yang datang itu adalah teman teman ibu nya yang berisik dan bawel. Tidak ada alasan bagi Elias untuk tertarik. Tapi mendengar nama tuan Steven, si pemilik rumah besar itu! Elias jadi kepo.
"Katanya sewaktu pesta waktu itu, tuan Gerald bertemu dengan orang yang dia suka. Tapi karena gak sempet kenalan, tuan Gerald memberi perintah ke orang kepercayaannya untuk mencari sosok itu di seluruh kota. Rumor nya menyebar dengan cepat." Kini Miranda bergabung bersama mereka, ketiganya mencuri curi pandang ke ruang keluarga itu.
"Mungkin tuan Gerald mau menjemput gue." Ucap Miranda penuh percaya diri sambil membenarkan rambutnya.
Ucapan itu langsung ditepis oleh Rachel dengan penuh emosi "Mimpi! Tentu saja mereka datang buat menjemput gue! Di pesta kemarin kan gue bertukar tatap sama tuan Gerald."
Melihat Miranda dan Rachel yang bertengkar hebat, Elias memalingkan muka tidak peduli dan menyelesaikan cuci piringnya. Elias tidak peduli dengan si tuan Gerald itu, Elias hanya peduli pada pria miliknya...
Eh? Miliknya?
Elias menggeleng...
Elias hanya peduli pada pria mesum malam itu. Tepatnya penasaran.
"Miranda, Rachel, kemari sayang." Ucap sang ibu lembut, membuat kedua putrinya menghampiri penuh kegirangan.
"Tuan Philip, kenalkan... ini kedua putri saya."
Elias sedikit penasaran dan mengintip seorang diri. Sepertinya utusan tuan Steven bernama tuan Philip itu sedang memperhatikan Miranda dan Rachel dengan seksama. Dia terus memandang dan seperti membandingkan mereka dengan kertas yang dibawa bawanya.
"Nyonya Julia, orang yang dicari tuan Gerald itu rambutnya pirang dan matanya berwarna biru. Kedua putri anda berambut merah dan mata mereka berdua kehijauan seperti daun musim gugur. Apa anda tidak memiliki anak lain?" Tanya tuan Philip membuat mereka yang ada di ruang keluarga itu bergeming. Kecuali Elias yang tertawa puas melihat raut kecewa Miranda dan Rachel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Honeymoon [END]
General FictionMungkin memang takdir Elias seperti itu ... datang ke pesta menyusul sang ibu dan kakak tirinya. Kehilangan sebelah sepatu di jam 12 malam dan menarik seorang pangeran yang diidamkan. Ternyata Elias si Cinderella bengal bisa menarik perhatian pange...